Sungai Upang di Kabupaten Banyuasin adalah sungai besar yang merupakan salah satu anak Sungai Musi. Sungai Upang bermuara ke Selat Bangka. Oleh karena itu, pelayaran dari Selat Bangka ke Palembang selain melalui Sungai Musi juga bisa melalui Sungai Upang.
Sungai Upang menempati kedudukan terhormat dalam sejarah kerajaan Sriwijaya. Alasannya, nama Sungai Upang disebut dalam prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Karanganyar, Palembang, pada tahun 1920.
Prasasti Kedukan Bukit bertahun 604 Saka atau 682 Masehi. Prasasti Kedukan Bukit terdiri atas sepuluh baris kalimat yang ditulis dengan huruf Palawa dan Melayu kuno.
Isi prasasti Kedukan Bukit kurang lebih adalah keberhasilan Raja Sriwijaya, yaitu Dapunta Hyang, menaklukkan jajahannya. Dapunta Hyang berangkat dari Minanga (diduga Minanga adalah daerah yang ditaklukkan Sriwijaya, tetapi ada pendapat yang mengatakan, Minanga adalah ibu kota Sriwijaya) dengan membawa ribuan tentara. Rombongan tiba di Muka Upang.
Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti berpendapat, daerah yang disebut Muka Upang dalam prasasti Kedukan Bukit kemungkinan sama dengan daerah sekitar Sungai Upang pada masa kini. Oleh karena itu, tim ekspedisi Sriwijaya pada hari Sabtu (10/10) akan singgah di perkampungan Sungai Upang untuk melakukan penelitian.
Nurhadi menjelaskan, pihaknya belum mengetahui pasti apakah perkampungan di Sungai Upang termasuk permukiman tua dari masa pra-Sriwijaya atau dari masa Sriwijaya, seperti di Kota Kapur dan Air Sugihan. Namun, cara hidup masyarakat di Sungai Upang masih sama seperti cara hidup masyarakat pada masa Sriwijaya. Disebutnya nama Sungai Upang dalam prasasti Kedukan Bukit semakin menguatkan dugaan bahwa Sungai Upang merupakan tempat bersejarah.
“Belum ada peninggalan pra-Sriwijaya yang pernah ditemukan di Sungai Upang. Penelitian secara mendalam juga belum pernah, mungkin dari ekspedisi ini akan menjadi cikal bakal penelitian,” katanya.
Menurut Nurhadi, masyarakat di Sungai Upang memiliki kebiasaan seperti suku-suku yang hidup di tepi laut.
Penelitian awal
Namun, penelitian di Sungai Upang oleh tim ekspedisi Sriwijaya baru sebatas penelitian awal, atau hanya bersifat pengamatan terhadap kehidupan dan tradisi masyarakat. Para arkeolog masih sebatas melakukan kunjungan ke Sungai Upang.
Nurhadi mengutarakan, salah satu tujuan ekspedisi Sriwijaya bertujuan menemukan kembali semangat kebaharian. Itulah sebabnya lokasi yang dikunjungi tim ekspedisi adalah lokasi yang berhubungan dengan kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim.
Jalur pelayaran dari Palembang-Bangka dan sebaliknya adalah jalur pelayaran yang sibuk sejak masa Sriwijaya. Sampai hari ini, jalur pelayaran tersebut masih merupakan jalur sibuk dan menjadi urat nadi perkembangan Provinsi Sumsel dan Kepulauan Bangka Belitung.
Barangkali dari penelusuran tim ekspedisi Sriwijaya di Kota Kapur, Air Sugihan, dan terakhir di Sungai Upang di mana Dapunta Hyang pernah menginjakkan kaki masih dapat ditemukan semangat kebaharian dari warga setempat.(WAD)