Dari atas sebuah bukit, permukaan Danau Anggi Gida tampak membiru dengan sejumlah gradasi warna. Beberapa bagian danau itu terlihat biru gelap, sementara sejumlah bagian lain tampak lebih terang. Di sekeliling danau itu, terhampar kawasan pegunungan yang menghijau sehingga membuat pemandangan menjadi lebih menawan.
Hari itu, pertengahan April 2021, cuaca sedang cerah saat kami tiba di sebuah bukit di Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, untuk menikmati pemandangan Danau Anggi Gida. Kami baru saja menempuh perjalanan jauh nan berat dengan mobil gardan ganda dari Kampung Kwau, Distrik Warmare, Kabupaten Manokwari, di Papua Barat.
Selama perjalanan sekitar 2,5 jam itu, sebagian besar jalan yang kami lewati berupa jalan tanah dan berbatu. Di beberapa wilayah yang kami lalui, lubang-lubang besar juga menganga di tengah jalan sehingga perjalanan pun menjadi tersendat. Bahkan, mobil yang kami tumpangi juga beberapa kali terpaksa menyeberangi sungai karena belum ada jembatan yang dibangun di sana.
Meski begitu, rasa lelah akibat perjalanan berat itu terasa sepadan dengan pemandangan indah Danau Anggi Gida yang akhirnya bisa kami nikmati. Apalagi, dalam perjalanan itu, kami juga bisa menikmati keindahan Danau Anggi Giji, “pasangan” Danau Anggi Gida. Selama ini, dua danau yang letaknya berdekatan itu memang menjadi daya tarik wisata di Kabupaten Pegunungan Arfak.
Danau Anggi Gida dan Danau Anggi Giji berada di ketinggian sekitar 1.800-2.000 meter di atas permukaan laut. Kedua danau tersebut berjarak sekitar 100 kilometer dari pusat pemerintahan Ibu Kota Provinsi Papua Barat di Manokwari. Waktu perjalanan dari Manokwari ke kawasan dua danau tersebut membutuhkan waktu 4-5 jam dengan mobil.
Berdasar sejumlah referensi, nama Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida berasal dari legenda atau cerita rakyat tentang kisah asmara sepasang kekasih. Danau Anggi Giji dianggap sebagai jelmaan dari tokoh laki-laki dan Danau Anggi Gida dianggap sebagai perwujudan dari sang perempuan.
Saat mengunjungi Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida, ada sejumlah daya tarik wisata yang bisa dinikmati oleh oleh para wisatawan. Daya tarik yang utama tentunya keindahan alam dua danau tersebut yang memang mempesona.
Di kawasan Danau Anggi Giji, misalnya, terdapat sebuah tanjung atau daratan yang menjorok ke wilayah perairan dan dikenal dengan nama Tanjung Koctera. Tanjung tersebut mengarah ke Danau Anggi Giji sehingga pemandangan indah danau itu bisa terlihat dari tanjung ini. Oleh karena itu, wisatawan yang ingin menikmati pemandangan indah Danau Anggi Giji bisa menuju ke Tanjung Koctera.
Selain itu, di kawasan Danau Anggi Giji juga terdapat pulau terapung yang bernama Pulau Lomos. Beberapa referensi menyebut, Pulau Lomos merupakan pulau rumput yang keberadaannya bisa bergeser. Oleh karena itu, Pulau Lomos terkadang berada di tengah danau, tapi juga bisa bergeser ke area lain dan bahkan dapat terdampar ke tepian danau.
Danau Anggi Gida juga menyajikan panorama yang tak kalah indah. Selain pemandangan permukaan danau dengan airnya yang berwarna kebiruan, di pinggiran Danau Anggi Gida juga terdapat hamparan pasir putih yang konon merupakan fenomena alam langka. Agar bisa menikmati pemandangan hamparan pasir putih tersebut, wisatawan bisa mengunjungi Kampung Sisrang yang berada di kawasan Danau Anggi Gida.
Daya tarik lain
Selain keindahan panorama danau, kawasan Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida juga memiliki sejumlah daya tarik lain. Beberapa daya tarik itulah yang dipaparkan dalam tulisan “Analisis Potensi Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida Sebagai Objek Wisata Alam Kabupaten Pegunungan Arfak Provinsi Papua Barat” karya Erwin Dowansiba dan sejumlah penulis lain yang dimuat di jurnal Melanesia (2018).
Kegiatan lain yaitu menikmati wisata budaya dengan mengunjungi sejumlah perkampungan masyarakat Suku Arfak di sekitar kawasan danau.
Menurut tulisan tersebut, selain menikmati keindahan pemandangan alam, wisatawan yang datang ke kawasan Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida juga bisa melakukan bird watching atau pengamatan burung di kawasan hutan sekitar danau. Salah satu burung yang bisa dilihat dalam aktivitas bird watching itu adalah burung namdur yang juga dijuluki sebagai burung pintar.
Selain itu, wisatawan juga bisa memancing di Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida. Kegiatan lain yaitu menikmati wisata budaya dengan mengunjungi sejumlah perkampungan masyarakat Suku Arfak di sekitar kawasan danau.
Pengelola rumah makan di Distrik Anggi, Rison (25), menuturkan, banyak wisatawan dari Manokwari yang kerap berkunjung ke Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida pada akhir pekan atau hari libur. “Kalau hari-hari libur ya dorang (mereka) banyak yang datang,” tuturnya.
Menurut Rison, kebanyakan wisatawan itu berkunjung ke Danau Anggi Gida melalui Distrik Ransiki yang merupakan ibukota Kabupaten Manokwari Selatan. Kondisi jalan melalui Ransiki itu sudah cukup bagus sehingga tak hanya mobil dobel gardan yang bisa melewatinya. Hal ini berbeda dengan kondisi jalan yang kami lalui dari Kampung Kwau yang hanya bisa dilewati oleh mobil dobel gardan.
“Kebanyakan ke Danau Anggi Gida karena dekat dari Ransiki. Mobil-mobil kecil bisa tembus ke sana karena memang jalan sudah diaspal semua,” kata Rison yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Menurut Hami Mandacan (30), warga Kampung Kwau yang menjadi pemandu kami, keberadaan Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida juga telah menarik minat banyak wisatawan dari luar Papua. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, Hami mengaku beberapa kali mengantar wisatawan untuk berkunjung ke kedua danau tersebut.
“Terakhir kali antar wisatawan ke danau ini ya tahun 2019. Waktu itu, kami antar wisatawan dari Belanda,” ujar Hami yang terlibat dalam pengelolaan ekowisata di Kampung Kwau.
Hami menyebut, wisatawan asal Belanda itu sangat terpesona dengan pemandangan Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida. Oleh karena itu, sang wisatawan merasa puas setelah berkunjung ke dua danau tersebut. Mereka juga tak merasa keberatan saat harus melewati jalanan tanah berbatu dan penuh lubang dalam perjalanan.
“Mereka tidak mengeluh soal jalan itu. Yang penting bisa lihat pemandangan danau. Pemandangannya indah kata mereka,” ungkap Hami.
Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan mengatakan, Pemerintah Provinsi Papua Barat berencana mengembangkan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dengan dua simpul. Simpul pertama adalah simpul Sorong-Raja Ampat, sementara simpul kedua adalah simpul Manokwari-Pegunungan Arfak.
“Raja Ampat telah ditetapkan sebagai salah satu destinasi prioritas nasional dan akan dikembangkan juga sebagai salah satu geopark di Indonesia,” kata Dominggus saat diwawancarai tim Kompas pada Rabu (21/4/2021).
Dominggus menambahkan, untuk pengembangan simpul Manokwari-Pegunungan Arfak, ada beberapa hal yang akan dilakukan Pemprov Papua Barat. Salah satunya adalah penataan kawasan sekitar Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida. “Kami mengusulkan penataan sekitar Danau Anggi Kembar yaitu Danau Anggi Giji dan Anggi Gida,” ujarnya.
Meski begitu, belum ada informasi rinci apa saja langkah penataan yang akan dilakukan Pemprov Papua Barat di kawasan sekitar Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida. Yang jelas,Upaya penataan itu diharapkan tetap menjaga keelokan alami danau kembar tersebut. (Haris Firdaus/Johanes Galuh Bimantara)