Maluku Utara

Siapa Wallace?

·sekitar 5 menit baca

Nama lengkapnya Alfred Russel Wallace. Ia lahir pada 8 Januari 1823. Wallace adalah seorang naturalis asal Inggris yang telah menyusuri berbagai sudut Nusantara dan sekitarnya, mulai dari Malaka, Singapura, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi, Maluku dan sekitarnya, hingga ke ujung Papua. Perjalanan selama delapan tahun itu dimulai pada 1854 dan berakhir tahun 1862.

Dalam bukunya berjudul The Malay Archipelago yang diterbitkan pertama kalinya pada 1869, Wallace menempuh perjalanan sekitar 14.000 mil di Nusantara. Itu setara dengan perjalanan 22.400 kilometer. Dalam buku itu pula, ia melaporkan telah mengumpulkan 310 spesimen mamalia, 100 spesimen reptil, 8.050 spesimen burung, 7.500 spesimen kerang, dan 109.700 spesimen serangga (kupu-kupu, lebah, atau ngengat).

Wallace memang tak punya latar belakang sarjana Biologi, tetapi ia punya kegemaran mengoleksi berbagai jenis makhluk hidup tersebut. Sebagian besar koleksinya untuk dijual ke kolektor di Eropa dan ia hidup dari hasil penjualan itu. Namun, ia juga membedah dan mengidentifikasi jenis-jenis koleksi yang ia dapatkan. Alhasil, ia kemudian dikenal sebagai seorang naturalis, antropolog, dan sekaligus disebut sebagai Bapak Biogeografi.

Apa pentingnya Wallace?

Sebelum lebih jauh, mari kita mulai dari sebuah pertanyaan sederhana. Siapa pencetus teori evolusi? Kebanyakan orang akan menjawab Darwin. Ya, Charles Darwin, naturalis yang juga dari Inggris dan hidup sezaman dengan Wallace. Darwin lahir pada 12 Februari 1809 dan wafat pada 1882 (73 tahun). Wallace meninggal pada 1913 atau di usia 90 tahun. Saat itu, Darwin adalah salah satu sosok ilmuwan yang dikagumi Wallace.

Bagi sebagian kalangan, Wallace termasuk salah satu pionir peletak dasar teori evolusi. Tak dimungkiri pula bahwa selama beberapa dekade, sosok Wallace ada di bawah bayang-bayang Darwin. Bagi Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) 2008-2018, Profesor Sangkot Marzuki, peran Wallace tidak bisa dibilang kecil untuk teori evolusi. Bisa jadi, katanya, surat Wallace kepada Darwin menginspirasi Darwin untuk segera menerbitkan bukunya yang legendaris, yaitu On the Origin of Species.

Sebelum Darwin menyatakan teori evolusinya melalui buku On the Origin of Species, Wallace berkirim surat, atau lebih tepatnya paper (artikel), kepada Darwin yang ia beri judul On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type. Darwin kaget saat membaca surat Wallace itu. Ia berpikir, ternyata di luar sana ada orang yang memikirkan tentang seleksi alam. Ia kemudian bergegas segera menerbitkan bukunya setahun setelah menerima surat Wallace itu,” kata Sangkot saat dijumpai di kantor AIPI, Jakarta, Senin (2/9/2019).

KOMPAS/ARIS PRASETYO

Monumen Alfred Russel Wallace diabadikan di Cagar Alam Gunung Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara, 17 Juni 2019.

Wallace mendapat ilham tentang teori seleksi alam saat ia terbaring demam di sebuah rumah yang ia sewa di Desa Dodinga, Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Dalam tubuh menggigil yang dibungkus selimut, meski suhu udara menunjukkan 88 derajat fahrenheit atau 31 derajat celsius, Wallace teringat buku An Essay on the Principle of Population yang ditulis Thomas Robert Malthus.

Aku membacanya (dalam buku Malthus) bahwa perang, penyakit, kelaparan, dan sejenisnya bisa membuat populasi manusia berkurang. Menurutku, hal itu juga berlaku pada hewan, tulis Wallace dalam bukunya yang lain, Natural Selection and Tropical Nature.

Selanjutnya, Wallace berkesimpulan bahwa hanya individu yang kuat (beradaptasi) yang mampu bertahan hidup, sedangkan yang lemah akan mati. Dalam dua jam saat menggigil itu, masih di malam yang sama, ia menyusun draf dari teori yang baru saja ia dapatkan itu. Dua malam kemudian, Wallace merampungkan tulisan yang ia beri judul On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type dan mengirimkannya kepada Darwin lewat Ternate pada Februari 1858.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Kupu-kupu dari famili papilionade jenis Graphium milon dan Graphium meyeri mencari makan di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (20/6/2019). Di taman nasional yang dijuluki The Kingdom of Butterfly ini tak kurang 247 spesies kupu-kupu berhasil diidentifikasi. Naturalis asal Inggris, Alfred Russel Wallace, melakukan eksplorasi di kawasan ini dari Agustus hingga November 1857.

Sayangnya, lanjut Sangkot, selama beberapa dekade, dunia tidak banyak mengenal nama Wallace. Darwin adalah nama teratas untuk urusan teori evolusi. Dengan digagas AIPI, sosok Wallace coba diingatkan kembali dalam peringatan 150 tahun lahirnya teori evolusi yang diperingati di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 2008. AIPI menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Yayasan Wallacea, dan Komunitas Bambu untuk merayakan peringatan 150 tahun teori evolusi tersebut.

Mulai saat itu, nama Ternate yang menjadi tempat lahirnya teori seleksi alam Wallace banyak dikenal di kalangan ilmuwan. Turis pun banyak berdatangan ke Ternate hanya untuk mencari tahu di mana ia pernah tinggal,” ucap Sangkot.

Selain menggagas teori seleksi alam, Wallace juga menggagas apa yang sekarang disebut sebagai Garis Wallacea. Ini adalah garis imajiner yang menggambarkan zona transisi yang terpisah dari Asia di bagian barat dan Australia di bagian timur. Zona Wallacea mencakup Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Sumba, Maluku, Maluku Utara, dan Flores.

Gudang ilmu

Flora dan fauna di zona Wallacea memang unik atau mungkin ganjil. Pulau-pulau di sisi barat zona Wallacea, seperti Kalimantan, Sumatera, dan Jawa, memiliki mamalia yang mirip dengan Asia. Adapun pulau-pulau di sisi timur zona Wallacea memiliki mamalia berkantong dan jenis burung yang sama dengan satwa-satwa di Australia. Sementara zona Wallacea, terutama Sulawesi, dihuni oleh campuran dari berbagai satwa dari Asia dan Australia. Itulah keunikannya.

Bagi Peter Wilkie, ahli botani tropis dan Kepala Monografi Sapotaceae di Royal Botanic Garden Edinburgh (RBGE), Skotlandia, keragaman spesies di zona Wallacea sangat tinggi. Di satu sisi, jumlah spesies yang berhasil diidentifikasi terbilang sedikit. RBGE dalam beberapa kesempatan terlibat kerja sama dengan LIPI untuk penelitian di zona Wallacea.

KOMPAS/ARIS PRASETYO

Sejumlah koleksi serangga dan kupu-kupu yang dikumpulkan AR Wallace dari Nusantara. Koleksi tersebut kini tersimpan di British Library, London, Inggris, 13 Maret 2018.

Guru Besar Biologi Konservasi Universitas Indonesia Jatna Supriatna mengatakan, 90 persen fauna di kawasan Wallacea sangat khas, unik, dan tidak ditemukan di wilayah lain di dunia. Keunikan itu berupa percampuran antara satwa-satwa dari wilayah Asia dan Australia. Proses pembentukan Pulau Sulawesi, yang merupakan bagian penting kawasan Wallacea, turut memengaruhi terciptanya spesies-spesies unik yang sulit ditemukan di tempat lain.

Tantangannya adalah bagaimana kita memanfaatkan dengan bijak potensi zona Wallacea itu. Kawasan Wallacea adalah laboratorium alam raksasa yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan, kata Jatna.

Wallace memang telah lama wafat. Namun, warisannya membuka mata dunia pengetahuan bahwa kawasan Wallacea punya kekayaan luar biasa. Teorinya yang disebut-sebut sebagai pemicu lahirnya ide tentang evolusi, ataupun deskripsinya tentang keragaman flora dan fauna yang amat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, akan menjadi sia-sia apabila tidak digali dan dikembangkan dengan bijak. (ARIS PRASETYO)

Artikel Lainnya