KOMPAS/HARRY SUSILO

Suasana kamp utama Plaza de Mulas di ketinggian 4.300 meter di atas permukaan laut, Selasa (21/12) di Argentina. Plaza de Mulas merupakan kamp terbesar dalam pendakian menuju Aconcagua yang dapat ditemui melalui jalur normal. Kamp ini juga merupakan yang terbesar kedua di dunia selain kamp utama menuju puncak Everest.

Pendakian Gunung Aconcagua di Argentina

Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia: Cuaca dan Aklimatisasi Jadi Penentu

·sekitar 3 menit baca

Cuaca dan proses aklimatisasi setiap anggota merupakan penentu keberhasilan tim ekspedisi tujuh puncak dunia dalam upaya mencapai puncak Aconcagua (6.962 meter di atas permukaan laut). Dinginnya suhu dan ketinggian merupakan tantangan terberat dalam pendakian puncak tertinggi di Amerika Selatan ini.

Hal itu disampaikan koordinator pemandu dari agen pendakian Aymara, Andres Girotti, di kamp utama Plaza de Mulas yang berada di ketinggian 4.300 meter di atas permukaan laut (mdpl), Selasa (21/12). “Kedua faktor itu menentukan berhasil tidaknya mencapai puncak,” kata Girotti seperti dilaporkan wartawan Kompas Harry Susilo.

Kenapa cuaca dan aklimatisasi? Girotti menjelaskan, cuaca di sekitar puncak sering berubah-ubah. Cuaca buruk, seperti rendahnya suhu dan kencangnya angin, dapat menyebabkan seorang pendaki terkena radang beku (frostbite), hipotermia, hingga akhirnya meninggal. “Jika angin berembus terlalu kencang, pendaki terancam tidak dapat melanjutkan perjalanan ke puncak,” ujarnya.

Berdasarkan buku Aconcagua: A Climbing Guide yang ditulis RJ Secor, terdapat angin kencang di sekitar puncak Aconcagua yang dinamakan viento blanco. Angin ini dapat berembus dengan kecepatan sampai 240 kilometer per jam dan dapat menurunkan suhu sangat drastis. Angin tersebut juga berpotensi membawa petir. Inilah salah satu faktor yang dapat menggagalkan upaya pendakian ke puncak Aconcagua.

Selain cuaca, Andres menambahkan, proses aklimatisasi yang baik menentukan keberhasilan pendaki untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian, terutama di atas 5.000 mdpl yang memiliki oksigen tipis dan tekanan udara rendah. Tanpa disertai proses aklimatisasi yang baik, seseorang dapat menderita penyakit ketinggian, seperti acute mountain sickness (AMS), pulmonary edema, dan cerebral edema yang juga dapat berakibat pada kematian. “Setiap orang memiliki respons yang berbeda terhadap ketinggian karena memiliki kondisi fisiologis tubuh yang berbeda pula,” ucap Girotti.

Dengan begitu, Girotti menekankan, terdapat berbagai konsekuensi yang akan dihadapi tim ekspedisi jika kedua faktor itu diabaikan, yaitu terancam gagal sampai puncak atau mungkin terkena salah satu penyakit ketinggian atau penyakit suhu ekstrem tersebut. Selain Girotti, ada dua pemandu lain yang menemani perjalanan tim, yaitu Ignacio Contreras dan Juan Manuel Tillard de Maria.

Di Plaza de Mulas, tim akan menginap selama empat malam atau berubah dari jadwal semula yang tiga malam untuk melakukan proses aklimatisasi. Proses aklimatisasi berupa dua hari tinggal di Plaza de Mulas dan sehari mendaki ke Plaza Canada (4.877mdpl) lalu kembali. Ketua Harian Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Yoppi Rikson Saragih mengatakan, perubahan rencana ini sesuai dengan masukan dari pemandu Aymara agar tim memperoleh waktu lebih banyak untuk aklimatisasi.

Setelah itu, tim akan bergerak ke Plaza Canada, kemudian ke Nido de Condores (5.334 mdpl), dan Camp Berlin (5.800 mdpl) sebelum dijadwalkan mencapai puncak Aconcagua pada 28 Desember mendatang. Selain itu, kata Yoppi, perjalanan menuju puncak kemungkinan akan dibagi dalam dua grup, yaitu satu grup terdiri atas enam pendaki dari tim ekspedisi, sedangkan grup lainnya merupakan tim pendukung, termasuk dari media massa. “Kami ingin fokuskan tim untuk mencapai puncak,” ucapnya.

Sebelum tiba di Plaza de Mulas, tim juga telah melakukan aklimatisasi di Confluencia (3.400 mdpl) dengan mendaki ke Plaza Francia yang berada di ketinggian sekitar 3.910 mdpl.

Untuk mencapai Plaza de Mulas dari Confluencia, tim harus berjalan kaki setidaknya selama 10 jam dengan melewati medan berumput, padang pasir, dan tanah berbatu yang penuh dengan terpaan angin.

Pendakian tim ekspedisi tujuh puncak dunia menggunakan jasa agen perjalanan dan ekspedisi Aymara sebagai pemandu.

Selain memandu tim selama pendakian, Aymara juga menyediakan tenda, logistik termasuk makan pagi hingga malam hari, serta jasa membawa barang ke Plaza de Mulas dengan menggunakan mules, sejenis bagal. (ILO)

Artikel Lainnya