Puluhan jembatan yang ada di jalan poros selatan trans-Kalimantan rusak parah. Menurut data, 77 jembatan dalam kondisi kritis, sedangkan 12 lainnya tidak bisa digunakan lagi.
“Sepanjang trans-Kalimantan, kondisi kerusakan jembatan di Kalimantan Barat paling parah,” kata Herry Vaza, Kepala Subdit Teknik Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Senin (16/2).
Jembatan yang terbuat dari kayu, menurut Herry, harus diganti. “Kini sebagian sudah dalam pembangunan. Semua itu (jembatan yang rusak) masuk rencana pembangunan jalan trans-Kalimantan,” tambahnya.
Departemen PU mencatat, selain 89 jembatan di atas, ada pula 276 jembatan yang rusak ringan dan perlu diperbaiki, serta 565 jembatan yang dalam tahap dibangun. Di trans-Kalimantan itu hanya sekitar 100 jembatan yang kondisinya baik.
Patah
Penelusuran Tim Jelajah Kalimantan dari ruas Sandai ke Aur Kuning di Kabupaten Ketapang, Kalbar, di Desa Benggaran, satu jembatan patah, Minggu lalu. Beruntung tim bisa melalui jembatan tersebut.
Perjalanan tim kembali tertahan saat masuk Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau. Di daerah ini belum ada jembatan yang menghubungkan Kota Tayan dengan Piasak. Untuk membangun Jembatan Tayan yang diperkirakan menelan biaya Rp 450 miliar, pemerintah terkendala pendanaan.
“Pemerintah berupaya mendapatkan pinjaman untuk mendanai pembangunan Jembatan Tayan. Banyak investor yang melirik untuk mendanai proyek itu. China kemungkinan bersedia mendanai setelah Jembatan Suramadu (di Jawa Timur) selesai dibangun,” tambah Herry.
Keberadaan Jembatan Tayan cukup vital bagi akses jalan trans-Kalimantan. Karena itu, pembangunan jembatan ini termasuk prioritas dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi 2008-2009.
Terputus
Minggu sore, tim mendapatkan alur jalan poros selatan trans-Kalimantan di Kecamatan Tayan Hilir terputus oleh aliran Sungai Kapuas. Kendaraan yang hendak melalui alur ini harus menyeberang dengan menggunakan kapal feri yang dioperasikan PT ASDP Indonesia Ferry.
Setiap mobil pribadi yang menyeberang menggunakan feri di kawasan itu dikenai ongkos Rp 100.000 untuk sekali penyeberangan. Adapun truk tanpa muatan dikenai tarif Rp 180.000, sedangkan truk bermuatan Rp 240.000 sekali penyeberangan.
Dalam rentang Sandai di Kabupaten Ketapang hingga Tayan di Kabupaten Sanggau, tim mendapatkan sedikitnya delapan lubang jalan yang berlumpur. Kondisi ini cukup menyulitkan pengendara melintasi ruas jalan tersebut. Apalagi, jika kendaraan yang digunakan bukan jenis penggerak empat roda. Hari itu setidaknya tiga truk dan satu ambulans yang terperosok di kawasan itu. (RYO/WHY/AIK/FUL)