KOMPAS/EDDY HASBY

Kota Makarti Jaya, Kecamatan Makarti Jaya, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Minggu (14/3), yang dikelilingi perkebunan kelapa. Warga di sini masih memanfaatkan transportasi air.

Liputan Kompas Nasional

Perjalanan Jurnalistik: Harian Kompas Gelar Jelajah Musi 2010

·sekitar 2 menit baca

Harian Kompas menyelenggarakan ekspedisi menyusuri Sungai Musi di Provinsi Sumatera Selatan melalui kegiatan yang diberi nama Jelajah Musi 2010. Penyusuran Sungai Musi dimulai Senin (8/3) hingga Senin (15/3).

Acara pembukaan Jelajah Musi 2010 berlangsung di Desa Tanjungraya, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang. Perjalanan jurnalistik tersebut akan dilepas Gubernur Sumsel Alex Noerdin dan Bupati Empat Lawang Budi Antoni Aljufri.

Jelajah Musi 2010 juga akan diisi dengan kegiatan sosial, di antaranya berupa pengobatan gratis untuk 600 warga di Kecamatan Pendopo.

Pada acara penutupan ekspedisi yang rencananya dilakukan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Sungsang, Kabupaten Banyuasin, digelar pula pengobatan gratis untuk 600 warga setempat. Dana pengobatan gratis berasal dari pembaca Kompas yang disalurkan melalui Dana Kemanusiaan Kompas (DKK).

Sejumlah buku juga akan disalurkan di lokasi pembukaan dan penutupan ekspedisi.

Sungai Musi sepanjang sekitar 720 kilometer dengan titik hulu di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), bermuara di kawasan Sungsang di Selat Bangka. Jelajah Musi 2010 bertujuan melakukan pengamatan, baik tentang berbagai hal di sepanjang daerah aliran Sungai (DAS) Musi dan delapan sub-DAS-nya..

Sebelumnya, pada Februari lalu, tim Jelajah Musi 2010 melakukan survei selama 12 hari mulai dari hulu hingga hilir.

Gubernur Sumsel Alex Noerdin menyambut positif kegiatan Jelajah Musi 2010 karena kegiatan itu dapat memperkenalkan potensi yang dimiliki Sumsel, sekaligus mencari solusi terhadap berbagai persoalan.

Masalah DAS

Pengamat sungai dari Balai Wilayah Sungai Sumatera, Mawardi, mengatakan, kegiatan Jelajah Musi 2010 diharapkan dapat menggali berbagai masalah di DAS Musi, seperti banjir besar, pencemaran, dan kerusakan karena penebangan hutan untuk perkebunan atau bangunan.

Menurut Mawardi, tim Jelajah Musi 2010 perlu menulis kecenderungan masyarakat yang mendirikan bangunan mendekati bibir sungai. Pemerintah daerah perlu didorong agar menetapkan zona bebas bangunan di bantaran sungai. “Di DAS yang luasnya lebih dari 500 kilometer persegi, seperti DAS Sungai Musi, seharusnya bangunan dibangun 100 meter dari bibir sungai,” kata Mawardi.

Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti mengatakan, Jelajah Musi 2010 merupakan kegiatan yang dapat menggali potensi dan persoalan di Sumsel. Khusus bidang arkeologi, tim dapat mengekspos berbagai situs purbakala di sepanjang aliran Sungai Musi dan anak-anak sungainya. (WAD)

Artikel Lainnya