KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Anak-anak terjun ke laut dari Jembatan Cinta di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Sabtu (14/3). Jembatan Cinta merupakan salah satu ikon wisata di Pulau Tidung dan salah satu tujuan wisata utama di Kepulauan Seribu.

Liputan Kompas Nasional

Wisata Ibu Kota: Terjerat Moleknya Pulau Tidung

·sekitar 3 menit baca

Setelah lebih dari dua jam diayun ombak dari Jakarta, kapal yang kami tumpangi melambat. Di sekeliling, membentang perairan biru kehijauan yang jernih. Begitu jernihnya sampai dasar laut nyaris kelihatan. Segar angin berembus dari arah daratan di depan kapal. Hmm… selamat datang di Pulau Tidung!

Selama sekitar lima tahun belakangan ini, Pulau Tidung menjadi salah satu primadona pariwisata di Kabupaten Kepulauan Seribu. Jika Anda mencari di mesin pencari dengan kata kunci ”Pulau Tidung”, muncullah berderet-deret informasi tentang paket wisata di pulau tersebut.

Letak Pulau Tidung yang tidak jauh dari Jakarta membuatnya mudah dicapai dengan kapal dari Muara Angke atau Marina Ancol. Ditambah keindahan alamnya yang memesona, tempat ini cocok untuk ”pelarian” dari rutinitas sehari-hari.

Perairan sekitar Pulau Tidung menjanjikan pengalaman yang menarik dan menyenangkan. Hamparan pasir putih, air laut yang jernih, serta keanekaragaman terumbu karang dan ikan membuat pengunjung betah beraktivitas dari matahari terbit sampai tenggelam. Snorkeling menjadi semacam kegiatan ”wajib” bagi pengunjung.

Belum lagi tawaran berbagai permainan air, seperti bananaboat, donutboat, atau jet ski, yang turut memeriahkan wisata Pulau Tidung. Bahkan, sekadar bersepeda keliling pulau dan melihat dari dekat kehidupan penduduknya pun tak kalah menyenangkan.

”Di sini airnya jernih. Kami bisa berenang sepuasnya. Snorkeling-nya juga seru. Sunset (matahari terbenam)-nya indah. Permainannya asyik. Ikan bakarnya enak,” tutur Sylvia, karyawan swasta dari Jakarta. Dia bersama enam temannya bersenang-senang di Pulau Tidung, pekan lalu.

Tak boleh ketinggalan adalah ikon wisata Pulau Tidung, yakni Jembatan Cinta. Ini adalah lokasi wajib bagi pengunjung untuk berfoto. Di berbagai sudut, pengunjung sibuk berfoto ria. Mereka juga terhibur oleh aksi warga setempat, terutama anak-anak, yang dengan berani meloncat dari titik tertinggi jembatan ke ”kolam” hijau jernih di bawahnya.

”Koin, Kak! Lempar koin, Kak!” pinta mereka.

Begitu koin dilempar, mereka dengan cekatan terjun untuk mencari dan mengambil koin itu. Tawa riang dan teriakan girang terdengar hingga kejauhan.

Menggeliat

Menurut penuturan sejumlah pelaku pariwisata di Pulau Tidung, kegiatan wisata mulai menggeliat sekitar tahun 2010. Dari kunjungan yang awalnya hanya puluhan orang, sepanjang tahun 2014 pengunjung Pulau Tidung mencapai 3 juta orang.

Mereka biasanya datang saat akhir pekan dan hari libur nasional. Pada akhir pekan atau libur panjang, pengunjung bisa mencapai 5.000 orang. Padahal, penduduk pulau hanya sekitar 4.000 orang.

Amsir (37), salah satu perintis wisata Pulau Tidung, mengungkapkan, bibit wisata maritim Pulau Tidung sudah tumbuh sejak 1999. Saat itu, setiap akhir pekan ada 50-100 pengunjung dari Jakarta ke Pulau Tidung untuk snorkeling.

Dia dan teman-temannya merancang paket wisata dua hari satu malam yang lengkap. Setiap paket meliputi penginapan, makan empat kali, angkutan kapal pergi-pulang Jakarta-Pulau Tidung, permainan banana boat, dan snorkeling.

”Setelah kami hitung, agar hemat, paket wisata ini harus kelompok, 5-10 orang, sehingga bisa diperoleh biaya wisata Rp 350.000 per orang,” katanya

Seiring tingginya animo wisatawan mengunjungi Pulau Tidung, sejumlah agen pariwisata mulai bersaing menarik pengunjung sebanyak-banyaknya dengan menawarkan harga paket wisata murah, sekitar Rp 200.000 per orang, bahkan sampai Rp 180.000 per orang.

Sani, pemilik salah satu laman wisata Pulau Tidung, menyayangkan persaingan yang mulai tidak sehat itu. Menurut dia, pelayanan kepada pengunjung bisa tidak berkualitas hanya karena mengejar harga murah. ”Usaha wisata itu mempertaruhkan kepercayaan pelanggan. Sekali tak dipercaya, hancurlah bisnis ini,” ujarnya.

Lurah Pulau Tidung Mashud Hamid mengatakan, pariwisata mengubah sedikit demi sedikit perekonomian warga Pulau Tidung menjadi lebih sejahtera. ”Sebelum tahun 2010, nelayan di sini masih sekitar 60-70 persen dari jumlah penduduk. Sekarang sebagian besar warga bergerak di pariwisata,” katanya.

Menurut dia, berkah pariwisata ini harus dinikmati secara merata oleh segenap warga Pulau Tidung. Warga bisa memiliki penginapan atau usaha makan minum, permainan air, penyewaan perahu/kapal, atau menjadi pemandu wisata.

Mashud menambahkan, pariwisata juga akan dikelola lebih profesional. ”Kami sedang siapkan aturan untuk pembentukan asosiasi pariwisata. Tarif paket wisata juga akan dibuat standar dan disesuaikan dengan paket yang diberikan,” katanya.

Bupati Kepulauan Seribu Tri Djoko Margianto menuturkan, pihaknya berencana menambah infrastruktur penunjang pariwisata, seperti tambahan kapasitas listrik, air bersih, pembangunan jalan keliling Pulau Tidung, dan transportasi menuju Pulau Tidung, agar semakin banyak orang tertarik kemolekan alamnya. (MADINA NUSRAT/FRANSISCA ROMANA NINIK)

Artikel Lainnya