Susur Rel 2014

Susur Rel Kereta Api: Melacak Jejak Tonggak Sejarah * Liputan Khusus Susur Rel 2014

·sekitar 4 menit baca

Kota Semarang, Jawa Tengah, sebagai titik awal jalur kereta api penumpang dan barang di Indonesia tak terbantahkan lagi. Namun, mencari posisi pasti kompleks stasiun kereta api pertama di Indonesia itu dibaluti silang pendapat. Amat menarik.

Versi keberadaan stasiun pertama di Tanah Air itu berbeda-beda. Beberapa buku yang terbit di Indonesia menyebut tiga nama. Namun, hanya satu yang seharusnya benar.

”Itu sangat penting untuk sejarah perkeretaapian,” kata Tjahjono Rahardjo dari Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) Koordinator Wilayah (Korwil) Semarang, Kamis (20/2), di Semarang. Ia dosen Program Magister Lingkungan dan Perkotaan di Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Semarang.

Tahun 2009, ia menelusuri permukiman padat di Gang Spoorland, Jalan Ronggowarsito, Kelurahan Kemijen, Semarang Timur, bersama dua rekan IRPS Korwil Semarang, yaitu Deddy Herlambang dan Karyadi Baskoro. Dibantu warga setempat, Ramelan, mereka menemukan jejak Stasiun Samarang yang hampir hilang dan terabaikan sebagai stasiun kereta api pertama.

Sebelum penelusuran, seperti dituturkan Tjahjono, Karyadi Baskoro-lah yang menemukan titik koordinat lokasi Stasiun Samarang itu. Lalu, lokasi pastinya dapat ditelusuri.

Informasi awal Stasiun Samarang dihimpun dari peta-peta kuno koleksi Koninklijk Instituut voor de Tropen dan foto-foto koleksi Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV), kemudian dipadu peta dari citra satelit melalui program Google Earth.

Rujukan naskah banyak diambil dari buku Spoorwegstations op Java tulisan Michiel van Ballegoijen de Jong (Amsterdam, 1993). Tanggal 10 Agustus 1867, untuk pertama kali resmi dioperasikan angkutan penumpang kereta api dari Stasiun Samarang menuju Tangoeng (Tanggung) sepanjang 25 kilometer melintasi Halte Allas-Toewa (Alas Tua) dan Broemboeng (Brumbung).

Pembangunan stasiun dan jalur relnya berlangsung tiga tahun. Pencangkulan pertama pada 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda LAJW Baron Sloet va Beele.

Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, disingkat NIS, disebut sebagai perusahaan swasta Belanda yang memiliki dan mengoperasikan kereta api angkutan penumpang dan barang untuk jalur Samarang-Tangoeng.

Menguak tabir

Sebelum penelusuran jejak Stasiun Samarang tahun 2009 itu, informasi stasiun pertama di Indonesia adalah Stasiun Semarang Gudang di Tambaksari, Kemijen. Disebut pula Stasiun Kemijen di Kemijen, Semarang. Keduanya berdekatan.

Stasiun Semarang Gudang, Stasiun Kemijen, dan Stasiun Samarang memang berada di satu kawasan di Kelurahan Kemijen sekarang. Namun, tahun berdiri dan fungsinya berbeda.

Kompleks perkeretaapian bersejarah itu sekarang banyak yang hilang jejaknya. Penurunan permukaan tanah membuat kawasan kompleks Kemijen tergenang limpasan air laut pasang (rob) dan berubah jadi rawa.

Menurut Sunarno (79), penghuni Asrama Depo Indah di kompleks perkeretaapian awal itu, tahun 1985 ada peresmian Pelabuhan Tanjung Emas. Lokasinya 2-3 kilometer dari kompleks perkeretaapian Stasiun Samarang. ”Sejak itu sering banjir. Permukaan tanah turun sehingga harus kami uruk setiap tahun,” kata dia, yang tinggal di sana sejak tahun 1981.

Dosen Unika Soegijapranata yang juga anggota Dewan Pertimbangan Pembangunan Kota Semarang, Djoko Setijowarno, menambahkan, laju penurunan tanah yang kian cepat memang masuk akal. Pelabuhan baru dipenuhi perusahaan-perusahaan besar yang menyedot air tanah.

”Dampaknya penurunan tanah di sekitarnya, termasuk di Asrama Depo Indah yang hanya berjarak sekitar 3 kilometer ini,” kata dia.

Lima bangunan penting

Kompleks Stasiun Samarang awalnya punya lima bangunan penting, meliputi personenstation (stasiun penumpang), goederenstation (stasiun barang), vaart van het station (stasiun kanal), werkplaatsen (bengkel atau balai yasa), dan station chef (rumah dinas kepala stasiun).

”Kelima bangunan itu sekarang sulit ditelusuri bentuk aslinya. Selain konstruksi bangunannya banyak hilang dan tanah ambles, genangan rob menjadikan rawa-rawa,” kata Tjahjono.

Amblesan tanah diperkirakan 3 meter. Melalui penggalian, bangunan asli masih mungkin ditemukan. Setidaknya fondasi bangunan aslinya.

Dulu, lanjut Tjahjono, pada bangunan penting Stasiun Samarang sebelum stasiun penumpang berupa bangunan berbentuk huruf U terdapat simpang rel ke utara menuju stasiun kanal. Di sana, kereta api mendistribusikan barang ke kapal. Bahan ekspor penting saat itu antara lain kayu jati, gula, kopi, dan hasil kebun.

Stasiun barang berada di simpang lain dari jalur menuju stasiun kanal. Barang-barang yang belum siap dikapalkan ditampung di stasiun barang. Lalu, di sebelah stasiun penumpang terdapat depo/bengkel kereta api.

Kini, bengkel itu disebut balai yasa. Bangunan balai yasa paling besar dan berbentuk huruf E. Jejaknya sekarang terbenam tanah dan tertutup rawa.

Analisis peta kuno

Peta-peta kuno dari Koninklijk Instituut voor de Tropen (KIT/Royal Tropical Institute), Amsterdam, Belanda, berkisah banyak tentang perkembangan kompleks Stasiun Samarang di pinggir Pelabuhan Tanjung Emas sekarang. Peta tahun 1867, ketika Stasiun Samarang diresmikan, menunjukkan jalur rel sederhana yang menghubungkan stasiun penumpang, stasiun kanal, stasiun barang, dan balai yasa. Jalur rel ke timur menghubungkan Stasiun Samarang ke Tanggung.

Peta tahun 1898 menunjukkan, perkembangan jalur rel dari stasiun kanal dilanjutkan hingga ujung kanal utama pelabuhan. Ini disebabkan kanal penghubung tak ada lagi sehingga jalur rel dilanjutkan sampai pelabuhan utama.

”Bangunan sayap barat sebelumnya kantor NIS. Kantor ini lalu dipindahkan ke bangunan Lawang Sewu,” kata Tjahjono.

Berdasarkan peta 1917, jalur rel kereta utama NIS tak lagi terhenti di Stasiun Samarang, tetapi berlanjut hingga Stasiun Tawang. Pada peta kuno KIT setelah 1925, gambar Stasiun Samarang ada yang dihilangkan dan ada yang dimunculkan lagi.

”Itu menyebabkan informasi stasiun pertama di Indonesia makin menghilang. Tapi, jejak bangunan Stasiun Samarang masih tetap ada,” ucap Tjahjono.

Pada masa pendudukan Jepang 1942-1945, perbedaan jalur rel dihapuskan. Sebagian besar jalur rel selebar 1.435 milimeter diciutkan jadi 1.067 milimeter. Itu termasuk jalur rel utama yang pertama kali menghubungkan Semarang-Surakarta-Yogyakarta milik NIS.

Stasiun Samarang adalah sepenggal kisah sejarah panjang perkeretaapian di Indonesia. Posisinya sebagai stasiun kereta api pertama tak kalah penting dengan dinamika perubahannya. Itu semua jejak sejarah yang amat sangat berharga, yang kini masih terabaikan! (WINARTO HERUSANSONO)

Artikel Lainnya