Gambaran keunikan Palembang dengan Sungai Musi-nya belumlah lengkap tanpa menikmati suasana kehidupan malam hari. Seiring datangnya rembulan menggantikan surya, eksotisme dan pesona sebagai kota bersejarah dengan peradaban sungai yang kental justru semakin terpancar.
Ketika senja tiba, itulah saatnya Sungai Musi mulai bermandikan cahaya, memantulkan sinar ribuan lampu hias Jembatan Ampera. Pemandangan seperti ini niscaya memberikan sensasi, pesona, dan daya tarik mendalam bagi siapa pun yang belum pernah melihat sisi lain kehidupan malam dari Kota Palembang.
Seiring kemajuan pembangunan di kota yang menyandang julukan “Venesia dari Timur” atau “Kota Seribu Sungai” ini, ada beragam aktivitas yang bisa dilakukan untuk menikmati pesona Sungai Musi pada malam hari.
Sejumlah alternatif wisata malam Sungai Musi antara lain merasakan sensasi wisata kuliner berlatar pemandangan Sungai Musi yang dipadu kesejukan embusan angin malam, memancing ikan dengan berperahu atau duduk di tepi sungai, menelusuri keramaian ruang publik “Plaza Benteng Kuto Besak”, atau mengelilingi tempat-tempat bersejarah dengan kapal wisata.
“Bahkan, penggemar fotografi bisa melatih kemahiran teknik memotret malam hari. Obyek foto yang menarik misalnya Jembatan Ampera bermandikan cahaya, gemerlap lalu lintas kapal di Sungai Musi, dan hiruk pikuk warga di ruang publik,” kata Ahmad (32), penggemar fotografi asal Palembang saat ditemui di kawasan Benteng Kuto Besak, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, untuk berwisata kuliner pada malam hari, tersedia beragam pilihan lokasi dan menu. Bagi wisatawan yang keuangannya cukup memadai, tak ada salahnya mencoba menu khas Palembang di River Side Restaurant atau Warung Legenda. Agar terkesan sensasional, sebaiknya memilih meja makan luar ruangan yang lokasinya langsung menghadap Sungai Musi.
Suasana makan malam niscaya bertambah hangat tatkala para biduan ataupun biduanita restoran mulai menyanyi dengan diiringi harmonisasi alat musik organ. Tentunya lagu nostalgia karya Alfian berjudul “Sebiduk di Sungai Musi” merupakan sebuah lagu wajib yang tak akan lupa dilantunkan para biduan-biduanita tersebut.
Pemerintah Kota Palembang dan sejumlah pengusaha juga menyediakan paket makan malam mengelilingi sungai dengan kapal wisata. Ada dua buah kapal yang bisa digunakan setiap saat, yakni kapal wisata Putri Kembang Dadar milik pemerintah dan kapal wisata milik River Side Restaurant.
Di sisi lain, keunikan wisata kuliner di tepian Sungai Musi dengan penonjolan nuansa tradisional kerakyatan juga bisa dinikmati di Warung Kopi Terapung. Disebut demikian karena setiap wisatawan mesti naik ke dalam perahu jukung yang terapung di tepi Sungai Musi. Di dalam perahu, terdapat dua meja panjang dengan beragam makanan tradisional beserta kursi bagi para pembeli.
“Saya sungguh terkesan saat mencoba warung terapung ini. Yang membuat betah adalah badan terus bergoyang pelan mengikuti empasan arus sungai sembari minum kopi kental sumatera dan menyantap pempek hangat. Ingin rasanya punya warung seperti ini di rumah walau jelas itu mustahil,” kata Fachrudin Gani (38), wisatawan asal Banda Aceh.
Plaza BKB
Setelah puas berwisata kuliner, tak ada salahnya melangkahkan kaki ke Plaza Benteng Kuto Besak. Kawasan terbuka yang terletak di antara Sungai Musi dan Benteng Kuto Besak ini merupakan ruang publik paling ramai di Kota Palembang.
Hasil pemantauan Kompas menunjukkan, pengunjung ruang publik ini didominasi kalangan bujang-gadis, istilah lokal untuk pasangan anak muda yang berlainan jenis. Sebagian pengunjung lainnya adalah keluarga. Saat senja merupakan waktu tepat bagi pasangan bujang-gadis datang. Jumlahnya terus bertambah ketika senja telah berganti malam.
Bahkan, saat malam sudah hampir larut, ratusan pasang bujang-gadis yang duduk berdampingan di sepanjang tepian sungai masih menjadi pemandangan dominan di ruang publik. Jarak yang saling berdekatan sepertinya bukan masalah bagi mereka.
“Kito ni meraso lemak man pacaran di Plaza Benteng Kuto Besak-Bagi kami, Plaza Benteng Kuto Besak merupakan tempat pacaran favorit. Idak pulo bicaro bae kito ni, karno mato pacak jingok nerawang banyu mili- Tidak hanya ngobrol santai karena otak dan pandangan bisa terhibur setelah menerawang air mengalir,” kata Taufik (27) yang tengah duduk bersama kekasihnya, Ida (27).
Bagi wisatawan yang sekadar ingin duduk, bersantai, dan menyalurkan hobi memancing, tersedia sejumlah pilihan cara ataupun lokasi, antara lain memancing dari Jembatan Ampera, memancing dari areal turap di sepanjang pinggiran sungai, atau memancing sambil berperahu menghabiskan malam.
Masalah lingkungan
Gemerlap suasana yang terpancar dari dinamika kehidupan Sungai Musi di satu sisi memang menjanjikan suasana memesona yang sulit ditemukan di kota-kota lain. Namun, di sisi lain, Sungai Musi sampai sekarang masih menyimpan persoalan lingkungan serius yang patut diperhatikan pemegang kebijakan terkait.
Sejumlah persoalan lingkungan yang melingkupi sungai ini antara lain kerusakan daerah aliran sungai di wilayah hulu ataupun hilir, tingginya laju endapan, serta pencemaran air sungai akibat aktivitas rumah tangga dan industri.
Menurut Hendrian dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Sumsel, volume endapan di Sungai Musi ini rata-rata mencapai 2-3 juta kubik per tahun. Masalah endapan ini belum bisa dituntaskan karena minimnya fasilitas yang dimiliki pemerintah.
“Untuk itu, kami sedang mengajukan dana ke Departemen Perhubungan RI untuk pengadaan kapal keruk. Meski harganya mahal karena mencapai Rp 250 miliar, alat ini harus dimiliki Sumsel untuk mengurangi endapan di Sungai Musi,” kata Hendrian.
Di satu sisi, upaya serius untuk membenahi masalah Sungai Musi tidak hanya merepresentasikan bentuk kecintaan pemerintah dan warga atas lingkungan hidup. Namun, di sisi lain juga menunjukkan keseriusan memajukan bidang pariwisata. Dampaknya bisa untuk memajukan ekonomi rakyat. Semoga hal ini jalan beriringan.