KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Hendi Rohendi

Liputan Kompas Nasional

Sosok: Arung Jeram di Tangan Hendi Rohendi

·sekitar 4 menit baca

Sambil duduk di perahu karet, Hendi Rohendi dengan mimik serius memandang satu per satu anggota Tim Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009. Setelah terdiam sejenak, ia lalu berkata pelan dan tegas, “Saya perlu mengatakan bahwa yang paling berbahaya dan harus diwaspadai dalam berarung jeram adalah risiko ketagihan.”

Tanpa diduga, lelaki yang akrab dipanggil Abo ini tertawa berderai. “Sudah-sudah, tak perlu tegang. Asalkan tidak mengabaikan peraturan yang berlaku dan tahu batas kemampuan kita, arung jeram akan menjadi kegiatan yang menyenangkan,” katanya, Minggu (18/1) di Batu Layang, Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Minggu pagi itu adalah hari pertama tim ekspedisi turun menyusuri Sungai Ciliwung dari hulu hingga hilir. Pada bagian hulu, Ciliwung dipenuhi jeram di level cukup tinggi, 2 sampai 4. Anggota tim ekspedisi yang nyaris tidak memiliki pengalaman berarung jeram sempat tegang dan takut. Namun, dengan gurauan akrab dan menenangkan dari Abo, semangat pun terpompa.

Rasa aman tim pengarung sungai makin tebal setelah tahu Abo ternyata satu-satunya orang Indonesia yang saat ini menjadi instruktur arung jeram bersertifikat Federasi Arung Jeram Internasional (IRF).

Sebagai instruktur bersertifikat, Abo menguasai keahlian mengendalikan perahu, membawa penumpang, hingga analisis jeram dan tingkat bahayanya, serta menguasai teknik penyelamatan saat terjadi kecelakaan. Sebagai instruktur bersertifikat, ia diakui secara internasional untuk mendidik orang menjadi pemandu (guide) atau pemimpin perjalanan (trip leader).

“Kalau dikatakan bersertifikat, mungkin belum 100 persen benar karena sertifikatnya belum sampai ke rumah saya di Cimandiri, dekat Citarik, Sukabumi. Mungkin karena tempat saya terpencil sehingga kirimannya susah sampai,” kata Abo sambil memasang senyum lebar.

Atas dasar cinta

Bagi Abo, ada atau tidak ada sertifikat memang tidak menjadi soal. Berarung jeram sudah dilakoninya sejak 15 tahun lalu. Menurut dia, wajar saja ia memiliki berbagai kemampuan karena selama belasan tahun itu ia setiap hari mendalami bermacam teknik dan pengetahuan baru yang terkait dengan arung jeram. Orang lain pun akan bisa mencapainya jika berada dalam kondisi sama dengannya.

Abo mengatakan, keberhasilannya saat ini hanyalah buah dari kecintaan terhadap arung jeram. Sejak masa remaja, ia kerap melihat arung jeram di Sungai Cimandiri, yang dipelopori salah satunya oleh Lody Korua dari Arus Liar.

Layaknya remaja lain di desanya, awalnya ia tertarik melihat perahu karet yang ditunggangi Lody. Dari sekadar meraba-raba perahu karet dengan rasa kagum, ia mulai tertarik memerhatikan bagaimana orang mengendalikan perahu untuk mengarungi sungai.

“Selepas SMA saya sempat ikut kakak bekerja di konstruksi bangunan. Ternyata pekerjaannya berat. Saya juga agak takut ketinggian, jadi akhirnya balik ke kampung. Menganggurlah saya sampai Lody menawari untuk menjadi pemandu perahu membawa wisatawan di Citarik. Saya termasuk angkatan pertama perekrutan pemandu di Citarik,” kata Abo, pria lulusan SMA ini.

Ia langsung meraih kesempatan itu. Bersama tujuh calon pemandu lain yang juga berasal dari desa-desa sekitar, ia berangkat ke Bali untuk menjalani pelatihan pemandu di Sungai Ayung, tahun 1994. Pada saat itu, ia dinobatkan sebagai lulusan terbaik.

Tubuhnya yang menjulang, lebih dari 170 sentimeter, dianggap sebagai berkah. Untuk mengendalikan perahu dari belakang (buritan perahu) guna melewati jeram, ternyata lebih mudah bagi orang bertubuh tinggi. Abo semakin bersemangat dan percaya diri untuk tetap mendalami arung jeram, sebagai hobi maupun profesi. Sejumlah kursus lain dilahapnya demi memperdalam kemampuan, antara lain kursus pemandu internasional di Bali tahun 2001 dan 2002.

Tak berhenti sebatas menjadi pemandu, atas ajakan Lody, ia merambah profesi baru sebagai atlet arung jeram. Ia membela Indonesia pada Kejuaraan Dunia Arung Jeram 2007 di Korea Selatan. Kala itu, bersama tim, ia mampu mendudukkan Indonesia di peringkat 12 dari 20-an peserta dari seluruh dunia.

Penjelajahannya di sungai-sungai berjeram juga tak hanya terhenti di Citarik, tetapi pada lebih dari 20 sungai di Indonesia, termasuk sungai-sungai di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Kecintaannya pada arung jeram juga diwarnai pengalaman buruk. Saat survei sungai di Way Semangka, Lampung, pada 1997, ia sempat terjatuh dari perahu dan nyaris mati karena terseret arus sepanjang hampir satu kilometer.

Tularkan ilmu

Ia masih menjalani pekerjaan sebagai pemandu bersama sekitar 35 orang lain di Citarik di bawah bendera Arus Liar. Satu kesamaan di antara para pemandu itu, semuanya adalah penduduk setempat. Bedanya, Abo juga menjabat sebagai Manajer Pendidikan dan Pengembangan, serta Manajer Adventure Product Arus Liar.

Diakui Abo, sebagai instruktur ataupun manajer bukanlah karier tertinggi yang ditawarkan dalam profesinya. Lody Korua menambahkan, dalam karier seorang pengarung jeram profesional, ada beberapa jenjang yang harus dilalui. Pertama adalah guide atau pemandu yang bertanggung jawab dalam satu perahu, trip leader atau penanggung jawab satu rangkaian perjalanan (bisa terdiri lebih dari lima perahu), instruktur atau orang yang mengarahkan dan mendidik guide dan trip leader, serta yang tertinggi adalah asesor, orang yang bisa mendidik dan menganggap layak seseorang menjadi instruktur.

Namun, Abo merasa ia justru ingin menggapai mimpi yang lain daripada mengejar karier. Mimpinya adalah mendirikan sekolah khusus pemandu. Berdasar pengalaman di Arus Liar, mendidik pemandu membutuhkan waktu 2,5 bulan. Bahkan bisa sampai enam bulan untuk menjadi pemandu lebih berkualitas.

Dengan adanya sekolah pendidikan pemandu, ia berharap bisa memunculkan lebih banyak pemandu arung jeram dari penduduk setempat. Alasannya, penduduk lokal di sekitar Citarik masih banyak yang menganggur maupun merantau ke kota sekadar menjadi buruh.

“Saya bisa seperti ini karena jasa Lody Korua. Ia tidak hanya mendidik saya, tetapi juga sebagai ayah yang membesarkan saya. Saya tidak pernah berpikir pindah ke operator lain meski banyak sekali tawaran. Saya hanya berharap bisa menggapai cita-cita mendirikan sekolah pemandu, karena itu juga bentuk penghargaan kepada Lody,” kata Abo. (MULYAWAN KARIM)

Artikel Lainnya