KOMPAS/LASTI KURNIA

Kabut tebal menyelimuti kawasan Telaga Warna di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Kabut yang datang sepanjang hari dan hujan ringan hingga lebat mendera kawasan tersebut sejak dua minggu terakhir ini.

Liputan Kompas Nasional

Wisata Hulu Ciliwung: Keelokan Telaga Warna hingga Tas

·sekitar 5 menit baca

Berwisata di Sungai Ciliwung, mengapa tidak? Sederet obyek menarik sampai ke restoran menyajikan makanan lezat siap dinikmati mulai dari hulu sungai di kawasan Puncak hingga badan alirannya di Bogor, Jawa Barat.

Silakan memilih, di bagian hulu Ciliwung, ada Cagar Alam Telaga Warna yang sejuk dikelilingi kebun teh. Di aliran badannya, ada penanda berupa kawasan Bendung Katulampa tinggalan zaman Belanda, tempat makan yang nyaman dan enak, hingga pusat belanja tas terbesar di Tajur.

Cagar Alam Telaga Warna terletak tidak jauh dari Puncak Pas dan dari Jalan Raya Bogor Cianjur, yang secara administrasi pemerintahan termasuk dalam Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Berada di hamparan perkebunan teh dan hutan yang masih cukup lebat.

Di taman wisata ini, terdapat danau alam yang permukaan airnya tampak berwarna. Warna hijau lumut terkadang diselingi merah coklat keemasan sering terlihat. Sebuah permainan warna di permukaan danau karena pantulan sinar matahari. Di atas danau, terdapat tebing dengan pohon-pohon besar sebagai kanopi.

Dalam kawasan yang sama, penjelajahan alam terus berlanjut. Setelah melewati jalan tanah yang diperkeras dengan tatanan batu di tengah kebun teh dan membelah bukit-bukit kecil, tiba-tiba terhampar lembah hijau yang amat luas. Di sini, ada telaga kecil yang disebut Telaga Cisaat dan di sekitarnya ada beberapa rumah perkebunan.

Duo Telaga Warna dan Cisaat serta kawasan sekitarnya sejak beberapa tahun terakhir, telah ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Telaga Warna. Konon, taman wisata ini sudah dikenal sejak lima abad silam. Catatan penyair Bujangga Manik pada masa Kerajaan Sunda menyebut tempat ini Talaga Warena, secara keseluruhan berarti ‘tempat yang menyenangkan’.

Tiket masuk ke areal wisata ini kurang dari Rp 10.000 per orang dewasa atau anak-anak. Selain sekadar menikmati keindahan alam dalam keheningan, kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan di lokasi ini pun cocok untuk menyalurkan hobi fotografi, pengamatan burung, dan tentu saja lintas alam dengan berjalan kaki atau bersepeda.

Puas dan kelelahan berkeliling telaga? Dalam 15-20 menit perjalanan keluar dari kompleks taman wisata alam ini, ada Melrimba Garden. Menyeruput teh hangat, kopi, atau aneka makanan di restoran di tengah taman ini tentu menyenangkan. Belanja tanaman, sekaligus belajar cara menanamnya turut menambah segar suasana. Bisa juga memilih Restoran Rindu Alam atau warung makan lain di sepanjang Puncak Pas.

Bermain di bendung

Perut kenyang badan segar kembali, tanda siap melanjutkan perjalanan lagi ke Bogor. Di Kota Hujan ini, ada satu tempat wisata yang nyaris selalu terlewatkan, yaitu Bendung Katulampa. Bendung ini terletak di Kecamatan Katulampa, Kabupaten Bogor, tepatnya sedikit masuk sekitar dua kilometer dari Bale Binarum, Jalan Padjajaran.

Jalan masuk menuju bendung memang sempit, dua mobil berpapasan harus saling hati-hati. Terlebih banyak mobil angkutan umum sering berhenti sembarangan alias ngetem. Namun, begitu mencapai lokasi bendung, pemandangan yang ditawarkan cukup menarik.

Di sepanjang jalur menuju Katulampa, ada obyek wisata lain yang tak kalah terkenal, yaitu Tajur. Antara Katulampa, Tajur, dan sebagian Jalan Padjajaran ini lebih dikenal dengan sebutan Kawasan Katulampa Bantar Kemang. Di Bantar Kemang ini sejak puluhan tahun silam memang dikenal sebagai ikon industri dan pemasaran tas kulit Bogor.

Sekali mendengar namanya, ingatan langsung tertuju pada aneka produk tas model terbaru, berkualitas, dan tentu saja murah. Di kawasan ini mungkin ada sekitar 50 toko tas. Rata-rata toko kecil. Hanya dua toko yang cukup besar, yakni Terminal Tas di Jalan Raya Katulampa dan SKI Tas Tajur di Jalan Raya Katulampa.

Jalan-Jalan: Menikmati Kampung Wisata

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Wisatawan menikmati suasana Kampung Budaya Sindangbarang (KBS) di Desa Pasir Eeurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (3/1).

Selain berbagai obyek di sepanjang aliran Ciliwung, Bogor juga memiliki alternatif tempat wisata yang relatif “baru”. Tujuan baru ini diyakini mampu mengetuk hati dan menambah wawasan untuk bisa hidup lebih dekat dengan alam.

Tempat seru yang ditawarkan kali ini adalah Kampung Budaya Sindangbarang (KBS) dan Kampung Wisata Industri Cikaret (KWC). Kebetulan, lokasi keduanya tidak berjauhan satu sama lain, ada dalam satu jalur perjalanan ke arah selatan Kota Bogor. Sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Hujan itu, tepat di kaki Gunung Salak.

Untuk mencapai keduanya, sama-sama harus melalui Persimpangan Pancasan di Bogor Selatan, lalu masuk ke Jalan Raya Bogor-Ciapus, jalan yang melintasi Kelurahan Cikaret dan Desa Pasir Eurih. Jangan kaget jika jalan yang dilalui tergolong sempit dan padat kendaraan maupun perumahan.

KBS adalah kompleks wisata budaya Sunda Bogor yang berlokasi di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Di sini, dapat dilihat dari dekat sekaligus tinggal di dalam rumah-rumah bergaya arsitektur tradisional Sunda.

Lantunan irama klasik Sunda Bogor menyambut wisatawan saat memasuki kompleks kampung budaya ini. Hanya dengan membayar Rp 600.000-Rp 1,5 juta per malam, wisatawan dapat menginap di satu imah (rumah) yang dapat menampung maksimal 10 orang. Tersedia sarapan pagi gratis untuk empat orang.

Di tengah malam, saat udara jernih bebas kabut, gemerlap kota Bogor dan Jakarta terlihat jelas. Dengan luas lahan 8.600 meter persegi, di kompleks KBS saat ini ada 28 bangunan. Sejatinya, dalam sebuah kampung adat Sunda dahulu, bangunan-bangunan itu untuk dihuni dan digunakan pupuhu (kepala adat), panggiwa (pembantu ahli pupuhu), beserta kokolot (para tokoh adat).

Bangunan-bangunan itu dulu digunakan sebagai wadah aktivitas mereka (dan keluarga) sehari-hari, serta menjalankan roda pemerintahan masyarakat atau komunitas adatnya, termasuk menyelenggarakan ritual/upacara-upacara adat.

Menurut Ahamat Mikami Sumawijaya, pupuhu KBS, setelah terputus lebih dari 32 tahun, tradisi adat yang menjadi daya tarik wisata kini mulai rutin digelar. Beberapa di antaranya adalah Seren Taun. Pekan lalu, KBS mengelar perhelatan Seren Taun untuk empat kalinya.

Selama menginap di KBS, wisatawan bisa menikmati sekaligus belajar kesenian Sunda Bogor klasik, pencak silat, atau mengikuti aktivitas keseharian penduduk desa, seperti bertani di sawah atau menumbuk padi. Yang menarik, ada paket wisata penelusuran situs-situs purbakala peninggalan Kerajaan Sunda (Pajajaran).

Menilik industri kecil

Dari KBS, lanjutkan perjalanan ke Cikaret di wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Lurah Cikaret Syarifudin mengatakan, meski masih terkesan padat dan belum tertata, Kampung Cikaret menyimpan banyak potensi wisata yang berbeda, yaitu wisata usaha rumahan.

Desk informasi wisata mereka ada di kantor kelurahan dengan nomor telepon 02518487219. Di Cikaret, sedikitnya ada 147 usaha rumahan yang siap dikunjungi.

Dengan membayar Rp 50.000 untuk satu orang atau satu keluarga atau satu rombongan wisatawan (maksimal 30 orang), akan diantar seorang pemadu wisata anggota Kompepar, berkeliling ke obyek-obyek wisata di kampung tersebut. Tentunya, dengan berjalan kaki, yang akan menghabiskan waktu antara dua sampai tiga jam dalam satu trip/perjalanan wisata.

Kegiatan usaha atau bengkel kerja itu antara lain pembuatan produk alas kaki, tahu, tempe, tauco, wayang golek, kue ali, sablon, tas, tenda, ransel, dan pembuatan suvenir dari limbah produk alas kaki.

Saat berwisata ke bengkel-bengkel usaha kecil, wisatawan bisa belajar, bukan saja proses pembuatan produk tersebut, tetapi juga arti kehidupan dan keuletan para usahawan kecil menengah yang berjuang nyaris tanpa bantuan siapa pun, termasuk pemerintah.

“Kegiatan usaha mereka sudah berjalan belasan tahun bahkan puluhan tahun karena turun-menurun dari orangtuanya,” kata Syarifudin. Siapa tahu, setelah melihat aneka produk rumahan itu, Anda bisa memborongnya atau malah berbisnis. (RTS/NEL)

Artikel Lainnya