KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Para aktivis dari Greenpeace melakukan kampanye Saya Pilih Citarum Bebas Racundi sekitar saluran pembuangan limbah pabrik ke Sungai Citarum yang melintasi Desa Sukamaju, Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (5/12). Sejumlah pabrik mulai dari Bandung hingga Karawang membuang limbah berbahaya ke sungai yang airnya masih banyak dimanfaatkan warga itu.

Pencemaran

Lingkungan: Pemerintah Tak Serius Selamatkan Citarum

·sekitar 2 menit baca

Lembaga swadaya masyarakat lingkungan internasional Greenpeace menggelar kampanye sumber air bersih Sungai Citarum dengan mendesak pemerintah lebih serius mengawasi industri pencemar sungai. Aksi tersebut mengawali keterlibatan lembaga itu dalam aksi penyelamatan Sungai Citarum.

Aktivis Greenpeace mengenakan seragam warna oranye, membentangkan bendera besar berisi tanda tanya warna hitam. Menggunakan perahu, spanduk bertuliskan “Citarum Nadiku, Mari Rebut Kembali” dibentangkan di tengah sungai. Kampanye berlangsung di Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (3/5), diakhiri dengan pengambilan sampel air berwarna hitam yang mengalir dari saluran pembuangan pabrik.

“Sungai Citarum adalah sungai super strategis yang menyuplai air baku untuk air minum warga Jakarta, sumber pembangkit listrik untuk sistem interkoneksi Jawa-Bali, serta sumber air irigasi,” kata juru kampanye air Greenpeace Asia Tenggara, Ahmad Ashov Birry.

Sungai Citarum dijadikan ujung tombak dalam kampanye Greenpeace untuk memperjuangkan isu air bersih bebas bahan kimia. Dia mengatakan, hasil survei yang dilakukan pemerintah menyebut 35 sungai di Indonesia sudah tercemar bahan kimia.

Strategi kampanye yang dilakukan Greenpeace adalah menyosialisasikan data dan fakta mengenai pencemaran Sungai Citarum kepada pemerintah. Tidak tertutup kemungkinan strategi lainnya, seperti pelibatan ahli yang dimiliki Greenpeace untuk turun dan membuat penelitian di Sungai Citarum.

Dalam waktu yang sama, Greenpeace juga merilis hasil survei yang melibatkan 400 responden dari warga yang tinggal di sepanjang Sungai Citarum, dari hulu hingga hilir pada April 2011. Dari riset itu terungkap masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Citarum mengetahui kondisi sungai sedang tercemar, memahami larangan membuang limbah di sungai, dan menyadari dampak negatif bagi kesehatan dari pencemaran tersebut.

“Ada 53-57 persen responden di hulu dan 53-64 persen responden di hilir menilai, pemerintah gagal mencegah pencemaran Sungai Citarum dari limbah beracun industri,” ujar Kurniawan Zein dari Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. (ELD)

Artikel Lainnya