PUSLITBANG ARKENAS

Tiang pancang dari kayu nibung diduga merupakan sisa permukiman kuno dari awal masa Sriwijaya dari abad III hingga abad V Masehi di situs Air Sugihan, Provinsi Sumatera Selatan.

Liputan Kompas Sumbagsel

Ekspedisi Tiba di Air Sugihan * Tim Ekspedisi Sriwijaya Kembali

·sekitar 2 menit baca

Tim ekspedisi Sriwijaya tiba di Desa Kertamukti, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Jumat (9/10). Di Air Sugihan, tim meninjau situs Air Sugihan berupa sisa tiang rumah panggung dari zaman pra-Sriwijaya sampai abad XIII Masehi.

Perjalanan menyeberangi Selat Bangka menuju Air Sugihan dimulai pukul 10.00 dari Dermaga Tanjung Tedung, Kabupaten Bangka Tengah, dengan menggunakan speed boat. Ombak di Selat Bangka lumayan tinggi meskipun musim angin barat belum tiba.

Situs Air Sugihan menjadi bagian penting dari ekspedisi Sriwijaya karena wilayah tersebut sudah menjadi permukiman sejak sebelum masa Sriwijaya. Air Sugihan juga terletak di jalur pelayaran dan perdagangan yang ramai antara Palembang dan Bangka, wilayah tersebut sejak zaman Sriwijaya merupakan jalur pelayaran dan perdagangan penting.

Arkeolog dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo, yang pernah mengadakan penelitian di Air Sugihan pada tahun 1989, menjelaskan, situs Air Sugihan ditemukan berkat laporan dari masyarakat yang menemukan manik-manik dan kendi dari China di sekitar situs.

Bambang menuturkan, temuan manik-manik dan keramik dari India menunjukkan bahwa saat itu sudah ada hubungan antara masyarakat Sumatera dan India. Keramik India mempunyai ciri khas, yaitu tingkat kekerasan tinggi dan warna kemerahan.

“Permukiman di rawa-rawa ini adalah permukiman awal di pantai timur Sumatera dan mulai masuknya pengaruh India ke Indonesia,” ujarnya.

Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti menuturkan, tiang kayu nibung, seperti di situs Air Sugihan, juga ditemukan di situs Karang Agung, Kabupaten Musi Banyuasin, dan situs di delta Berbak, Jambi. Nibung adalah tanaman khas kawasan pantai Asia Tenggara. Kayu nibung banyak dimanfaatkan untuk membangun rumah panggung atau jerambah (jembatan).

Kembali ke Palembang

Setelah menginap semalam di balai desa Kertamukti, tim ekspedisi Sriwijaya melanjutkan perjalanan ke Sungai Upang, pada hari Sabtu, untuk melakukan pengamatan sebelum pulang ke Palembang. Sungai Upang juga merupakan permukiman tua di pantai timur Sumatera, seperti Air Sugihan dan Kota Kapur.

Menurut Nurhadi, tim ekspedisi Sriwijaya akan membandingkan temuan kayu nibung di Air Sugihan dengan rumah panggung di Sungai Upang.

Sampai di Palembang, tim ekspedisi Sriwijaya akan diterima Asisten III Pemprov Sumsel Aidit Aziz di auditorium Bina Praja, untuk memaparkan hasil ekspedisi Sriwijaya.(WAD)

Artikel Lainnya