Wad

Budi Wiyana

Liputan Kompas Sumbagsel

Profil: Budi, Ketua Tim Ekspedisi Sriwijaya

·sekitar 2 menit baca

Membuat penelitian di situs purbakala merupakan pekerjaan sehari-hari para peneliti Balai Arkeologi Palembang.

Namun, menyelenggarakan sebuah ekspedisi, seperti ekspedisi Sriwijaya yang berlangsung 6-10 Oktober 2009, merupakan pekerjaan baru karena belum pernah dilakukan sebelumnya.

Ketua panitia ekspedisi Sriwijaya, Budi Wiyana (45), kepada Kompas, Minggu (11/10), mengungkapkan, format kegiatan ekspedisi berbeda dengan format kegiatan penelitian yang sering diadakan Balai Arkeologi Palembang.

Menurut pria yang lahir di Klaten, Jawa Tengah, 6 Maret 1964, itu, ekspedisi Sriwijaya dilakukan dengan melakukan perjalanan ke situs-situs dari masa pra-Sriwijaya sampai masa Sriwijaya di Provinsi Sumsel dan Kepulauan Bangka Belitung.

“Yang membedakan ekspedisi dengan penelitian, kalau penelitian hanya dilakukan di situs tanpa melakukan perjalanan ke situs yang lain,” ujar Budi.

Suami dari Nita Asdiana (38) itu menuturkan, ekspedisi Sriwijaya pada awalnya akan dilaksanakan pada bulan Juni 2009 bertepatan dengan ulang tahun Kota Palembang. Namun, karena masalah pendanaan, ekspedisi Sriwijaya baru dilaksanakan bulan Oktober 2009.

Alumnus jurusan arkeologi Universitas Gadjah Mada itu mengatakan, persiapan ekspedisi Sriwijaya hanya dilakukan selama dua bulan, termasuk survei. Panitia yang terlibat sebanyak 15 orang yang seluruhnya dari Balai Arkeologi Palembang. Gagasan tentang ekspedisi Sriwijaya berasal dari Balai Arkeologi Palembang dan mendapat dukungan dari Direktorat Peninggalan Bawah Air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Arkeologi Islam

Budi menuturkan, bidang kajiannya sebenarnya adalah arkeologi Islam. Namun, sejak bertugas di Palembang, Budi lebih banyak menekuni penelitian bidang arkeologi dari zaman megalitik, seperti peninggalan megalitik yang banyak terdapat di Pagar Alam dan Lahat.

Selama lima tahun ke depan, ayah dari Muhammad Faisal Nugraha (13) dan Muhammad Hanif Ramadhan (11) memilih untuk menekuni penelitian tentang arkeologi maritim karena terkait dengan kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim. Penelitian tentang arkeologi maritim misalnya penelitian tentang kegiatan pelayaran dan perdagangan pada masa lalu serta peninggalan-peninggalannya.

Budi bersyukur karena ekspedisi Sriwijaya yang baru pertama kali digelar dan baru pertama kali diketuai olehnya berjalan lancar dan sesuai rencana. Apalagi, perjalanan yang ditempuh tim ekspedisi Sriwijaya melewati Selat Bangka yang ombaknya mulai tinggi.(WAD)

Artikel Lainnya