KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Seorang pekerja membersihkan landas pacu Bandar Udara Blimbingsari di Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (26/4). Saat ini bandara tersebut baru difungsikan sebagai tempat latihan siswa akademi penerbang dari Bali. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berharap ada operator penerbangan yang bersedia menggarap rute-rute pendek potensial.

Liputan Kompas Nasional

Blimbingsari Cari Operator * Jalan Lintas Selatan Belum Utuh

·sekitar 2 menit baca

Tak ingin dana investasi APBD dan dana departemen teknis terhenti karena investasi yang tak produktif, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berusaha mencari operator penerbangan yang akan menggarap rute-rute pendek potensial dengan menawarkan fasilitas Bandara Blimbingsari Banyuwangi yang telah beroperasi.

“Bandara Blimbingsari ini sudah beroperasi, khusus untuk sekolah penerbangan. Tetapi, manakala ada operator ingin menangani rute-rute potensial Banyuwangi-Surabaya, atau Banyuwangi-Denpasar, bahkan Banyuwangi-Lombok, kami sudah siap (bekerja sama),” kata Rindayudha, staf Bandara Blimbingsari, didampingi rekannya, Winardi, kepada Kompas, Minggu (26/4).

Landas pacu (runway) Blimbingsari saat ini 1.400 meter. Bandara berada di lahan 127 hektar dengan kondisi tanpa halangan perbukitan dan gedung.

Menurut Rindayudha, Blimbingsari sudah sejak 21 April lalu menjadi tempat pelatihan 21 siswa penerbangan Bali International Flight Academy (BIFA) dari Denpasar. “Mengapa mereka memilih bandara ini? Tempat ini ideal sekali untuk pelatihan. Di kedua ujung landasan tidak ada penghalang; pohon, bukit, atau gedung tinggi,” kata Yudha, panggilan akrab Rindayudha, tentang kelas bandara yang bisa didarati Fokker 27, ATR 42, Cessna 172, dan Cassa 212 itu.

Secara terpisah, Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Nur Iskandar mengatakan, potensi konsumen penerbangan dari Banyuwangi dan sekitarnya ke Surabaya cukup besar. Setidaknya, penerbangan akan dimanfaatkan sekitar 40 pejabat perbankan serta kalangan perkebunan dan perikanan. “Kami tidak khawatir kursi pesawat tidak penuh. Selain itu, 30 persen eksportir dari Jatim berada di bagian timur Jatim. Artinya, mereka pasti menggunakan lajur Banyuwangi untuk mobilitas, apakah lewat laut, darat, atau udara,” ujarnya.

Tentang pembangunan jalan lintas selatan (JLS), menurut Nur Iskandar, jalan itu akan dibangun sepanjang 110 kilometer-dari Malangsari (sekitar daerah Glenmore) sampai Tangki Nol (perbatasan Jember-Banyuwangi). (SIR/HRD)

Artikel Lainnya