Pulau Seram, Maluku, adalah salah satu pulau yang dikunjungi Tim Ekspedisi Wallacea harian Kompas pada awal Mei 2019. Salah satu sisi utara pulau ini, tepatnya di Sawai, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, menyimpan pesona luar biasa. Pantai dan ikan! Dua kata kunci yang sulit dilupakan saat berkunjung ke sana.
Perjalanan dari Ambon ditempuh dengan kapal cepat sekitar 2 jam dari Pelabuhan Tulehu. Kapal akan berlabuh di Pelabuhan Amahi di kota Masohi. Dari Masohi diteruskan dengan mobil selama 4 jam ke Desa Saleman, Kecamatan Seram Utara. Nah, perjalanan terakhir adalah menggunakan speedboat menuju Sawai sekitar 20 menit.
Sejumlah penginapan siap menampung pengunjung. Semuanya adalah penginapan di atas laut, mirip perkampungan suku Bajo yang ada di Desa Torosiaje, Gorontalo. Pemandangan di bawah lantai penginapan adalah terumbu karang dan aneka ragam ikan yang berenang sana-sini.
Waktu terasa berjalan lamban saat senja tiba dan ketika menikmati kemunculan sang matahari. Kebetulan, hujan menyapa di sela-sela kunjungan tim ekspedisi ke Sawai. Amboy, sendunya! Pada suasana seperti itu, kami disuguhi pisang goreng dan kopi panas. Sungguh, kami merasa sedang ada di surga.
Satu hal yang amat terlarang untuk dilewatkan adalah terjun ke laut. Iya, tak ada yang lebih menyenangkan berenang di laut dengan pemandangan terumbu karang di dasarnya. Apalagi, bermain mendayung perahu nelayan membuat kami benar-benar lupa daratan.
Sayangnya, kami harus kembali ke Jakarta. Enggan rasanya saat menginjakkan kaki ke speedboat yang hendak mengantarkan kami meninggalkan Sawai. Sampai akhirnya kami harus mengucapkan salam perpisahan.
Seram, kamu cantik!