Perjalanan Ekspedisi Wallacea harian Kompas diawali dari Maluku Utara pada 20 April 2019. Segmen ini menjadi segmen pertama dari delapan segmen pada ekspedisi kali ini. Mengapa Maluku Utara?
Ternate, itu alasan pertamanya. Ternate adalah kota penting dalam sejarah perjalanan naturalis asal Inggris Alfred Russel Wallace di Nusantara, sepanjang 1854 sampai 1862. Di kota inilah lahir teori seleksi alam hasil pemikiran Wallace yang sempat membuat Charles Darwin kaget bukan kepalang. Selain itu, konsep garis Wallace (kawasan Wallacea) juga lahir di kota ini.
Tim ekspedisi untuk segmen Maluku Utara terdiri dari tiga repoter dan satu fotografer. Di segmen ini, selain Kota Ternate, tim juga menjelajahi hutan Aketajawe Lolobata di Halmahera dan menyeberang ke Pulau Bacan. Dua pulau tersebut adalah pulau bersejarah.
Di Halmahera, ada sebuah desa bernama Dodinga di Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat. Di desa inilah Wallace menderita demam di sebuah rumah yang ia sewa pada Februari 1858. Saat menggigil itulah terlintas di pikirannya bahwa hanya individu yang kuat yang mampu bertahan, sedangkan yang lemah akan musnah. Inilah pemikiran dasar mengenai teori seleksi alam (evolusi).
Di Bacan, Wallace mendapat apa yang ia sebut sebagai hadiah besar, yaitu burung bidadari halmahera (Semioptera wallacii). Burung itu hasil tangkapan Ali, asistennya yang setia menemani penjelajahannya di Nusantara. Ini adalah burung endemik yang hanya ada di Maluku Utara.
Perjalanan ini memang menguras fisik, tetapi menyenangkan. Berjam-jam jalan kaki masuk hutan di tengah kegelapan, menyeberangi sungai sampai tenggelam sebatas pinggang, dan tentu saja mendirikan tenda sambil menyalakan api unggun. Nyeri kaki dan nafas yang tersengal, lunas terbayar oleh keindahan pemandangan hutan dan burung-burung nan cantik memesona. (APO)
Berikut rekaman foto selama perjalanan ke Maluku Utara.