KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Jamur yang tumbuh di Taman Nasional Gunung Gandang Dewata, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, Jumat (16/8/2019). Gandang Dewata merupakan laboratorium alam dengan ratusan flora dan fauna yang belum teridentifikasi. Kawasan ini juga menjadi salah satu tempat keberadaan flora dan fauna endemik Sulawesi.

Sulawesi Barat

Wajah-wajah Baru dari Gandang Dewata

Oleh Aris Prasetyo
·sekitar 5 menit baca

Taman Nasional Gandang Dewata, Sulawesi Barat, menyimpan kekayaan sumber daya hayati luar biasa. Alam Gandang Dewata menunggu diteliti lebih jauh untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan di Indonesia, khususnya dari kawasan Wallacea. Selain penting bagi ilmu pengetahuan, sumber daya hayati di sana juga harus bisa memberikan kemakmuran.

Pos 1 Gunung Gandang Dewata di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl), Rabu (14/8/2019). Hujan deras tak kunjung reda sejak menjelang terbenamnya matahari. Malam itu, delapan pasang mata berjaga dari mulut tenda. Tim Ekspedisi Wallacea Harian Kompas yang dibantu jagawana dan pramuangkut sedang menunggu tikus mendatangi umpan yang dipasang.

”Ada yang datang,” bisik Heri Cahyono, salah satu jagawana Taman Nasional Gandang Dewata. Saat itu, seekor tikus datang mengendus-endus beberapa butir nasi dan mi instan sisa makan malam yang dijadikan sebagai umpan. Tak berselang lama, tikus yang dicari-cari itu diabadikan lewat jepretan kamera.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Tikus yang dijumpai di sekitar Pos 1 saat pendakian Gunung Gandang Dewata, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, Kamis (15/8/2019). Di Taman Nasional Gandang Dewata ditemukan sejumlah spesies endemik Sulawesi.

Beberapa jam kemudian, dua tikus mendatangi tim yang sedang menghangatkan badan di dekat api unggun yang masih menyala. Dalam gerakan kilat, Deppa Sule (34), warga di kaki Gunung Gandang Dewata yang menemani tim membawakan perlengkapan, menangkap tikus tersebut dengan kedua tangannya. Tanpa menunggu lama, tikus itu dipotret untuk didokumentasikan.

Rupanya, malam itu adalah malam keberuntungan tim. Selain tikus, tim juga berhasil menangkap dua jenis katak. Kebetulan, letak Pos 1 yang menjadi tempat tim menginap berada dekat sungai. Di sekitar sungai itulah katak-katak tersebut ditemukan.

Jenis baru

Gunung Gandang Dewata ditetapkan sebagai taman nasional pada 2016 lewat keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan bernomor SK.773/MENLHK/Setjen/PLA.2/10/2016. Taman nasional ke-53 di Indonesia ini memiliki luas 189.208,17 hektar dan membentang di empat kabupaten di Sulawesi Barat, yaitu Mamuju, Mamuju Utara, Mamuju Tengah, dan Mamasa. Jalur pendakian ke gunung tersebut umumnya dimulai dari Mamasa.

Belum banyak penelitian yang dilakukan di ekosistem Gandang Dewata. Dalam catatan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan, sejauh ini ada dua ekspedisi ilmiah di kawasan tersebut. Ekspedisi pertama dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2016 dan kedua adalah ekspedisi flora-fauna oleh BBKSDA Sulawesi Selatan dengan menggandeng akademisi dari Universitas Hasanuddin, Makassar, pada 2018.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Lumut yang tumbuh di Taman Nasional Gunung Gandang Dewata, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, Kamis (15/8/2019). Gandang Dewata merupakan laboratorium alam dengan ratusan flora dan fauna yang belum teridentifikasi.

Profesor Ngakan Putu Oka, pakar ekologi pada Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin mengatakan, dari ekspedisi flora-fauna di Gandang Dewata ditemukan 160 jenis tanaman, mulai dari pohon hingga anggrek. Sejumlah jenis yang dikoleksi dari ekspedisi tersebut tidak dapat diidentifikasi hingga tingkat spesies. Spesimen yang dikoleksi belum termasuk jenis paku-pakuan dan lumut di Gandang Dewata yang sangat unik.

”Hal ini mengindikasikan bahwa spesimen yang kami koleksi tersebut berpeluang sebagai jenis baru,” ucap Oka yang terlibat langsung pada ekspedisi flora-fauna di Gandang Dewata.

Salah satu jenis temuan baru peneliti LIPI dari Gandang Dewata adalah dari suku jahe-jahean (Zingiberaceae). Marlina Ardiyani adalah penemu spesies baru dari Gandang Dewata untuk jenis tersebut dengan nama ilmiah Etlingera mamarasum atau katimbang sebagai nama lokalnya. Temuan jenis baru ini sudah dipublikasikan lewat jurnal ilmiah pada Juni 2019.

”Asia menyimpan 85 persen dari persebaran jenis jahe-jahean di seluruh dunia yang terdiri dari 55 marga dan lebih dari 1.500 jenis. Di Indonesia, sejauh ini, diketahui ada 25 marga dengan jumlah sekitar 500 jenis,” ucap Marlina.

Dari laporan penelitian LIPI di Gandang Dewata pada 2016, peneliti berhasil mengoleksi 149 jenis tumbuhan yang sebagian besar diperkirakan jenis endemik. Dari 14 jenis dari suku Zingiberaceae yang ditemukan di Gandang Dewata, diduga ada empat jenis yang termasuk kategori jenis baru. Demikian pula 123 jenis paku-pakuan yang ditemukan di kawasan hutan Gandang Dewata.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Polisi hutan dan warga lokal beristirahat di Pos 1 jalur pendakian Gunung Gandang Dewata, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, Jumat (16/8/2019). Mereka menemani Kompas yang mengeksplorasi Taman Nasional Gandang Dewata.

Untuk satwa liar, peneliti menemukan 13 jenis dari famili Muridae (binatang pengerat atau tikus-tikusan) serta dua jenis dari famili tersebut yang belum diketahui jenisnya dan berpotensi menjadi jenis baru. Penemuan tujuh jenis katak endemik Sulawesi dari Gandang Dewata juga berhasil mendapati dua jenis yang dimungkinkan sebagai jenis baru. Peneliti juga menemukan satu jenis lebah madu endemik Sulawesi, yaitu Apis nigrocincta¸ yang ditemukan di ketinggian 1.600 mdpl hingga 1.850 mdpl.

”Ini menunjukkan bahwa Taman Nasional Gandang Dewata memiliki keragaman hayati yang sangat luar biasa dan menunggu untuk diteliti lebih jauh,” ucap Kepala BBKSDA Sulawesi Selatan Thomas Nifinluri.

Nilai ekonomi

Secara turun-temurun, masyarakat di kaki Gunung Gandang Dewata sudah memanfaatkan kekayaan alam dari gunung yang dikenal mistis tersebut. Beberapa di antaranya adalah pemanfaatan getah damar dan lebah madu. Gandang Dewata juga menjadi sumber air yang tak pernah kering.

Selain itu, beberapa jenis tumbuhan di Gandang Dewata juga dimanfaatkan warga sebagai obat-obatan. Sebut saja jenis Cyrtandra tenuicarpa yang bernama lokal maleala dimanfaatkan sebagai obat luka bakar. Ada pula jenis Cinnamomum sp yang berguna untuk mengobati sakit kepala, sakit perut, serta menurunkan panas badan.

Menurut Marlina, suku Zingiberaceae adalah suku tanaman yang cukup banyak bernilai secara ekonomi. Selain digunakan sebagai bumbu masak, jenis jahe-jahean tersebut juga sering dimanfaatkan untuk pewarna alami, sayuran, bahan kosmetik, hingga tanaman obat. Tanaman dari suku ini juga banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Anggrek yang tumbuh di Taman Nasional Gunung Gandang Dewata, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, Jumat (16/8/2019). Gandang Dewata merupakan laboratorium alam dengan ratusan flora dan fauna yang belum teridentifikasi.

Salah satu warga di Mamasa yang sudah mengembangkan tanaman lokal agar bernilai ekonomi adalah Andreas Ambokaraeng. Ketua Komunitas Tondok Bakaru Orchid dari Desa Tondok Bakaru, Kecamatan Mamasa, ini mengoleksi puluhan jenis anggrek lokal yang sebagian juga didapat dari lereng Gandang Dewata. Beberapa koleksi jenis anggrek telah dibeli oleh beberapa kolektor dengan harga ratusan ribu sampai jutaan rupiah per tanaman.

”Beberapa jenis anggrek yang saya koleksi masih belum diketahui asal jenisnya. Kemungkinan adalah sebagai jenis baru,” ujar Andreas. (*)

Artikel Lainnya