KOMPAS/AHMAD ARIF

Suasana Base Camp Everest, Selasa (17/5). Dari titik di ketinggian 5.364 meter di atas permukaan laut inilah, keempat pendaki Indonesia 7 Summits Expedition Unpar mulai mendaki ke puncak Everest.

Pendakian Gunung Denali di Alaska

Ekspedisi 7 Puncak Dunia: Empat Pendaki Gapai Puncak Denali

·sekitar 4 menit baca

Setelah berjuang keras menghadapi suhu beku dan medan terjal, empat pendaki Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Indonesia berhasil mengibarkan Merah Putih di puncak Denali-6.194 meter di atas permukaan laut-Minggu (15/5) sekitar pukul 21.15 waktu setempat atau Senin pukul 12.15 WIB.

Wartawan Kompas Harry Susilo yang menyertai tim itu melaporkan, tim menggapai puncak di Alaska, Amerika Serikat, itu dengan menempuh 10 jam perjalanan dari kamp terakhir. Sementara wartawan Kompas Ahmad Arif melaporkan, tim pendaki Indonesia 7 Summits Expedition Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Selasa, kembali mencoba mendaki ke puncak Everest di Nepal. Sebelumnya mereka sempat gagal pada pendakian pertama, Selasa pekan lalu, karena cuaca memburuk.

Menurut Harry, keempat pendaki yang berhasil mencapai puncak Denali adalah Fajri Al Luthfi, Iwan Irawan, Martin Rimbawan, dan Nurhuda. Mereka didampingi dua pemandu dari American Alpine Institute (AAI), Kurt Hicks dan Aili Farquhar. Denali adalah puncak tertinggi di Amerika bagian utara.

Dua pendaki lain, Ardeshir Yaftebbi dan Popo Nurakhman, tidak melanjutkan pendakian ke puncak dan turun di ketinggian 5.900 mdpl dengan ditemani Dan Otter, pemandu lain.

Tim memulai pendakian ke puncak (summit attack) dari kamp terakhir (high camp) di ketinggian 5.245 mdpl sekitar pukul 11.00 dengan hanya membawa ransel berisi bekal makanan dan minuman. Saat itu temperatur mencapai minus 20 derajat celsius. “Di puncak cuaca cukup cerah, tetapi dingin. Kecepatan angin hanya sekitar 30 kilometer per jam,” kata Kurt Hicks.

Untuk sampai ke puncak, pendaki harus melalui medan menanjak, kemudian menyusuri punggungan sempit nan terjal yang berselimutkan es.

Perjalanan ke puncak ini sangat rawan. Dalam seminggu terakhir tercatat dua kecelakaan terjadi saat perjalanan ke puncak dan menyebabkan dua pendaki dari tim lain tewas.

Setelah mengibarkan Merah Putih dan mengambil foto, para pendaki dari perhimpunan Wanadri itu langsung kembali lagi ke kamp terakhir dan tiba pada Senin sekitar pukul 04.00 (Selasa WIB). Lama perjalanan naik ke puncak dan kembali ke kamp mencapai 17 jam. “Kami sampai di high camp dalam keadaan sehat semua,” ujar Fajri Al Luthfi melalui telepon satelit.

Begitu tiba di kamp terakhir dan beristirahat, para pendaki langsung bergerak turun pada hari yang sama dan bermalam di kamp dua (3.350 mdpl). Tim dijadwalkan tiba di kamp utama (base camp) antara 18 dan 19 Mei mendatang.

Karena sinyal yang terbatas, komunikasi dengan pendaki sulit dilakukan. Telepon satelit yang dibawa Kompas dan Metro TV tidak memperoleh sinyal saat berada di Denali. Komunikasi hanya bisa dijalin melalui telepon satelit yang dibawa pemandu, tetapi kerap terputus.

Pencapaian puncak Denali merupakan yang kelima bagi Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Indonesia yang sebelumnya berhasil mendaki Aconcagua (6.962 mdpl), Elbrus (5.642 mdpl), Kilimanjaro (5.895 mdpl), dan Carstensz Pyramid (4.884 mdpl). “Pencapaian puncak mereka kali ini juga bertepatan dengan HUT Ke-47 Wanadri,” kata Manajer Tim Yoppi Rikson Saragih.

Pendakian Everest

Sementara itu, tim pendaki ke puncak Everest yang terdiri dari Sofyan Arief Fesa, Janathan Ginting, Xaferius Frans, dan Broery Andrew meninggalkan Base Camp Everest pada Selasa pukul 01.15 waktu setempat. Tim dari Mahitala itu didampingi pemandu Jepang dari Mountain Experience, Hiroyuko Kuraoka, yang telah empat kali mencapai puncak Everest.

Keberangkatan mereka dari Base Camp Everest diiringi doa bersama dari tim pendukung. Saat itu suhu udara mencapai minus 5 derajat celcius. Bulan purnama menampilkan sosok Khumbu Glacier yang akan dilewati para pendaki terlihat samar.

Sebelumnya, dua tim Jepang yang terdiri dari Mabeshima Kenji (54) dan Toji Shigeo (63), dengan pemandu Ryuseki Hiraoka, berangkat dari Base Camp Everest 15 menit lebih awal.

Pukul 09.48, Sofyan Arief Fesa melalui radio melaporkan ke Base Camp Everest bahwa para pendaki tiba di Camp II dengan kondisi sehat. Cuaca dilaporkan cerah, suhu 10 derajat celsius. Perjalanan berlangsung lancar. Tim akan beristirahat Selasa di Camp II sebelum melanjutkan perjalanan ke Camp III pada Rabu. Adapun tim dari Jepang tiba di Camp II pukul 11.08.

Suasana “base camp”

Dalam laporannya, Ahmad Arif menyebutkan, suasana Base Camp Everest ramai dengan tenda pendaki dan tim pendukung,termasuk tim pendukung Mahitala sebanyak enam orang yang berada di Base Camp Everest sejak 10 hari terakhir. Mereka adalah Panji Hariyadi, Ariesto Wibowo, Edward Balandua, Yessie Agusta, Ambrin Siregar, dan Alfa Febrianto.

Selain mereka, tim pendukung tambahan yang terdiri dari Sani Handoko, Paul Oktavianus Jaya Putra, Julius Mario, dan Sergio Rustan, juga sudah tiba di Base Camp Everest, Senin sore. Mereka tiba saat empat pendaki bersiap ke puncak Everest.

Suhu di base camp pada malam hari rata-rata minus 10 derajat celsius dan pada siang hari plus 10 derajat celsius. Tenda didirikan di atas es, tepat di ujung longsoran salju di bawah Camp I.

Dalam musim pendakian kali ini, 10 klien dari International Mountain Guides (IMG) sudah berhasil mencapai puncak Everest, yakni pada 13 dan 14 Mei 2011.

Pada 5 Mei 2011, dua sherpa IMG berhasil mencapai puncak, tetapi pada 3 Mei 2011 seorang klien IMG dari Selandia Baru meninggal di Camp III.

Selain itu, seorang warga Jepang dari Adventure Consultants meninggal di Camp IV pada 13 Mei dan mantan Menteri Luar Negeri Nepal Syailendra Upate tewas dalam perjalanan dari Camp I ke Camp II pada 10 Mei.

Artikel Lainnya