Setelah terbang selama 18 jam dari San Francisco, Amerika Serikat, para pendaki Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Indonesia akhirnya tiba di Tanah Air, Sabtu (28/5) pukul 13.00. Mereka langsung disambut haru keluarga dan rekan sejawat di Terminal III Bandar Udara Soekarno- Hatta, Cengkareng.
Wartawan Kompas Harry Susilo yang mengikuti ekspedisi itu melaporkan, pendaki bertolak dari Bandara Internasional San Francisco pada Jumat (27/5) dini hari dan transit di Taipei, Taiwan, sebelum melanjutkan penerbangan ke Indonesia.
Saat tiba di bandara, seluruh pendaki langsung disambut Ketua Umum Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Indonesia Endriartono Sutarto dan mendapat peluk haru dari keluarga dan teman dekat. Mereka bersama-sama kemudian menyanyikan lagu “Indonesia Raya”.
Dalam sambutannya, Endriartono Sutarto mengaku bangga dengan prestasi yang diukir tim dengan berhasil mengibarkan Merah Putih di puncak Denali (6.194 meter di atas permukaan laut). “Semoga bangsa kita bisa terangkat dengan prestasi tersebut,” ujar Endriartono.
Seperti diketahui, empat pendaki, yakni Fajri Al Luthfi, Iwan Irawan, Martin Rimbawan, dan Nurhuda, mencapai puncak Denali, 15 Mei 2011 waktu setempat. Nurhuda tiba lebih dulu pada pukul 20.37, disusul tiga pendaki yang lain 20 menit kemudian. Adapun Ardeshir Yaftebbi dan Popo Nurakhman turun di ketinggian 5.900 mdpl.
Suhu ekstrem
Pendakian ke Denali yang dimulai pada 2 Mei lalu berlangsung selama 17 hari. Ketika mendaki, tim didampingi pemandu dari American Alpine Institute. Tantangan terberat dalam pendakian Denali adalah suhu ekstrem dan beban seberat 30-40 kilogram yang harus dibawa sendiri.
“Suhu yang pernah terekam termometer sampai minus 33 derajat celsius,” kata Nurhuda.
Endriartono mengatakan, pendaki yang tidak berhasil agar jangan terlalu risau. Saat ini yang terpenting adalah mempersiapkan diri untuk mendaki dua gunung berikutnya, yaitu Vinson Massif (4.987 mdpl) di Antartika pada Desember 2011 dan Everest (8.848 mdpl) di Nepal pada pertengahan 2012.
Staf Ahli Menteri Pemuda dan Olahraga Bidang Sumber Daya Olahraga Tunas Dwidarto berharap apa yang dilakukan para pendaki tersebut dapat menginspirasi generasi muda yang lain untuk mengukir prestasi di bidang lainnya. “Semangat dan tekad adalah yang utama bagi pendakian. Soal kerja sama, pemerintah akan selalu mendukung,” ujarnya.
Ketua Bidang II Ekspedisi Galih Donikara mengakui bahwa tim akan terlebih dahulu menjalani pemulihan di Bandung, Jawa Barat, selama seminggu sebelum kembali menjalani latihan untuk pendakian berikutnya. “Kami akan berkoordinasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan pelatih fisik untuk menentukan waktu latihannya,” tutur Galih.