WANADRI/MARTIN RIMBAWAN

Badai salju menghantam Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri saat pendakian menuju puncak barat Gunung Elbrus (5.642 meter) di Rusia, Selasa (17/8). Badai salju membuat tim gagal mencapai puncak barat yang tertinggi di Eropa. Untuk itu, tim memutuskan kembali mendaki demi mengibarkan Merah Putih di puncak Eropa pada Kamis (19/8) ini.

Pendakian Gunung Elbrus di Rusia

Ekspedisi Elbrus: Puncak Barat Tetap Akan Didaki Lagi

·sekitar 2 menit baca

Badai salju mengakibatkan Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri gagal mencapai puncak barat Gunung Elbrus (5.642 meter) di Rusia tepat saat peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Untuk itu, tim mencoba mendaki lagi untuk mengibarkan Merah Putih di puncak barat Elbrus yang tertinggi di Eropa, Kamis (19/8).

Demikian hasil rapat tim seusai makan malam di Barrels Hut (3.870 meter), pemondokan tempat tim menginap, lereng Elbrus, Selasa. Pendakian yang diperkirakan menghabiskan waktu delapan-sepuluh jam ini akan dimulai pada Kamis, pukul 03.00 waktu setempat atau pukul 06.00 WIB.

Saat pendakian Selasa lalu, tim cuma berhasil mencapai sadel (5.400 meter), tempat pertemuan dua jalur menuju puncak barat dan puncak timur (5.621 meter) Elbrus. Namun, badai salju dan angin kencang membuat jalur terjal menuju puncak barat yang tinggal 200 meter lagi kian berbahaya. Tim memutuskan turun mengutamakan keselamatan anggota.

Badai salju turun sejak tim berada di Pastukhov Rocks hingga ke sadel. Cuma beberapa menit di awal-awal pendakian itu cuaca sempat cerah dengan sinar matahari yang hangat. Pastukhov Rocks dicapai 30 menit dari Barrels Hut menaiki truk salju yang disewa tim. Tanpa truk salju, pendakian menghabiskan waktu minimal tiga jam dari pemondokan.

Adapun pendakian dari Pastukhov Rocks ke sadel menghabiskan waktu tujuh jam (pukul 04.00-11.00 waktu setempat). Padahal, menurut pemandu pendakian tim Sergei Surkov (28), dalam hitungan normal dengan langkah lamban, pendakian tersebut cuma menghabiskan empat jam.

Saat pendakian itu, suhu minus 10 derajat celsius. Badai salju membuat hampir sekujur tubuh anggota tim dipenuhi butiran es. Jarak pandang maksimal 25 meter. Yang terlihat hanya warna putih. Tiupan angin melebihi prakiraan cuaca hari itu yang menyebutkan kecepatan angin 5-10 kilometer per jam.

Perjalanan turun menuju pemondokan tetap berisiko tinggi karena badai salju tidak juga reda. Tapak-tapak kaki pada lapisan salju yang kami jejak saat berangkat langsung hilang tersapu badai salju dalam hitungan menit.

Panduan perjalanan turun hanya bertumpu pada kepiawaian empat pemandu kami dan jejeran tongkat merah sebagaipenanda jalur pendakian yang kami pasang sebelumnya. Tim baru terhindar dari badai salju saat mencapai Pastukhov Rocks.

Manajer Tim Bambang Hamid (Abeng) menilai keputusan tim yang memilih turun sudah tepat. “Meskipun puncak tinggal sedikit lagi, pendakian dalam badai salju seperti tadi sangat berbahaya bagi keselamatan,” kata Bambang Hamid yang juga wartawan Metro TV.

Anggota Tim Pendaki Nurhuda mengatakan, dalam suatu ekspedisi, keputusan yang menyakitkan terkadang harus diambil demi keselamatan. “Harus berjiwa besar,” katanya menanggapi pertanyaan Kompas saat perjalanan turun dari sadel.

Tim beranggotakan sepuluh orang. Enam di antaranya adalah pendaki muda Wanadri. Selain Nurhuda, adalah Ardhesir Yaftebbi (ketua), Iwan Irawan (Kwecheng), Martin Rimbawan, Fajri Al Lutfhi, dan Gina Afriani. Mereka didampingi staf ahli tim ekspedisi Hendricus F Mutter, pendaki senior Wanadri dan Ketua Harian Federasi Panjat Tebing Indonesia. Turut serta juga adalah Abeng dan juru kameranya, Popo Nurakhman, serta wartawan Kompas. (BRO)

Artikel Lainnya