KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri dilewati rombongan pendaki dan pelancong saat berlatih aklimatisasi di Elbrus, Rusia, Sabtu (14/8). Aklimatisasi atau menyesuaikan diri dengan tempat tinggi beroksigen tipis diperlukan untuk menunjang pendakian puncak Elbrus (latar belakang) berketinggian 5.642 meter.

Pendakian Gunung Elbrus di Rusia

Ekspedisi tujuh puncak dunia: Merayap pada Dinding Kashkatash

·sekitar 2 menit baca

Keringat bercucuran, napas tersengal-sengal, dan tubuh keletihan saat Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri tiba di depan dinding es Gletser Kashkatash di wilayah otonom Karachay-Baklar, Rusia selatan, Kamis (12/8).

Inilah hari kedua tim melatih keterampilan pendakian gunung es di Kashkatash. Latihan diperlukan untuk menunjang pendakian Elbrus. Puncak baratnya (5.642 meter) yang tertinggi di Eropa akan coba dicapai tepat saat peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus.

Di lokasi latihan, pemandu Sergei dan Daniel meminta kami memasang harness dan crampon. Harness semacam sabuk pengaman tubuh sekaligus tempat memasang peralatan pemanjatan. Crampon adalah alas sepatu bot es yang berupa cakar-cakar pencengkeram es.

Latihan pertama adalah melewati cerukan dinding es dengan tali terpasang pada carabiner atau cincin kait di harness. Daniel berperan sebagai belayer atau orang yang mengatur tarik ulur tali.

Dalam latihan itu, saya berkali-kali ditegur karena tampak grogi dan selalu ingin memegang tali. “Tali itu cuma pengaman, jangan dipegang, mainkan crampon dan kapak es supaya tubuh seimbang,” kata Ardhesir Yaftebbi, Ketua Tim Pendaki Ekspedisi. “Kemarin saya sudah bilang, percayalah pada peralatan,” kata Daniel.

Kekhawatiran itu menjadi kenyataan. Saat tim berjalan pindah ke dinding es lainnya, saya jatuh akibat crampon kanan tersangkut tali crampon kiri yang kendur. Iwan Irawan (Kwecheng) segera membantu membetulkan crampon yang ternyata saya pasang terbalik.

Di dinding es, Sergei memasang dua jalur pemanjatan. Setelah itu, Sergei yang sudah 50 kali memuncaki Elbrus meminta semua anggota tim mencoba memanjat. Satu orang memanjat, sedangkan satu orang sebagai belayer.

Saat memanjat itulah tubuh saya hampir kehabisan energi. Saya kedinginan, perut mual, dan sakit kepala. Saya jadi satu-satunya anggota tim yang gagal memanjat sampai puncak dinding 20 meter.

Dinding es itu nyaris tegak lurus. Ada satu titik landai untuk kaki berpijak. Dalam pemanjatan dinding es, kekuatan harus ditumpu pada tangan dan kaki. Tangan untuk membuat tumpuan dengan kapak es. Kaki menendang-nendang dinding es agar crampon bisa tertancap baik untuk dijadikan tumpuan tubuh juga.

Dinginnya dinding membuat tangan yang sudah terbalut sarung tangan tetap terasa dingin. Energi pun nyaris habis dan saya pun harus menerima kenyataan gagal memanjat sampai atas saat latihan.

Karena kaki lecet dan sebelumnya saya sudah terluka kakinya, Manajer Tim Bambang Hamid memutuskan dan meminta saya tidak ikut pada latihan hari ketiga. Tenaga disimpan untuk pendakian mencapai puncak tanggal 17 Agustus. (Ambrosius Harto)

Artikel Lainnya