KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Pendaki Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri berpose di puncak Kilimanjaro atau Uhuru (5.895 meter), Minggu (1/8) siang. Uhuru merupakan puncak tertinggi di Afrika yang juga satu dari tujuh puncak tertinggi di tujuh benua.

Pendakian Kilimanjaro di Tanzania

Ekspedisi Kilimanjaro: Mengibarkan Merah Putih di Puncak Afrika

·sekitar 3 menit baca

Tepat pukul 13.50 WIB, Minggu (1/8), Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri mengibarkan Merah Putih di puncak Kilimanjaro atau Uhuru (5.895 meter), Tanzania. Inilah puncak tertinggi Benua Afrika. Kami menjejaknya di suhu minus 7 derajat celsius.

Uhuru menjadi puncak kedua dari tujuh puncak tertinggi di tujuh benua yang dapat dicapai tim ini. Puncak pertama ialah Ndugu-Ndugu atau Carstensz Pyramid (4.884 meter) di Provinsi Papua, Indonesia, mewakili benua Oceania-Australia, dan dicapai pada 18 April 2010.

Uhuru, puncak tertinggi di Afrika itu, dicapai setelah sepuluh jam pendakian dari pemondokan (hut) Kibo (4.714 meter). Tim memulai pendakian dari Kibo pukul 03.15 WIB. Kibo merupakan penginapan terakhir untuk para pendaki Gunung Kilimanjaro dari jalur Desa Marangu.

Kondisi medan di jalur pendakian berupa padang pasir dan berbatu. Dua langkah kaki menanjak, turun satu langkah. Bebatuan rentan runtuh akibat terinjak. Tingkat kecuraman jalur pendakian 45 derajat. Bahkan, di beberapa tempat seperti menjelang Gilman’s Point (5.681 meter), jalur pendakian lebih curam lagi.

Suhu udara pada saat keberangkatan tercatat minus 2 derajat celsius. Suhu semakin dingin seiring bertambahnya ketinggian. Angin bertiup kencang membuat udara terasa amat dingin.

Sejak titik ketinggian Gilman’s Point hingga puncak Uhuru, suhu terus turun hingga minus 7 derajat celsius, dan benar-benar membuat tubuh menggigil. Saya bersyukur, meski persiapan saya amat singkat dan polanya menjelang keberangkatan, pertarungan diri dengan Kilimanjaro- puncak legendaris dunia ini-bisa saya lampaui. Gairah yang meluap, dan kegembiraan untuk menapaki Kilimanjaro, membuat tim kami mampu menggapai salah satu puncak dunia itu.

Meskipun sudah dibalut tiga lapis pakaian hangat, termasuk jaket dan celana tahan angin (windbraker) dan sarung tangan berbahan penghasil panas (termal atau goretex), tubuh begitu kedinginan.

Dan apa boleh buat, satu dari enam anggota tim pendaki gagal mencapai Uhuru. Gina Afriani terserang penyakit gunung dan hipotermia “hanya” sekitar 600 meter sebelum menapaki puncak Uhuru atau Kilimanjaro. Ia terpaksa harus turun, untuk pemulihan fisik, ke daerah Kibo.

Di ketinggian sekitar 5.700 meter, gadis kelahiran Sumedang tahun 1988 ini ngedrop. Gina menggigil kedinginan, hampir kehilangan kesadaran, dan muntah-muntah. Suhu udara tetap di sekitar minus 7 derajat celsius, dan terpaan angin begitu kencang.

Dalam kondisi ekstrem seperti itu, untunglah anggota tim dengan sigap merawat Gina sehingga mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, ini tidak sampai kritis. Tubuh Gina dibalut dengan pakaian hangat tambahan, dipeluk, dan terkena sinar matahari. Gina juga diberi air panas.

Setelah sadar dan bisa berjalan, Gina dibawa turun ke Kibo untuk pemulihan kondisi. Ia ditemani Hendricus Mutter, pendaki senior Wanadri. Gina sempat menolak turun karena ingin mencapai puncak Uhuru yang sudah dekat. “Aku enggak mau turun,” katanya. Untuk sesaat pernyataan rekan kami satu tim itu merupakan kondisi angguk-geleng (dilematis) tentu saja.

Namun, tim segera mengambil keputusan penting dan tepat: Gina harus turun untuk menghindari risiko lebih tinggi mengingat kondisi cuaca yang tidak bisa diprediksi apakah membaik atau justru memburuk.

Tentu saja, ketidakhadiran Gina di puncak Kilimanjaro seperti sesuatu yang lowong bagi seluruh tim. Sebutlah, ungkapan anggota tim Nurhuda yang mengatakan keberhasilan tim mengibarkan Merah Putih di Uhuru terasa tidak lengkap tanpa kehadiran Gina. “Saya sampai susah melaporkan situasi ini ke Jakarta,” katanya kepada Kompas di puncak Uhuru.

Bagaimanapun, 12 anggota tim akhirnya berhasil mendaki Kilimanjaro setelah semuanya melewati dan melampaui kawasan ketinggian Gilman’s Point.

“Siapa pun yang bisa mendaki hingga Gilman’s Point di jalur ini sudah pasti mereka ituakan memperoleh sertifikat keberhasilan mendaki Kilimanjaro,” kata pendaki gaek Augustino (64), salah satu pemandu pendakian tim, warga setempat. Artinya, Gina sudah dianggap berhasil mendaki Kilimanjaro meskipun belum bisa mencapai Uhuru.

Senin pagi kemarin, Gina tak ingin melepaskan Kilimanjaro dalam sejarah hidupnya. Kami memperoleh kabar, ia kembali meneruskan pendakian menuju puncak Uhuru ditemani pendaki lain bernama Hendricus.

Anggota tim lainnya yang sudah sampai Kilimanjaro, Senin siang, dalam perjalanan turun ke Desa Marangu.

Kami semua berdoa dan berharap semoga sahabat kami, Gina, pun pada Senin siang ini berhasil menapakkan kakinya di puncak Uhuru, salah satu gunung legenda dunia.

Artikel Lainnya