KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Anggota Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri hendak berangkat dari pemondokan Horombo menuju Bukit Zebra yang berketinggian di atas 4.000 meter untuk aklimatisasi, Jumat (30/7) siang. Aklimatisasi atau penyesuaian dengan kondisi tempat beroksigen tipis diperlukan untuk menunjang pendakian menuju puncak Kilimanjaro (5.895 meter) yang menurut rencana digapai pada Minggu pagi.

Pendakian Kilimanjaro di Tanzania

Tujuh Puncak Dunia: Menuju Puncak Uhuru

·sekitar 2 menit baca

Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri meninggalkan pemondokan Horombo (3.721 meter di atas permukaan laut/dpl) menuju pemondokan Kibo (4.714 meter), Kilimanjaro, Tanzania, Sabtu (31/7) pagi.

Kibo adalah pemondokan (hut) terakhir tempat menginap para pendaki Kilimanjaro dari jalur Desa Marangu. Dari dataran tinggi berbatu dan berpasir itulah tim akan mencoba menggapai puncak Kilimanjaro atau Uhuru (5.895 meter dpl).

Pendakian menuju puncak tertinggi di Afrika itu akan dimulai pada Sabtu tengah malam. Pendakian diperkirakan membutuhkan waktu 7-8 jam dari Kibo. Jika tidak ada masalah, puncak akan dicapai pada Minggu pagi.

Kibo berjarak hampir 10 kilometer dari Horombo. Perjalanan dari Horombo menuju Kibo diperkirakan 6-7 jam. “Apabila tanpa berhenti lama untuk makan siang, Kibo bisa dicapai lima jam,” kata Jawadi, satu dari lima pemandu pendakian tim.

Tim tiba di Horombo pada Kamis setelah menempuh perjalanan selama tujuh jam dari pemondokan Mandara (2.723 meter), tempat pertama menginap. Pada Jumat, tim lebih memilih untuk aklimatisasi dengan tempat berketinggian di atas 4.000 meter dpl yang beroksigen tipis.

Setelah sarapan pada Jumat pagi, tim menuju Batu Zebra (4.048 meter dpl) untuk aklimatisasi. Bukit berbatu yang di depannya adalah hamparan padang helychrysum (tumbuhan abadi seperti edelweiss) ditempuh 1,5 jam dari Horombo.

Dari Batu Zebra juga terlihat Gunung Mawenzi (5.149 meter dpl) yang puncaknya bersalju dan hanya dapat dicapai dengan teknik pemanjatan pada tebing batu dan tebing es.

Setelah aklimatisasi, tim kembali menuju Horombo melalui jalur lain, yakni jalur perjalanan Horombo-Kibo. Kepulangan melalui jalur itu sekaligus memberikan pengalaman kepada tim tentang kondisi jalur menuju Kibo yang dilalui pada Sabtu pagi.

Jalur menuju Kibo berupa jalan setapak yang di sisi kiri dan kanan terhampar padang edelweiss dan tumbuhan jenis lobelia, seperti nanas, senecio, dan grounsels yang mirip kaktus, tetapi berukuran raksasa.

Dari jalur ini pula, Kilimanjaro yang puncaknya bersalju tampak begitu jelas dan megah. Suhu udara selama perjalanan menuju Kibo diperkirakan 10-15 derajat celsius sehingga anggota tim tetap akan memakai pakaian hangat yang dibalut jaket antiangin. (Ambrosius Harto M)

Artikel Lainnya