Gunawan

Peta Palangkaraya-Pangkalan Bun

Liputan Kompas Nasional

Batu Bara Dilarang Lewat Jalan Raya * Jalan Beraspal Dan Denyut Ekonomi Kota Sampit

·sekitar 3 menit baca

Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang akan melarang angkutan batu bara melalui jalan raya, khususnya trans-Kalimantan. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah menyiapkan transportasi alternatif berupa kereta api.

“Agar jalan negara dan jalan lain tak rusak, Kalteng segera membangun jalur kereta api. Bersama Bappenas dan Ditjen Perkeretaapian, kami telah membicarakan jadwal tender dan hal-hal teknis,” kata Teras, Jumat (13/2).

Teras memberi jaminan kepada investor bahwa jalur KA pasti digunakan. “KA akan menjadi transportasi utama batu bara di samping sungai,” katanya.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Departemen Perhubungan Wendy Aritenang saat dihubungi menyatakan yakin jaringan rel KA batu bara di Kalimantan dapat terealisasi. “Kami telah mengeluarkan rencana trase, jadi tinggal dibangun,” kata Wendy.

Pembangunan jalur KA di Kalteng dilakukan lewat kerja sama pemerintah-swasta. Pemprov Kalteng akan membebaskan lahan untuk jalur KA. Investor yang telah berminat adalah Itochu Corporation dari Jepang.

Menurut Makbul S Sumadilaga, mantan Direktur Teknis PT Kereta Api yang kini menjadi konsultan angkutan batu bara, skema kerja sama pemerintah-swasta perlu karena terlalu berat bagi investor untuk mendanai proyek sendiri.

Menurut Teras, nilai investasi KA di Kalteng Rp 7,4 triliun. Tahap pertama, dibangun jalur rel Puruk Cahu-Bangkuang (185 km), tahap dua Bangkuang-Lupak Dalam.

Berbeda dengan Kaltim dan Kalsel, Kalteng lebih dulu menyiapkan infrastruktur KA sebelum demam tambang batu bara. Hal itu belajar dari inefisiensi transportasi di Kaltim dan Kalsel, di mana truk batu bara merusak jalan-jalan negara di Kalsel mulai Batu Licin hingga Pelaihari.

Hal serupa berlangsung di jalan trans-Kalimantan ruas Kandangan hingga tempat penumpukan terakhir sebelum kawasan Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin. Gubernur Kalsel Rudy Arifin memberi batas sampai 2009 bagi pengangkut batu bara lewat jalan negara. Selanjutnya, mereka harus lewat jalan khusus tambang.

Transportasi massal dan efisien untuk batu bara di Kalimantan penting karena cadangan batu bara pulau itu diperkirakan 31,6 miliar ton. Sejauh ini, produksi maksimal 150 juta ton per tahun. Artinya, masih banyak batu bara, bila tidak ada pengaturan akan menghancurkan jalan.

Ahli transportasi dari Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mendorong KA digunakan sebagai angkutan utama barang agar pemerintah tidak menghamburkan dana untuk perbaikan jalan.

Hingga tahun 2007, secara nasional, porsi pengangkutan barang dengan KA hanya 0,63 persen (17,42 juta ton). Angkutan barang lewat jalan 91,25 persen (2,51 miliar ton), angkutan laut 7,07 persen (194,81 juta ton), angkutan feri 0,99 persen (27,40 juta ton), dan angkutan udara 0,05 persen (1,37 juta ton).

Sebaliknya di India, kereta api memfasilitasi 40 persen pergerakan barang. Perusahaan KA India dimiliki negara dan memiliki 200.000 gerbong barang. Sebaliknya di Indonesia, terus terjadi penyusutan armada. Tahun 2003 PT KA memiliki 5.636 gerbong, 2007 tinggal 3.289 gerbong barang.

Kota Sampit

Dalam perjalanan menuju Pangkalan Bun dari Palangkaraya sejauh 445 kilometer, Tim Jelajah Kalimantan singgah di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng. Urat nadi perekonomian Kalteng di wilayah barat itu kembali berdenyut, jauh berbeda dengan suasana tahun 2001 ketika kerusuhan etnis mencekam kota ini.

Aktivitas Pelabuhan Sampit sangat padat. Pemerintah kembali membangun pelabuhan kargo. Dari dua pelabuhan yang ada, tak kurang dari 350 armada angkutan siap membawa barang ke sejumlah daerah di Kalteng.

Ratusan armada itu menyusuri jalan trans-Kalimantan poros selatan dari Sampit ke arah Pangkalan Bun (ibu kota Kotawaringin Barat), Kasongan (ibu kota Kabupaten Kasongan), bahkan ke Palangkaraya. Sebaliknya berbagai hasil bumi, termasuk CPO, diangkut ke pelabuhan untuk dikirim ke Jawa dan diekspor.

Jalan trans-Kalimantan pada ruas Palangkaraya-Sampit seluruhnya teraspal sehingga angkutan barang dan penumpang sangat lancar. Ini berbeda dengan ruas Banjarmasin-Palangkaraya yang sebagian rusak dan dalam perbaikan.(RYO/CAS/AIK/FUL)

Artikel Lainnya