KOMPAS/C WAHYU HARYO PS

Seorang pengendara sepeda motor yang mengangkut gula dari Malaysia terjatuh di jalanan becek yang menanjak, Januari lalu. Jalan yang menghubungkan Sajingan dengan ibu kota Kabupaten Sambas tersebut sedianya menjadi jalan lintas negara saat pos pemeriksaan lintas batas (PPLB) Sajingan resmi dibuka tahun ini.

Liputan Kompas Nasional

Infrastruktur: Warga Sambas Gratiskan Lahan untuk Trans-Kalimantan

·sekitar 2 menit baca

Sekitar 1.575 keluarga di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, melepaskan sebagian lahan mereka secara cuma-cuma kepada pemerintah untuk pelebaran jalan trans-Kalimantan. Tepatnya, untuk pembangunan jalan sepanjang 36 kilomter di ruas Sambas-Tanjung Harapan-Galing.

Atas partisipasi itu, ruas jalan yang menuju kawasan perbatasan Kalbar-Serawak (Malaysia) di Aruk, Kecamatan Sajingan Besar, Kalbar, kini mempunyai daerah milik jalan selebar 20-40 meter.

“Tak dibutuhkan biaya untuk membebaskan lahan. Yang perlu dilakukan hanyalah berbicara baik-baik dengan warga untuk mendukung kepentingan yang lebih besar. Kerelaan warga membebaskan lahan untuk jalan kini sudah sulit ditemui di tempat lain,” kata Bupati Sambas Burhanuddin A Rasyid, saat menerima Tim Jelajah Kalimantan Kompas di Sambas, Kalimantan Barat, Kamis (19/2).

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sambas Fery Madagaskar memerinci, ada sekitar 1.200 bidang tanah, 50 teras rumah, puluhan pagar rumah, serta 7 rumah yang dilepaskan warga secara sukarela untuk pelebaran jalan tersebut. “Tapi, ada juga yang menerima ganti rugi,” ujarnya.

Rusdin, salah seorang warga Desa Sijang, Kecamatan Galing, misalnya, mendapat ganti rugi Rp 1 juta dari pemerintah, setelah lahannya terpangkas pelebaran jalan sekitar 20 meter.

“Sebenarnya tanpa ganti rugi pun warga sudah bersyukur dibuatkan jalan yang lebar. Ada salah seorang tetangga saya bernama Muhammad memberikan lahannya yang hampir habis terkena pelebaran jalan dan tidak meminta ganti rugi sepeser pun,” kata Rusdin.

Pada lahan-lahan yang telah diserahkan warga, kini proyek pembangunan jalan diteruskan. Sekitar 40 kilometer (km) jalan masih dalam tahap pengerasan, sedangkan 23 km lainnya masih merupakan jalan tanah.

Meski belum beraspal mulus, kini sudah ada transportasi umum yang dikelola swasta-berupa truk yang baknya dimodifikasi untuk kursi penumpang-beroperasi di sana. Daya angkut truk tersebut 30 orang dengan tarif Rp 50.000 per orang.

Jika dibandingkan dengan kondisi delapan tahun silam, kondisi jalan saat ini tergolong baik. Tahun 2001, ketika kondisi jalan belum sebaik sekarang, warga pada umumnya berjalan kaki menuju kawasan perbatasan maupun Kota Sambas.

Sebaliknya

Berbeda dengan Sambas, di Kabupaten Landak, Kalbar, satu jembatan di ruas jalan nasional di Belantian, Desa Tebidak, tak dapat difungsikan meski pembangunannya telah dituntaskan lebih dari setahun. Hal ini disebabkan beberapa rumah warga belum dibebaskan. Akibatnya, pelintas terpaksa bergantian melewati jembatan lama karena lebarnya hanya 4 meter-hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat. (WHY/FUL/RYO/AIK)

Artikel Lainnya