KOMPAS/AGUS SUSANTO

Warga transaksi hasil kebun di pasar terapung muara Sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (22/5). Muara Sungai Kuin yang dulu identik dengan pasar terapung yang dipenuhi sampan, kini berkurang dan digantikan aneka toko swalayan di darat layaknya kota besar lainnya di Indonesia.

Liputan Kompas Nasional

Jelajah Kalimantan: Perjalanan Sungai Berlanjut ke Darat

·sekitar 1 menit baca

Setelah melalui 433 kilometer dari tapal batas Kalimantan Timur-Kalimantan Selatan dengan mobil, Tim Jelajah Kalimantan 2009, Rabu (11/2) subuh, merasakan transportasi sungai di Banjarmasin, Kalsel. Dengan perahu klotok, tim menyusuri Sungai Martapura di Kelurahan Sungai Lulut untuk melongok pasar terapung Lok Baintan, di Kecamatan Sungai Tabung, Kabupaten Banjar.

Itulah satu-satunya pasar terapung yang masih hidup di Kalimantan Selatan, selain Pasar Terapung Kuin yang kini meredup. Pasar terapung lainnya, satu per satu lenyap akibat perubahan orientasi hidup dari sungai ke darat.

Peta Sungai Martapura

Di Banjarmasin, sungai dan kanal-kanal buatan yang dibangun masyarakat Banjar sejak berabad-abad lalu mulai tergantikan jaringan jalan raya.

Tiga puluh menit mengarungi sungai, pemandangan menyejukkan mata terhampar. Sekitar 50 perempuan yang memakai tanggui (penutup kepala khas Banjar), atau kain bulang untuk kerudung, dan tapih bahalai (kain batik) mengayuh jukung membawa dagangan mereka.

Jual-beli dilakukan langsung dari atas perahu, setelah masing-masing mengayuh perahu dengan dayung membawa dagangan mereka dari perkampungan di sekitarnya. Produk yang ditawarkan kebanyakan buah-buahan, beras, sayur-mayur, dan rempah-rempah.

Di Lok Baintan, pemandangan yang terpampang di depan mata adalah asyiknya masyarakat tradisional Kalimantan menggunakan sungai sebagai jalur transportasi, tradisi yang nyaris punah. (FUL/RYO/AIK)

Artikel Lainnya