JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas penyeberangan di Teluk Jakarta terganggu karena angin kencang dan gelombang tinggi selama sepekan terakhir. Situasi itu menghambat aktivitas warga dan nelayan, menurunkan jumlah wisatawan, serta mengganggu pelayanan publik di Kabupaten Kepulauan Seribu.
Sejumlah kapal penyeberangan dari Dermaga Marina di Ancol dan Kaliadem di Muara Angke, Jakarta Utara, misalnya, batal berangkat dan terlambat tiba di Pulau Pramuka, Senin (9/2) siang. Sejumlah operator membatalkan keberangkatan karena mengkhawatirkan keselamatan akibat gelombang 2-3 meter serta angin kencang dari arah barat daya. Sebagian kapal penumpang yang seharusnya tiba di Pulau Pramuka pukul 09.30 baru tiba pukul 11.30-12.00 karena menunggu angin reda.
Layanan publik juga terganggu. Hingga pukul 10.30, sebagian pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu belum tiba di kantor karena kapal pengangkut batal berangkat. Bank DKI di Pulau Pramuka, hingga pukul 10.30, belum buka dan beberapa nasabah terpaksa kembali.
Cuaca buruk berlangsung sejak beberapa hari lalu. Kondisi itu membuat penyeberangan dari dan ke Kepulauan Seribu menjadi tak pasti. Sejumlah pedagang di Pulau Untung Jawa, misalnya, menunda belanja ke Tanjung Pasir di Kabupaten Tangerang karena kapal tidak beroperasi.
”Seharusnya hari ini pergi ke rumah saudara di Pulau Tidung, tetapi tidak ada kapal yang berangkat sejak tadi pagi. Cuaca biasanya reda pada sore, tetapi operator kapal tidak bisa memastikannya,” kata Umiyati (41), warga Pulau Untung Jawa.
Sejumlah kapal penyeberangan menepi ke pulau terdekat, lalu melanjutkan perjalanan setelah angin reda. Beberapa nakhoda kapal penyeberangan antarpulau di Kepulauan Seribu menyiasati gelombang tinggi dan angin kencang dengan menyusuri perairan yang lebih tenang di dekat pulau meski jalan memutar lebih jauh.
Nelayan dan wisata
Yusup (54), nelayan di Pulau Pramuka, mengatakan, angin kencang datang bersama dengan gelombang tinggi. Kondisi itu menyulitkan nelayan Kepulauan Seribu yang umumnya berperahu dengan bobot mati kurang dari 5 gross ton. Sebagian nelayan menganggur di rumah, membenahi peralatan tangkap, dan sebagian mencari ikan di perairan dangkal di sekitar pulau.
Selain aktivitas penangkapan ikan, cuaca buruk di perairan Teluk Jakarta juga berpengaruh pada menurunnya pengunjung di sejumlah obyek wisata di Kepulauan Seribu. Sejumlah pedagang di Pulau Untung Jawa bahkan menutup lapak selama musim hujan dan angin karena sepi wisatawan belakangan ini. Penurunan juga terlihat dari tingkat hunian di sejumlah penginapan.
Untung (37), pengelola penginapan di Pulau Pramuka, mengatakan, seperti berulang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, pengunjung cenderung turun saat gelombang laut tinggi atau angin kencang pada kurun Desember-Februari. Penurunan jumlah pengunjung diperkirakan lebih dari 30 persen dibandingkan bulan-bulan lain. ”Para pengelola penginapan, penyedia jasa penyeberangan, penyelaman, dan snorkeling merasakan penurunannya,” ujarnya.
Pada akhir pekan lalu, sejumlah penginapan di pesisir barat Pulau Pramuka, misalnya, kosong tak terhuni. Situasi itu jarang terjadi pada akhir pekan pada saat air laut dan angin tenang, terlebih pada musim liburan sekolah. (MKN)