Oleh DAHONO FITRIANTO
Tanah airku aman dan makmur
Pulau kelapa nan amat subur
Pulau melati pujaan bangsa
Sejak dulu kala….
Lagu indah karya Pahlawan Nasional Ismail Marzuki itu tak pernah bosan mengingatkan kita akan takdir Indonesia sebagai negeri kepulauan. Setiap orang Indonesia pasti akan selalu mengaku tahu bahwa negerinya ini negeri kepulauan, negeri maritim, dengan nenek moyang orang pelaut.
Namun, seberapa tahu kita sesungguhnya tentang pulau-pulau yang ada di negeri ini? Seberapa jauh kita mengenal pulau kelapa yang amat subur dan pulau melati yang selalu kita puja-puja itu?
Tak usah jauh-jauh, sebagian besar penduduk Jakarta dan sekitarnya pun kadang lupa bahwa wilayah Provinsi DKI Jakarta mencakup lebih dari 100 pulau di sebelah utara Teluk Jakarta. Tepatnya ada 110 pulau yang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Seribu.
Pulau-pulau itu bisa dibilang hanya berjarak ”sepelemparan batu” dari daratan. Dari Tanjung Pasir, Tangerang, misalnya, dalam waktu kurang dari setengah jam kita sudah akan tiba di Pulau Untung Jawa menggunakan perahu motor.
Perjalanan ke pulau terjauh di ujung utara gugus Kepulauan Seribu memakan waktu tak lebih dari 3-4 jam. Makin bagus cuaca, makin cepat perjalanan menuju ke sana.
Keindahan pulau-pulau di Kepulauan Seribu pun tak kalah dengan kepulauan wisata terkenal di dunia, macam Karibia, Hawaii, Maladewa, atau Bali sekalipun. Tak percaya? Buka saja Google Images, lalu ketik Kepulauan Seribu di kolom pencarian, dan silakan nikmati gambar-gambar yang muncul.
Namun, tetap saja sebagian orang Jakarta lebih memilih berdesak-desakan di Puncak, yang sudah terlalu macet, untuk menghabiskan akhir pekan. Kalaupun ingin menikmati suasana pantai yang indah, mereka lebih memilih terbang ke Bali daripada menyeberang sebentar ke Pulau Tidung, Pulau Harapan, atau pulau resor lain di Kepulauan Seribu.
Di saat sejumlah kota lain di dunia macam Dubai di Uni Emirat Arab dan Doha di Qatar bahkan sampai menggelontorkan dana miliaran dollar AS untuk membuat pulau artifisial guna menarik wisatawan, kita justru seolah memunggungi pulau-pulau yang dianugerahkan Tuhan sejak semula itu.
Coba kembali buka Google di bagian Google Books, kemudian cari di sana buku tentang Kepulauan Seribu, lalu lihat sendiri sudah berapa buku yang diterbitkan tentang kawasan itu.
Jati diri
Kini, Indonesia dipimpin presiden yang telah menerapkan strategi Poros Maritim sebagai fokus kebijakannya. DKI Jakarta juga kini dipimpin gubernur yang lahir dan besar di sebuah pulau di luar pulau-pulau utama. Saatnya tiba untuk kembali menoleh ke pulau-pulau dan lautan kita.
Tiba saatnya untuk memupuk kembali rasa kerinduan warga Jakarta dan sekitarnya akan pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Kita rindu akan jati diri kita sebagai orang yang ”bernenek moyang orang pelaut”. Jati diri itu bahkan terkesan terlalu jauh dan seolah absurd saat ini.
Namun, baiklah, kita melangkah setapak demi setapak. Pepatah tua mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Maka, dengan kesadaran itu, Kompas bertekad mengajak para pembaca lebih dekat dengan pulau-pulau di Kepulauan Seribu.
Melalui seri liputan khusus Kelana Seribu Pulau ini, satu demi satu fakta, realitas, potensi, tantangan, kehidupan masyarakatnya, dan tentu saja keindahan alamnya akan disajikan.
Semua dengan harapan, tak akan lagi kita memunggungi lautan dan pulau-pulau kelapa itu. Tak akan lagi kita melupakan dan menganggap mereka sebagai halaman belakang. Karena sejatinya, di sanalah masa depan terbentang…!