Kapal cepat merapat di North Jetty, dermaga utara Pulau Pabelokan, Kamis (17/9) sekitar pukul 11.00. Terus dihantam ombak yang membuat kapal susah tenang, satu per satu penumpang meniti naik ke bibir dermaga setinggi 1,5 meter-2 meter.
Selamat datang di Pulau Pabelokan!
Pabelokan adalah satu dari sekitar 12 pulau di Kepulauan Seribu yang berpenghuni permanen. Namun, tak seperti pulau berpenghuni lainnya, Pabelokan merupakan pulau karang seluas 12 hektar yang memiliki fungsi khusus sebagai pusat operasional kegiatan eksplorasi pertambangan lepas pantai, khususnya gas alam.
Pulau ini berjarak sekitar 90 kilometer (km) dari pantai utara Jakarta dan terletak di ujung barat laut dari wilayah Kepulauan Seribu. Perjalanan menuju Pabelokan dengan kapal cepat butuh waktu lebih kurang 3 jam.
Pabelokan tak bisa dicapai dengan kapal angkutan umum yang biasa membawa pengunjung ke pulau-pulau wisata atau pulau penduduk tradisional di gugusan Kepulauan Seribu. Pabelokan adalah pulau milik negara yang saat ini dikelola perusahaan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) SES Ltd. CNOOC sebagai pemilik kontrak kerja sama eksplorasi minyak dan gas di wilayah tersebut.
Untuk menuju Pabelokan, biasanya dilayani dengan kapal khusus pengangkut karyawan dari Pelabuhan Kalijapat di Pademangan, Jakarta Utara. Namun, dalam kesempatan khusus hari itu, keberangkatan menuju Pabelokan dimulai dari Dermaga 17 Marina, Ancol, Jakarta Utara.
Kompas berangkat ditemani staf media Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Suhendra Atmaja serta perwakilan kantor CNOOC di Jakarta, antara lain Head of Community Relations Masyuti Yasin.
Pohon dan kadal
Siang itu, Pabelokan terkesan sunyi. Berjalan dari dermaga melewati gapura, ada taman dan pepohonan tinggi di salah satu sudut pulau menyapa siapa pun yang masuk ke jantung pulau.
Di seberang rerimbunan pohon itu, ada beberapa pekerja beraktivitas dengan peralatan las. Di sela-sela pipa-pipa besi, hanya 1-2 meter dari para pekerja, seekor kadal besar sepanjang sekitar 1 meter asyik mandi sinar mentari.
Sebelum bisa melanjutkan berkeliling pulau, pengunjung harus melewati pos pemeriksaan. Selain kartu identitas khusus tamu yang harus dimiliki pengunjung, barang bawaan pun diperiksa. Tanpa izin khusus dan keperluan yang tak jelas, pengunjung sama sekali tak boleh mengambil gambar.
Beberapa perwakilan pengelola Pabelokan yang juga karyawan CNOOC terus menemani rombongan tamu, antara lain Ujang Wijaya dari Departemen Logistik, Anjar Suryadi dari bagian Power Gas Facilities, serta Eko Suharso dan Baginda Simatupang dari bagian landscape engineering. ”Di sini memang ketat. Semua harus sesuai aturan. Ini demi keamanan selama berkegiatan di sini,” kata Anjar.
Setelah lolos pemeriksaan, rombongan rehat sejenak di salah satu ruang di Mess Hall. Deskripsi tentang Pabelokan ditayangkan di layar. Anjar menerangkan singkat sejarah dan kondisi pulau yang sudah menjadi pusat operasional kegiatan pertambangan lepas pantai sejak 1968 itu. CNOOC hanya satu dari banyak perusahaan migas yang pernah beroperasi di Pabelokan.
Tak lama kemudian, saatnya mengenakan baju kerja overall warna jingga cerah, sepatu bot bersol tebal, helm, dan kacamata. Seragam yang sama digunakan hampir semua pekerja yang beraktivitas di luar ruang. Saat berjalan berkeliling, ada beberapa pekerja bersepeda melintas. Bersepeda dan berjalan kaki adalah cara mereka bermobilitas di dalam pulau.
Fasilitas Water Maker dengan sistem reverse osmosis (RO), yang membuat air laut menjadi air tawar, menjadi tujuan kunjungan pertama. Dengan fasilitas ini, kebutuhan air di Pabelokan dan unit kerja lepas pantai tercukupi.
Secara keseluruhan, Pabelokan telah dibangun menjadi area konstruksi, area jalan dan ruang penyimpanan terbuka seluas 6.700 meter persegi. Sisa pulau dipertahankan sebagai daerah hijau. Kegiatan utama yang dikembangkan di Pabelokan adalah gas processing plant.
Di pulau yang sebagian besar penghuninya laki-laki ini, pepohonan dan taman terawat amat baik. Ini berkat pengolahan limbah dari penghuni atau proses mesin di beberapa fasilitas yang terkontrol dengan baik.
”Sebagian besar ini tanaman asli dari sini. Kami merawat dan mengembangkannya seperti kelapa dan butun. Kalaupun ada pohon dari luar, dikembangkan dengan hati-hati karena bisa jadi bawa penyakit dan justru mengacaukan yang sudah ada di sini,” kata Baginda.
Siang itu, saat melihat-lihat pusat pengolahan sampah, kembali kami bertemu kadal. Hewan itu ada dan hidup tenang tanpa diganggu para penghuni pulau. Demikian pula burung-burung, terbang bebas di sekitar hutan kecil yang terjaga di pulau itu.
Saat rehat
Tak sampai satu jam kemudian, waktu makan siang tiba. Rombongan berjalan kaki kembali ke Mess Hall yang juga difungsikan menjadi semacam kantin besar dengan berbagai pilihan menu. Irisan buah mangga dan semangka segar serta es krim sukses meluluhlantakkan rasa gerah.
Makanan disiapkan melimpah untuk memenuhi kebutuhan sekitar 500 penghuni pulau. Setiap orang boleh mengambil makanan sesukanya. Akan tetapi, di setiap meja ditemukan informasi tertulis soal kebutuhan kalori setiap orang dan saran asupan makanan seimbang agar tubuh tetap bugar.
Tepat di samping Mess Hall terdapat fasilitas akomodasi berupa gedung bertingkat berbentuk huruf H. Di lantai dua gedung itu terdapat fasilitas ibadah, termasuk kapel dan masjid, yang luas, bersih, dan nyaman.
Sempat sekitar 30 menit beristirahat di salah satu kamar, rasanya cukup nyaman. Bangunan sudah berusia sedikitnya 20 tahun, tetapi terawat dan bersih.
Seusai rehat, rombongan diajak melihat pembangkit listrik dan fasilitas pengolah gas. Namun, kami tak boleh terlalu dekat dengan dua fasilitas penting itu.
Kami kemudian dibawa ke klinik dan bertemu dengan 1 dokter dan 1 perawat yang bertugas menangani karyawan yang sakit. Pasien yang sakit berat langsung dirujuk ke rumah sakit di Jakarta, dibawa dengan angkutan kapal khusus atau helikopter.
Ujang mengatakan, rata-rata karyawan CNOOC di Pabelokan melewatkan 7 hari di pulau dan 7 hari di darat. Selama berada di pulau, kerja dilakukan berdasarkan sistem shift dengan waktu kerja 8 jam setiap shift di setiap departemen atau unit kerja.
Nyaris tak ada bunyi bising berlebihan di Pabelokan meski kesibukan berlangsung 24 jam. Begitu banyak sisi kehidupan yang menarik untuk dilihat lebih jauh, sayang waktu sekitar 4 jam yang disediakan untuk berkeliling berlalu cepat dan kami harus segera meninggalkan pulau sebelum ombak makin menggila. Berharap di lain waktu bisa mengenalmu lebih dekat, Pabelokan. (NELI TRIANA/AMBROSIUS HARTO)