Warga di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara, Kamis (17/9), senang karena mendapatkan lagi bantuan 26 ton air bersih. Bantuan itu datang dari pengelola Pulau Pabelokan, perusahaan swasta asing di bidang minyak dan gas.
”Ada bantuan air begini, lega rasanya. Di Pulau Panggang, ada fasilitas RO (reverse osmosis) System, tetapi terbatas. Kami bisa ambil air dari fasilitas itu tiga-empat hari sekali. Itu pun dapat jatah satu jeriken (15-20 liter) air saja,” kata Kamsin (40), warga setempat.
Untuk kebutuhan sehari-hari, di luar minum dan masak, warga mengambil air sumur yang jumlahnya juga terbatas dan rasanya sangat asin saat kemarau seperti sekarang.
Dengan lahan amat terbatas, rata-rata setiap pulau berpenduduk tetap di Kepulauan Seribu menghadapi pertumbuhan jumlah warga yang diikuti permasalahan air bersih, listrik, sampah, dan kawasan hijau atau resapan air.
Sebetulnya bukan sesuatu yang mustahil untuk membuat setiap pulau mampu secara mandiri memenuhi kebutuhan air, listrik, pengolahan sampah, dan menjamin kelestarian kawasan hijau. Pulau Pabelokan bisa menjadi contoh bahwa impian menjadi pulau yang mandiri bisa terealisasi. Pabelokan sejak 40 tahun silam menjadi kawasan berfungsi khusus, yaitu pulau operasional untuk kegiatan eksplorasi minyak dan gas. Dengan penerapan teknologi di Pabelokan, kebutuhan air bersih bagi sekitar 500 pekerja di pulau dan banyak lagi pekerja di anjungan lepas pantai terpenuhi.
Saat mengunjungi pulau ini 17-18 September lalu, salah satu fasilitas yang menarik perhatian adalah water maker. Sesuai data dari China National Offshore Oil Corporation (CNOOC), RO System di Pabelokan mampu mengubah air laut menjadi air tawar bersih dengan tingkat kapasitas maksimal 1.140 ton per hari dan kapasitas tangki air bersih 2.200 ton. Pulau ini sejak 2002 hingga sekarang dikelola CNOOC.
Head of Community Relations CNOOC Masyuti Yasin mengatakan, selain mencukupi kebutuhan internal, sebagian air bersih yang dihasilkan juga disalurkan ke beberapa pulau yang membutuhkan.
Ujang Wijaya dari Divisi Logistik CNOOC di Pabelokan mengatakan, membangun fasilitas RO sangat mungkin diterapkan di Kepulauan Seribu. Tinggal dihitung detail jumlah penghuni dan kebutuhan kapasitas mesin RO.
Tidak harus setiap pulau memiliki fasilitas RO tersendiri, tetapi harus diperhitungkan cara distribusi air bersih ke pulau terdekat yang paling efektif. Yang pasti, operasional dan perawatan mesin harus dilakukan dengan serius, tidak bisa setengah hati.
Menghuni, merawat
Satu pelajaran yang didapat selama beberapa jam di Pabelokan adalah setiap pekerja atau penghuni punya tugas tersendiri, termasuk memastikan pulau tetap lestari. Selain memproduksi sendiri air bersih dan memastikan penggunaannya efektif, pulau ini juga punya pembangkit listrik sendiri dan mengelola sampah yang disinergikan dengan pengelolaan kawasan hijau.
Pengolahan sampah dan limbah setidaknya ada tiga bagian, yaitu incinerator; pengolahan limbah cair dari dapur, hotel, dan ruang cuci; serta penyimpanan limbah berbahaya. Fasilitas ini di luar pengolahan limbah hasil proses di gas plant dan aktivitas terkait eksplorasi migas. Sebagian sampah organik, antara lain sampah dari dapur, diolah menjadi pupuk.
Baginda Simatupang dari divisi landscape engineering bersama timnya, siang itu, mengecek dan memastikan botol-botol plastik bekas kemasan air mineral terisi penuh dengan pupuk cair organik.
”Pupuk cair ini hasil pengolahan sampah organik yang dihasilkan, antara lain, dari dapur kami. Sangat bagus untuk nutrisi tanaman dan pohon di sini. Dengan cara dilubangi tutupnya dan ditanam terbalik, cairan pupuk merembes sedikit-sedikit. Terlalu banyak pemberian pupuk tidak baik juga bagi tanaman,” kata Baginda.
Di sebagian pulau seluas 12 hektar itu ada pohon kelapa, butun, sukun, dan pandan laut serta banyak lagi tanaman berbunga warna-warni.
Tenaga surya
Di Sebira, CNOOC membangun PLTS masing-masing untuk kompleks SD-SMP satu atap, ruang pendidikan anak usia dini, pos kesehatan, balai rukun warga, majelis taklim, dan masjid. Penerangan dari PLTS berlangsung 24 jam, tetapi hanya untuk kepentingan tempat tersebut atau tidak untuk turut menerangi rumah warga.
Guru SDN Pulau Harapan 02 Pagi, Tatang Suherlan, mengaku tinggal di rumah dinas dalam kompleks sekolah. Penerangan dari PLTS selama ini belum ada masalah. ”Listrik di sini bisa dikatakan gratis,” katanya. (NELI TRIANA/AMBROSIUS HARTO)