SUMEDANG, KOMPAS — Jalur kereta api dari Stasiun Rancaekek, Bandung, menuju Stasiun Tanjungsari di Sumedang, Jawa Barat, beroperasi tahun 1921 sampai 1942. Reaktivasi jalur itu memungkinkan untuk dilakukan guna mendukung transportasi dari Bandung ke Bandara Kertajati di Majalengka yang masih dibangun.
”Pemerintah Kabupaten Sumedang mendukung penghidupan kembali jalur rel Rancaekek-Tanjungsari. Jalur itu bisa menghubungkan Bandung, Sumedang, dan Cirebon,” tutur Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumedang Subagio, Selasa (29/3), dalam diskusi kegiatan susur jalur rel mati Rancaekek-Tanjungsari di Jatinangor, Sumedang.
Kegiatan diskusi dilaksanakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) bekerja sama dengan lembaga Sahabat Museum dan Kereta Anak Bangsa. Stasiun Rancaekek terletak di lintasan utama kereta api dari Bandung menuju Yogyakarta.
Jalur Rancaekek menuju Tanjungsari memegang peranan penting sebagai rintisan jalur kereta api dari Bandung menuju Cirebon pada masa kolonial Hindia Belanda. Fungsi jalur itu antara lain mempercepat akses ke Pelabuhan Cirebon untuk membawa komoditas ekspor penting seperti kopi dan teh dari Bandung. Sebelumnya, komoditas dibawa ke Pelabuhan Cilacap, Jawa Tengah, atau Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta.
Di Sumedang, dari Stasiun Tanjungsari, rel dilanjutkan sampai Citali. Jalur tidak sampai ke Cirebon karena pada saat itu krisis ekonomi mulai melanda Eropa yang berpuncak pada tahun 1929-1930. Jalur yang dibangun perusahaan milik pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS), itu berfungsi pada 1921-1942.
Pemerintah pendudukan Jepang lantas memereteli jalur rel tersebut pada 1942 untuk dipindahkan ke jalur Saketi-Bayah di Banten. Jalur rel kereta api yang direncanakan menghubungkan Bandung ke Cirebon itu pun kandas hingga sekarang.
Kepala Laboratorium Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, mengatakan, ide reaktivasi jalur kereta api dari Bandung menuju Cirebon sudah lama didengungkan, tetapi tidak pernah ada realisasinya. ”Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak tertarik meneruskan jalur angkutan massal dari Bandung ke Cirebon ini,” ucapnya.
Pendiri Kereta Anak Bangsa Aditya Dwi Laksana mengatakan, jalur Bandung-Sumedang-Cirebon ditujukan untuk mempercepat akses dari Bandung menuju Pelabuhan Cirebon. Bangunan berupa jembatan dan beberapa bekas stasiun dapat dijumpai, antara lain jembatan cincin Cikuda di antara Cikeureh dan Cileles.
Jalur rel mati Rancaekek sampai Citali dinilai menjadi potret keseriusan pembangunan sarana angkutan massal pada masa Hindia Belanda. (NAW)