Lambaian nyiur di Pulau Nusa Penida mengisyaratkan ucapan selamat datang saat kapal mulai merapat ke dermaga. Nusa Penida adalah pulau terbesar dari gugusan Pulau Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Ketiganya terletak di sebelah tenggara daratan utama Pulau Bali yang menjadi bagian dari Kabupaten Klungkung.
Berbeda dengan daratan Pulau Bali, Nusa Penida masih tertatih dalam menata sektor pariwisata. Pasalnya, belum ada sinergi yang erat antara pemerintah, pengusaha, dan warga setempat. Kesiapan sumber daya manusia dan infrastuktur menjadi dua masalah krusial di pulau yang berjuluk ”Surga Biru” ini.
Nusa Penida makin sering didatangi turis, baik untuk menyelam maupun menjelajahi daratannya.
Usaha untuk mengedepankan Nusa Penida sebagai poros pariwisata di Kabupaten Klungkung telah digagas setidaknya sejak tiga tahun lalu. Tahun 2014, untuk pertama kalinya digelar sebuah promosi wisata bertajuk ”Festival Nusa Penida”. Festival ini mampu menyedot perhatian publik melalui suguhan acara yang mengombinasikan seni, tradisi, dan keindahan alam.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengatakan, menyadarkan semua pihak akan potensi yang ada di Nusa Penida harus dimulai dengan aksi. ”Saat banyak turis yang datang, kesadaran orang untuk mengembangkan wisatanya akan terbangun dengan sendirinya,” ujarnya saat ditemui Kompas pada akhir Oktober lalu.
Tahun emas
Tahun 2015, indikator pariwisata kawasan Nusa Penida menunjukkan peningkatan yang signifikan. Jumlah wisatawan meningkat pesat dari tahun sebelumnya hingga 40,8 persen. Persentase ini bahkan jauh melampaui pertumbuhan wisatawan di Bali yang hanya mencapai 6,2 persen pada tahun yang sama.
Sebagai multiplier efect, potensi-potensi wisata di Nusa Penida pun mulai berkembang. Sejumlah destinasi baru mulai dieksplorasi oleh warga setempat dan ditawarkan dalam paket wisata kepada pengunjung. Tidak hanya bertumpu pada atraksi bawah laut dan pesisir, wilayah darat dengan nuansa perbukitan juga menjadi penjelajahan yang menyenangkan.
[kompas-highchart id=”jumlah-wisatawan-kabupaten-klungkung”]
Akomodasi mengalami peningkatan pada 2015. Jumlah penginapan tahun sebelumnya sebanyak 17 hotel meningkat menjadi 28 hotel. Toko suvenir ikut terkerek naik. Tahun 2013 baru ada 71 toko, tahun 2015 menjadi 89 toko. Menurut pengakuan warga, Nusa Penida makin sering didatangi turis, baik untuk menyelam maupun menjelajahi daratannya. Sejumlah warga beralih menjadi sopir mobil sewaan untuk menyediakan jasa transportasi bagi wisatawan.
Tingkat okupansi Nusa Penida hanya 42,2 persen, masih di bawah Bali yang mencapai 60,5 persen.
Sayangnya, peningkatan animo wisatawan terhadap perkembangan pariwisata di Nusa Penida seolah mandek dalam dua tahun terakhir. Capaian pada 2015 tidak bisa bertahan hingga sekarang. Peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Nusa Penida tidak signifikan lagi.
Penyelenggara Festival Nusa Penida, Nyoman Widana, mengatakan, banyak wisatawan hanya melakukan perjalanan satu hari menggunakan kapal pesiar. Wisatawan tidak menginap dan hanya bersandar di ponton-ponton milik pengusaha penyedia jasa snorkeling atau diving. ”Ini yang masih menjadi kendala. Nusa Penida sangat kaya, tetapi kekayaannya belum terolah sempurna. Belum ada fokus ke sana,” katanya.
[kompas-highchart id=”jumlah-wisatawan-bali”]
Mandeknya perkembangan pariwisata di Nusa Penida ini bisa dilihat rendahnya tingkat okupansi hotel sejak tahun 2015. Tingkat okupansi Nusa Penida hanya 42,2 persen, masih di bawah Bali yang mencapai 60,5 persen. Inilah gambaran kondisi pariwisata Nusa Penida yang stagnan ditandai dengan jumlah akomodasi, restoran, ataupun toko suvenir tidak mengalami penambahan sejak 2015.
Perbaikan infrastuktur jalan untuk menuju tempat-tempat wisata yang tersembunyi juga mandek. Studi larap (rencana tindakan pengadaan tanah dan permukiman) yang sudah dilakukan sejak 2015 hingga kini masih terkendala anggaran dari pemerintah pusat. Padahal, destinasi di tempat-tempat tersembunyi ini memiliki keunikan yang menjadi daya tarik pulau ini.
Untuk menyaksikan ombak yang menabrak karang di ketinggian 200 meter dari pesisir di Pasih Andus, misalnya, harus ditempuh melewati medan jalan yang cukup terjal. Begitu pula perjalanan menuju perbukitan di Tanlad yang menyajikan pemandangan alam yang indah. Obyek-obyek wisata ini akan semakin banyak menyedot kunjungan wisatawan jika jalan akses menuju ke sana dibuat lebih rata dan dan lebih lebar.
Penopang ekonomi
Hampir 90 persen perekonomian di Bali ditopang oleh industri pariwisata. Hal ini bisa dilihat dari tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata. Tahun 2016, penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor perdagangan, restoran, dan jasa akomodasi mencapai 728.757 orang atau sebanyak 30,16 persen.
[kompas-highchart id=”peningkatan-jumlah-pekerja-di-sektor-akomodasi”]
Di Kabupaten Klungkung sendiri, sejak 2013 telah terjadi pergeseran bidang usaha. Sektor penyedia akomodasi menjadi penopang ekonomi kedua setelah pertanian dan perikanan. Jumlah pekerja di sektor ini pun terus mengalami peningkatan. Pada 2015, pekerja di sektor akomodasi meningkat 3,16 persen. Sementara pekerja di sektor lain, seperti konstruksi, industri, dan pertambangan, menurun. Pergeseran juga terjadi pada keluarga petani rumput laut. Meski produksi rumput laut tetap stabil setiap tahun, jumlah rumah tangga perikanan (RTP) yang melakukan usaha rumput laut terus berkurang. RTP tahun 2015 turun 14,6 persen sejak 2013.
Meski demikian, konsumsi barang dan jasa yang digerakkan oleh sektor pariwisata secara konsisten menyumbang produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Klungkung. Proporsi PDRB yang berasal dari akomodasi terus meningkat dari 9,85 persen pada 2010 naik menjadi 10,56 persen pada 2016.
[kompas-highchart id=”pdrb-atas-harga-konstan-2010-kabupaten-klungkung”]
Tahun 2015 merupakan masa sukses pariwisata Nusa Penida. Kesuksesan yang ditandai dengan peningkatan jumlah wisatawan yang beriringan dengan penambahan jumlah akomodasi ini bisa menjadi pijakan pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi obyek wisata lain yang ada di Kabupaten Klungkung. (ARITA NUGRAHENI/LITBANG KOMPAS)