Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten Maros, adalah surga yang lain dari kawasan Wallacea. Wilayah ini punya keunikan dari segi apa pun. Sebut saja geologinya, flora dan faunanya, ataupun sejarahnya.
Maros menjadi salah satu wilayah penting dari serangkaian petualangan Alfred Russel Wallace, naturalis asal Inggris, saat menjelajahi Nusantara sepanjang 1854-1862. Wallace mampir di Maros pada Juli sampai November 1857 atau setelah perjalanannya dari Kupang, Pulau Timor. Di Maros, Wallace terpukau oleh keragaman dan kecantikan ratusan spesies kupu-kupu yang ada di sana.
”Kupu-kupu Celebes yang langka dan indah menjadi tujuan utama pencarian saya. Banyak spesies kupu-kupu baru yang saya temukan, tapi mereka terbang dengan gesit dan jarang muncul sehingga sulit ditangkap”, tulis Wallace dalam bukunya, The Malay Archipelago (1869).
Wallace juga melontarkan kebahagiaannya selama tinggal di Maros. Di rumah milik seseorang yang ia sebut Mr Jacob Mesman, Wallace menikmati saguer yang sangat ia gemari. Saguer adalah air fermentasi dari pohon aren yang berwarna putih susu.
”Mr Mesman selalu mengirimkan potongan daging hasil buruannya. Daging itu dikirim bersama potongan daging unggas dan telur serta burung yang saya tembak sendiri, juga daging kerbau, kira-kira setiap dua minggu sekali. Ini menjamin lemari makanan saya selalu terisi”, lanjut Wallace dalam bukunya.
Selain kupu-kupu, Maros juga punya dua jenis tarsius, yaitu Tarsius pumilus dan Tarsius fuscus. Selain itu, monyet endemik Sulawesi juga bertebaran di wilayah tersebut, yakni jenis Macaca maura. Belum pula jejak prasejarah di Goa Leang Rasapao yang berusia hampir 40.000 tahun!
Berikut rekaman lensa fotografer harian Kompas,Hendra A Setyawan, dalam rangkaian Ekspedisi Wallacea selama di Maros pada Juni 2019.