KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Kupu-kupu jenis Gandaca butyrosa mencari makan di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (20/6/2019). Di taman nasional yang dijuluki ”The Kingdom of Butterfly” ini, tak kurang dari 247 spesies kupu-kupu berhasil diidentifikasi. Naturalis asal Inggris, Alfred Russel Wallace, melakukan eksplorasi di kawasan ini pada Agustus-November 1857.

Sulawesi Selatan

Rahasia Sang Kupu-kupu

Oleh Aris Prasetyo
·sekitar 3 menit baca

Di balik sayapnya yang rapuh tapi cantik, kupu-kupu adalah salah satu indikator penting pada sebuah ekosistem. Jamak diketahui, kupu-kupu membantu penyerbukan atau proses pembuahan pada tanaman. Peran itu juga dilakukan oleh lebah, burung, atau serangga lainnya. Apa lagi?

Peran penting kupu-kupu, meski sederhana, cukup menarik dikupas dalam artikel berjudul ”Why Are Butterflies Important?” di laman www.sciencing.com. Keberadaan kupu-kupu yang melimpah di alam menjadi indikator bahwa ekosistem di tempat tersebut tengah berkembang. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kupu-kupu merupakan komponen penting dalam rantai makanan, yakni sebagai predator sekaligus mangsa.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Kupu-kupu jenis Vindula erota mencari makan di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (20/6/2019). Di taman nasional yang dijuluki ”The Kingdom of Butterfly” ini, tak kurang dari 247 spesies kupu-kupu berhasil diidentifikasi. Naturalis asal Inggris, Alfred Russel Wallace, melakukan eksplorasi di kawasan ini pada Agustus-November 1857.

Kupu-kupu dewasa dan ulat bulu merupakan makanan empuk berbagai jenis burung ataupun kelelawar. Sebaliknya, kupu-kupu juga memakan beragam daun pada tanaman. Beberapa spesies tersedia sebagai bentuk alami pengendali hama. Contohnya, saat masih berbentuk ulat, kupu-kupu memakan kutu daun.

Selain itu, kupu-kupu juga bermanfaat bagi manusia dari segi ekonomi. Keberadaan kupu-kupu cantik nan langka menjadi daya tarik turis dari berbagai belahan dunia untuk datang menyaksikan. Contohnya adalah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung di Sulawesi Selatan yang menjadi rumah bagi 247 jenis kupu-kupu serta sasaran wisatawan dari dalam dan luar negeri. Masyarakat di sekitar kawasan taman nasional juga memproduksi suvenir dari kupu-kupu untuk gantungan kunci atau awetan yang bisa dikoleksi.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Pengunjung berfoto di pintu masuk kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (20/6/2019).

Perubahan iklim
Lebih jauh, kupu-kupu disebut sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Para ilmuwan menjadikan kupu-kupu sebagai salah satu indikator terhadap peringatan dampak perubahan iklim secara lebih luas. Menurut National Academy of Sciences, kupu-kupu Euphydryas editha di Amerika Utara bermigrasi semakin ke arah utara (yang lebih dingin) dan ke tempat yang lebih tinggi. Artinya, ada peningkatan suhu di tempat mereka sebelumnya.

Penurunan populasi kupu-kupu sebagai dampak perubahan iklim juga memiliki konsekuensi bagi banyak spesies lain. Hewan seperti burung, mamalia kecil, dan serangga lain yang menjadikan kupu-kupu sebagai makanan utama mereka akan kehilangan sumber makanan penting. Dengan demikian, hewan-hewan itu harus mengubah pola makan dan mengarah pada jenis yang kurang tersedia atau jenis yang tidak diinginkan.

Polusi udara juga membunuh ngengat, serangga yang punya kekerabatan dekat dengan kupu-kupu. Di laman www.theconversation.com, populasi ngengat dipengaruhi langsung oleh era yang disebut Revolusi Industri (1750-1850) di Inggris Raya. Ditemukannya mesin uap dan pembakaran masif batubara sebagai sumber energi telah menghasilkan polusi udara berupa asap hitam. Rupanya, polusi asap hitam tersebut berdampak langsung bagi keberadaan ngengat putih dan ngengat hitam.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Kupu-kupu dari famili Papilionade jenis Graphium milon dan Graphium meyeri mencari makan di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (20/6/2019).

Bernard Kettlewell, peneliti di Universitas Oxford, adalah orang pertama yang menyelidiki perubahan populasi ngengat putih dan ngengat hitam tersebut. Dia membuat percobaan pada 1950 untuk menguji apakah jelaga yang dihasilkan dari industri memudahkan ngengat hitam membaur di lingkungannya. Sebaliknya, ngengat putih sulit berbaur sehingga lebih rentan terhadap pemangsaan oleh burung.

Lewat serangkaian pengamatan, penelitian lapangan, dan percobaan kandang burung, Kettlewell menemukan bahwa datanya sesuai dengan ramalan: ngengat hitam menjadi lebih berlimpah karena mereka disamarkan dengan lebih baik dan lebih sedikit dimangsa oleh burung di daerah yang tertutup jelaga. Sebaliknya, ngengat putih memudahkan pemangsa memakan mereka. Warna putih adalah warna mencolok di tengah-tengah sergapan jelaga.

Sekali lagi, di balik sayapnya yang rapuh, terdapat peran dan fungsi yang kuat bagi keseimbangan alam.

Artikel Lainnya