Badai salju menunda usaha Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri mengibarkan Merah Putih di Gunung Elbrus, Rusia, saat peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus lalu. Namun, dalam terpaan angin kencang, akhirnya mereka berhasil juga mengibarkan Merah Putih di puncak barat Elbrus atau Oskhamako (5.642 meter), Kamis (19/8) pukul 11.30 waktu setempat.
Inilah perayaan kemerdekaan negeri yang tertunda dan tentu jauh berbeda dengan yang dirasakan rakyat sebangsa dan seTanah Air. Di negeri jauh ini, perayaan kemerdekaan tidak ada pesta. Tidak ada lomba khas 17 Agustus. Cuma doa syukur dan air mata kebahagiaan yang ditumpahkan di sepetak lahan bersalju tebal, puncak Eropa. “Kami semua menangis ketika sampai di puncak,” kata Ketua Tim Pendaki Ardeshir Yaftebbi.
Pendakian dimulai pukul 03.00 waktu setempat. Dari Barrels Hut (3.870 meter), tempat menginap, tim menyewa truk salju menuju Pastukhov Rocks (4.600 meter). Dari kawasan berbatu itulah, tim mendaki hampir enam jam ke Sadel (5.350 meter), pertemuan dua jalur menuju puncak barat dan puncak timur (5.621 meter).
Dalam pendakian dari Pastukhov Rocks-Sadel itulah, angin bertiup kencang. Tim tidak sempat menghitung berapa kecepatan angin.
Dari Sadel menuju puncak yang medannya amat terjal, angin makin kencang. Anggota tim pendaki Gina Afriani sampai harus diikatkan dengan tali pada tubuh Sergey Fursov, pemandu pendakian tim. “Saya hampir jatuh terus-terusan,” kata Gina.
Selain Ardeshir, Fajri, dan Gina, tiga pendaki Wanadri juga berhasil mencapai puncak, yaitu Iwan Irawan (Kwecheng), Nurhuda, dan Martin Rimbawan. Selain itu, juga Hendricus Mutter, pendaki senior Wanadrisekaligus staf ahli tim ekspedisi, dan Popo Nurakhman, juru kamera Metro TV. Manajer Tim Bambang Hamid (Abeng) tidak sampai ke puncak, tetapi menunggu tim di Sadel.
Wartawan Kompas yang turut menyertai pendakian itu sudah lebih dulu gagal karena terserang penyakit gunung. Di atas Pastukhov Rocks, saya terserang sakit kepala, sesak napas, perut mual, dan susah melihat dengan jelas.
Akhirnya saya minta turun sendiri untuk kembali ke Barrels Hut. Saya tidak ingin membebani usaha tim menuju puncak. Abeng dan dua pemandu pendakian, Daniil Timofeev dan Alex Avtomonov, akhirnya setuju meskipun mereka agak khawatir bagaimana nanti saya bisa sampai ke pemondokan tanpa ditemani siapa pun. “Oke, kamu harus ikuti tongkat merah, jangan sampai keluar dari jalur pendakian,” kata Daniil kepada saya. Tongkat itu penanda jalur pendakian yang sudah terpasang sebelumnya.
Saat tim berjuang ke puncak, saya berjuang turun sampai pemondokan Barrels Hut. Tiga kali saya memuntahkan cairan. Saya hampir kehilangan kesadaran. Kaki melangkah ngawur. Pandangan agak kabur meskipun cuaca di bawah Pastukhov Rocks cerah.
Untunglah, dalam perjalanan turun sejumlah pendaki menolong. Ada yang menggandeng saya turun beberapa meter. Ada yang memberi saya minuman hangat hingga melepaskan crampon, cakar-cakar es pada alas double boot (sepatu es). Akhirnya, saat tim mencapai puncak, saya berhasil mencapai pemondokan. “Keputusanmu sudah tepat. Kalau lanjut, kamu bisa mati,” kata Manuel Pizarro, pendaki asal Kanada yang satu pemondokan dengan saya, ketika melihat saya datang.
Manuel yang juga paramedis segera memeriksa tekanan darah dan jantung saya. “Lumayan, kamu membaik dan sebaiknya kamu istirahat sambil menunggu tim kembali,” katanya dipemondokan berupa peti kemas.
Elbrus merupakan puncak ketiga yang telah didaki tim. Puncak pertama ialah Ndugu-Ndugu atau Carstensz Pyramid (4.884 meter) di Indonesia, mewakili Benua Oceania-Australia. Puncak kedua adalah Kilimanjaro (5.895 meter) di Tanzania, mewakili Afrika.
Elbrus berpuncak kembar dan berada dalam gugusan pegunungan Kaukasus yang membatasi Rusia dan Georgia.
Setelah Elbrus, masih ada empat puncak lagi yang jauh lebih berat. Namun, tim bertekad juga mengibarkan Sang Merah Putih di puncak Aconcagua, Denali (McKinley), Vinson Massif, dan Sagarmatha (Everest).
Ekspedisi ini membawa misi nasional menjadi orang pertama Indonesia yang memuncaki tujuh puncak dunia. Untuk mewujudkannya, tim didukung pemerintah, Pertamina, Telkomsel, Tugu Pratama Indonesia, Eiger, Pointrek, Rumah Nusantara, dan media massa (Metro TV, Kompas, dan Antara).