Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mendukung pengelolaan dan penataan Sungai Ciliwung secara terpadu antara pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota yang dilalui. Tantangannya adalah bagaimana melaksanakannya dengan baik.
“Sudah ada peraturan presiden soal Ciliwung yang dirancang bersama-sama dengan semua pihak. Masalahnya, perlu ada penjabarannya yang mengatur siapa mengerjakan apa, serta sanksi bagi yang tidak melakukan kewajibannya,” ujar Fauzi sebelum menutup rangkaian Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009 di Kafe Segarra, Taman Impian Jaya Ancol, Kamis (22/1).
Setelah detail peraturan itu diselesaikan, Fauzi berharap semua daerah otonom yang dilalui Sungai Ciliwung konsekuen dengan tanggung jawab masing-masing.
“Boleh saja menuntut hak masing-masing ke pemerintah, tetapi jangan lupa dengan tugasnya,” kata Fauzi.
Menurut Fauzi, mengatasi banjir Jakarta dan menata Sungai Ciliwung bukan hanya masalah fisik. Yang lebih penting justru menata masyarakat agar bersama-sama menjaga daerah aliran sungai, tidak tinggal di bantaran, dan tidak lagi membuang sampah ke sungai.
“Setiap hari dinas kebersihan mengangkut sekitar 200 meter kubik sampah dari Ciliwung. Pada musim hujan jumlahnya naik lima kali lipat sampai 1.000 meter kubik. Itu, kan, pekerjaan yang sia-sia selama orang masih buang sampah ke sungai. Uang rakyat seharusnya digunakan untuk kepentingan yang lebih bermanfaat,” katanya.
Fauzi mengatakan, Sungai Ciliwung sudah menjadi penanda utama kota Jakarta sejak peta pertama tentang kota pelabuhan ini dibuat. Hal itu menunjukkan peran Ciliwung yang sangat signifikan. Karena itu, dia berharap lebih banyak lagi pihak yang peduli terhadap penataan dan pengelolaan Sungai Ciliwung.
Berakhir di Teluk Jakarta
Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009 yang berawal dari hulu sungai di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Jumat (16/1), diakhiri dengan perjalanan menyusuri muara Ciliwung di sekitar Sunda Kelapa, di perairan Teluk Jakarta, Kamis kemarin.
Sepanjang enam hari perjalanan menyusuri Ciliwung dari hulu di kawasan Puncak hingga muara sungai di Pelabuhan Sunda Kelapa, tim ekspedisi yang beranggotakan sejumlah wartawan Kompas dan Arus Liar menemukan Ciliwung yang selama ini hanya dikenal sebagai penyebab banjir di Kampung Melayu dan sekitarnya ternyata masih menyimpan potensi yang luar biasa.
Arus sungainya, menurut Lody Korua dari Arus Liar, cukup bagus untuk obyek wisata susur sungai hingga arung jeram.
Dukungan swasta
Para mitra Kompas pendukung terselenggaranya Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009, Manager Vice President PT Pertamina Anang Rizkani Noor, Direktur Utama PT Taman Impian Jaya Ancol Budi Karya, Direktur Bakrie Land Development Marsudi Surachman, dan External Relation and Communication Director PT AETRA Rhamses Simanjutak, menyatakan dukungan dan kesiapan mereka membantu program pelestarian sungai yang menjadi penanda Jakarta sejak masa Kerajaan Sunda, lebih dari empat abad silam.
Selain Gubernur DKI Jakarta, hadir pula Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Budi Widyantoro, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Pitoyo Subandrio, dan Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Rikard Bagun.
Rikard Bagun mengatakan, liputan jurnalistik Tim Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009 ini merupakan upaya Kompas untuk terus berinteraksi dengan lingkungan dengan memotret kondisi riil daerah aliran Ciliwung dan perilaku manusia di sepanjang bantaran kali. Semua kelompok masyarakat dari hulu hingga hilir memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga lingkungan sepanjang Ciliwung demi kehidupan generasi pada masa mendatang. (NEL/MUK/ONG/WAS/ELN/LKT/MZW/NUT/RZF)