KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Salah satu potensi wisata di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, adalah melihat pemandangan alam dari udara dengan paralayang. Tampak sebuah paralayang membawa wisatawan melihat pemandangan alam dari udara.

Liputan Kompas Nasional

Jalan-Jalan: Melayang Mengikuti Liuk Ciliwung

·sekitar 4 menit baca

Parasut dibentang di landas pacu. Dua laki-laki membantu memegangi parasut selebar lebih dari 10 meter. David Agustinus Teak (52) memeriksa kembali perlengkapan dan ujung tali-temali parasut di pakaian terbang (flight suit) yang melekat di tubuhnya dan penumpang tandemnya.

“Cuaca dan embusan angin bagus. Ayo, berdiri dan mulai berjalan sampai ke ujung landas pacu. Tidak usah takut. Rasakan udara Puncak dan nikmati pemandangannya,” kata laki-laki yang akrab dipanggil Opa David itu, Minggu (18/1).

Tetap saja jantung berdegup kencang saat berjalan dengan sedikit berlari. Parasut mulai terangkat dan. whuuusss, Opa dan rekan tandemnya melayang menembus udara jernih. Hawa dingin menerpa, membuat tubuh sedikit bergidik. Namun, pemandangan yang ditawarkan dari udara ini memang benar-benar memikat. Seketika rasa takut lenyap diganti dengan meluapnya rasa takjub.

“Lihat alur putih keperakan di bawah sana. Itu adalah Sungai Ciliwung. Mengalir dari berbagai sungai kecil yang membentuk bagian hulunya menembus hutan dan kebun teh di bawah sana,” kata Opa sembari membelokkan parasut dan sedikit terbang rendah agar rekan tandemnya dapat melihat Ciliwung lebih dekat.

Kala itu, Opa, salah satu tandem master di lokasi wisata Paralayang Bukit Gantole di Agrowisata Puncak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, sengaja menjaga ketinggian terbangnya sekitar 1.200 meter dari permukaan bumi, terkadang lebih rendah. Maklum, melihat cuaca akhir-akhir ini, awan mendung bisa tiba-tiba datang dan mengguyurkan hujan, kondisi yang harus dihindari dalam olahraga paralayang.

Seperti olahraga atau aktivitas di luar ruangan lainnya, paralayang memang berisiko. Akan tetapi, dengan peralatan yang tepat, memerhatikan faktor cuaca, dan tentu saja terbang bersama tandem master profesional, paralayang adalah salah satu pilihan wisata alam yang menawarkan sensasi berbeda dan relatif murah.

Satu kali trip terbang sekitar 15-20 menit cukup membayar Rp 300.000 per orang. Selama terbang, tandem master juga berperan sebagai pemandu yang akan menerangkan tempat-tempat yang terlihat dari atas. Jangan takut capek karena pakaian terbang dibuat berfungsi ganda sebagai tempat duduk bersandar yang cukup nyaman di udara. Bayangkan saja, nongkrong di ketinggian ratusan meter di atas permukaan bumi dan mengobrol tentang keindahan alam di sekelilingnya.

Ciliwung dan Citarik

Wisata alam di Bogor yang membuat adrenalin terpacu tidak hanya paralayang di Puncak. Sebenarnya, arung jeram pun cukup berpotensi dikembangkan di kawasan ini. Saat Tim Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009 bersama Arus Liar mencoba mengarungi aliran Ciliwung, Minggu (18/1) hingga Kamis (22/1), jeram-jeram yang dilalui antara Batu Layang, Puncak, dan Depok berlevel 1 hingga 4.

Lody Korua dari Arus Liar mengatakan, khususnya di jalur sungai antara Bendung Katulampa, Bogor, dan Jembatan Panus, Depok, jika dipersiapkan dengan tepat, cocok untuk rekreasi arung jeram keluarga karena rangkaian jeramnya cukup padat dan berada pada level 1 dan 2. Selain itu, di kanan-kiri sungai, vegetasinya masih cukup rapat dan beberapa hewan, seperti biawak, ikan nila, ikan mujair, hingga ular, sering terlihat.

Sayangnya, potensi wisata arung jeram di Ciliwung belum digali sepenuhnya. Hanya ada satu tempat wisata yang menawarkan wisata olahraga ini, yaitu di Taman Wisata Matahari, Puncak. Namun, karena belum dikembangkan maksimal, wisata ini sering dihapus dari program yang ditawarkan oleh pengelola.

Kalau saat ini hasrat berarung jeram masih menggebu, ada pilihan tempat untuk menyalurkannya. Tidak terlalu jauh dari Jakarta, tepatnya di Sungai Citarik, Sukabumi, Jawa Barat. Citarik tak lagi asing bagi sebagian warga Jakarta. Obyek wisata arung jeram di kawasan ini telah dibuka sejak 15 tahun lalu.

“Biasa melihat ibu-ibu berarung jeram di sini dan mereka datang membawa anak-anaknya, seluruh keluarganya. Kalau anaknya berusia 10 tahun ke atas, boleh ikut berarung jeram. Kalau usia belum cukup, bisa bermain-main saja di sekitar sini. Ada beberapa permainan lain, seperti flying fox menyeberangi sungai. Faktor keamanan, tentu amat dijaga di sini,” kata Malik, Manajer Operasional Caldera, salah satu operator di Citarik.

Selain Caldera, Arus Liar dan satu operator lain dapat membantu wisatawan mengarungi jeram Citarik. Setiap operator rata-rata menyediakan lima macam paket arung jeram, yang panjang “lintasannya” 5 sampai 17 kilometer. Menyusur dari hulu sampai hilir sungai di dekat Pelabuhan Ratu.

Waktu tempuhnya satu sampai lima jam. Harga yang harus dibayar setiap orang untuk sekali turun sungai mulai dari sekitar Rp 170.000 sampai tiga kali lipatnya. Sebelum berarung jeram, pemandu akan menerangkan tata cara dan teknik aman menaklukkan jeram. Selain didampingi pemandu, ada satu perahu khusus berisi tim penyelamat yang mengikuti perjalanan wisatawan.

Di sepanjang perjalanan menyusur sungai terlihat kehidupan masyarakat pedesaan yang sederhana, seperti para laki-laki yang sedang memancing atau menjaring ikan, serta kincir-kincir air kecil di tepi sungai sebagai pembangkit listrik untuk kebutuhan rumah warga.

Lelah berarung jeram, silakan bersantap dan menginap di Citarik. Hampir setiap operator menyediakan restoran dan penginapan berbentuk rumah panggung di tepi sungai. Setiap rumah, pondok, atau saung bisa dihuni 5 sampai 30 orang. (M ZAID WAHYUDI/RATIH P SUDARSONO/AGUSTINUS HANDOKO)

Artikel Lainnya