KOMPAS/ KHAERUL ANWAR

Sebuah gunung nampak muncul di tengah Danau Segara Anak di Pulau Lombok NTB. Di belakangnya yang menjulang tinggi adalah Gunung Rinjani. Foto diambil Agustus 1993.

Hidup Mati di Agung-Rinjani

Mitigasi di Ruang Kosmologi

·sekitar 5 menit baca

1 Oktober 2004 pagi, Sukrati, porter dari Kampung Adat Senaru, baru sampai di kaki Gunung Barujari, anak Gunung Rinjani yang muncul di kaldera Segara Anak. Ia dan Dick, pendaki gunung asal Jerman, baru saja berjalan mengelilingi anak gunung itu ketika bumi tempat mereka berpijak bergetar hebat.

Selama 30 menit, porter dan turis ini tenang-tenang saja dan belum menyadari apa yang akan terjadi. Keduanya baru panik ketika gempa kemudian diikuti ledakan dahsyat dari Gunung Barujari.

Dick yang bisa berenang segera menyeburkan diri ke Danau Segara Anak dan berenang ke seberang. Sukrati yang tidak bisa berenang berlari cepat menyusuri tepian danau.

Meski sempat panik, Sukrati segera menguasai diri. Bahkan, kemudian ia bersama Dick menikmati pemandangan yang langka. Tidak ada korban jiwa akibat letusan gunung muda itu. Lelaki ini, seperti halnya warga Desa Senaru lain, percaya bahwa Gunung Rinjani dan anaknya, Gunung Barujari, tidak akan membawa celaka. Gunung itu adalah pelindung dan pemberi kehidupan bagi masyarakat yang berada di bawahnya.

KOMPAS/ IWAN SETIYAWAN

Gunung Barujari yang tumbuh di tengah kaldera Gunung Rinjani atau yang dikenal para ahli dengan nama Gunung Samalas, Agustus 2014.

Warga Senaru (Lombok Utara) dan Sembalun (Lombok Timur) beruntung tidak berada di bawah aliran lahar, mereka relatif terlindung oleh lereng yang tinggi di puncak Rinjani. Tidak demikian dengan warga Kecamatan Aikmel, Lombok Timur. November 1994, 31 orang tewas tersapu lahar dingin yang mengalir ke Sungai Tanggik.

Pusat semesta

Dalam kosmologi masyarakat setempat, Gunung Rinjani adalah pusat dari semesta tata ruang.

Gunung Rinjani adalah pusat dari semesta tata ruang.

Kesadaran bahwa Danau Segara Anak harus dijaga kelestariannya dikuatkan oleh keyakinan sejumlah tokoh adat, seperti Haji Purnipah dan Raden Gedarip. Purnipah adalah pemangku adat di Desa Sembalun Bumbung, dan Raden Gedarip merupakan pemangku adat Bayan di Dusun Karang Salah. ”Rinjani adalah pelindung Pulau Lombok, dan Segara Anak adalah bong (penyimpan air) dunia Lombok,” kata Purnipah.

Bagi warga Sembalun ataupun Senaru, Gunung Rinjani dipercaya dikendalikan oleh ratu jin yang bernama Dewi Anjani. Selama tata cara adat dipenuhi, Dewi Anjani akan melindungi. Salah satu ketentuan yang berlaku di Kampung Adat Senaru, misalnya, warga atau pendaki yang akan naik ke Gunung Rinjani melakukan entok likubuak, menaruh sekapur sirih di rumah Amaq Loka, pemangku adat Gunung Rinjani jalur Senaru.

KOMPAS/ WAWAN H PRABOWO

Wisatawan mengunjungi air terjun Sendang Gile di kaki Gunung Rinjani, Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Rabu (27/1/2016). Sendang Gile menjadi salah satu situs geologi Gunung Rinjani yang mendukung dijadikannya Gunung Rinjani sebagai taman bumi atau geopark dunia.

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai simbol minta izin kepada penguasa gunung, memohon kepada semua jin yang ada di gunung agar tidak mengganggu selama perjalanan. Sebelum berangkat, mereka akan di-sembe (diolesi air sirih pinang) di bagian kening, dada, dan punggung supaya tidak ada rintangan dari atas, depan, dan belakang. Setelah mendaki sampai Plawangan, pendaki harus menaruh lagi sekapur sirih. Demikian juga saat sampai di Segara Anak dan mau mandi air panas.

Selain itu, pendaki juga diminta menghindari menyebut beberapa nama hewan yang tidak hidup di gunung, seperti dedupak (kerbau), cecakar (ayam), dan jojak lendang (kambing).

Purnipah selalu mendendangkan tembang ”Pangerumrum” ketika naik gunung. ”Tabek walah, tabek walah/Keris jungkat payung negeri, payungin tanah pusaka/Sing prapta mandek, sing prapta mandek/Sing miber tulak, sing miber tulak.” Intinya memohon keselamatan agar terhindar dari berbagai gangguan.

Gunung Rinjani dipandang sebagai tempat keramat, tempat segala makhluk halus berdiam. Para jin, seperti halnya manusia, merupakan sebuah komunitas yang juga melakukan kegiatan ekonomi, seperti berladang.

KOMPAS/ AHMAD ARIF

Warga desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Nusa Tengagra Barat, melakukan ritual pemandian suci di mata air panas sekitar kaldera Danau Segara Anak, Gunung RInjani, Kamis (29/9/2011). Ritual ini menjadi potret relasi tak terpisahkan antara gunung dan masyarakat sasak di Lombok.

Di hampir tiap musim panas, rumput kering di sekitar puncak gunung terbakar. ”Itu berarti mereka sedang berladang,” kata Amaq Loka. Saat itu warga Kampung Adat Senaru mempersiapkan diri melakukan upacara Roah Asuhan Gunung. Upacara itu dilaksanakan pada akhir musim kemarau sebagai permohonan agar gunung dan kehidupan di bawahnya kembali hidup.

Di Kampung Adat Sembalun Bumbung, Lombok Timur, tiap tiga tahun sekali dilakukan upacara Ngayu-ayu (rahayu, selamat), ajakan untuk melestarikan alam.

Di Desa Bayan, Lombok Utara, dikenal pesta Gawe Alip. Dulu dilakukan setiap delapan tahun sekali bertepatan dengan tahun Alip, tetapi kini dilakukan setiap ada musibah, seperti banjir bandang, tanah longsor, atau kebakaran hutan. Tujuannya, memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dunia aman, damai, dan sejahtera.

Bagi pemeluk agama Hindu yang tinggal di sekitar Gunung Rinjani ataupun di Pulau Lombok, Danau Segara Anak adalah pusat pemujaan, terutama pada saat upacara Mulang Pekelem, perayaan syukur yang dilakukan menjelang musim hujan. Mereka menyembelih hewan kurban di Danau Segara Anak.

KOMPAS/ IWAN SETIYAWAN

Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas menggunakan perahu karet kecil untuk menyeberangi Danau Segara Anak menuju Gunung Barujari di kaldera Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Senin (30/10/2011). Gunung Barujari merupakan gunung anakan aktif yang muncul di tengah kaldera Rinjani dan terakhir tercatat meletus pada tahun 2010.

Bagi pemerintah dan kalangan akademis, Rinjani bukan sekadar gunung tempat tujuan wisata, tetapi perwujudan dari konsep geopark. Gunung Rinjani memiliki aspek penting kegunungapian yang bermakna bagi pengembangan ilmu pengetahuan kebumian dan pendidikan.

Di areal Taman Nasional Gunung Rinjani terdapat sekitar 500 spesies tanaman endemik. Taman nasional yang dikelola Rinjani Tracking Management Board melibatkan warga lokal setempat secara aktif. Daerah tujuan wisata ini memberi sumbangan pada pertumbuhan ekonomi lokal melalui jasa pemandu, penginapan, rumah makan, transportasi, dan penjualan cendera mata.

Nilai ekonomi, budaya, dan kandungan geologis yang melekat dengan Rinjani membuat gunung ini mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah daerah. Upaya mitigasi, baik terhadap bencana letusan, gempa bumi, maupun tsunami, dirancang lebih matang oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sayangnya, upaya sosialisasi mitigasi dan pelibatan masyarakat sekitar Gunung Rinjani masih sangat minim.

BAMBANG SETIAWAN, Litbang KOMPAS

Artikel Lainnya