KOMPAS/ RONY ARIYANTO NUGROHO

Warga berwisata di Taman Air Sabda Alam, Cipanas Kabupaten Garut, Minggu (26/2/2012). Sumber air panas dari Gunung Guntur dimanfaatkan menjadi sarana wisata berendam di kolam air panas.

Bahaya Sunyi di Bumi Priangan

Sabda Alam di Kaki Guntur

·sekitar 2 menit baca

Undang menabung rupiah demi rupiah gajinya selama menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi di Bandung dan usaha pribadi sebagai kontraktor untuk membangun taman air. Dia mendirikan penginapan di atas lahan seluas satu hektar itu dengan modal Rp 300 juta. Pria itu juga meminjam uang dari bank sebagai tambahan modal.

Hotel Sabda Alam mulai beroperasi dengan enam kamar pada tahun 2002. Saat itu, kawasan Cipanas sudah ramai dengan penginapan dan pemandian air panas. ”Hanya saja, dulu Cipanas terkenal karena wisata seks. Padahal, Cipanas punya potensi air panas, udara sejuk, dan panorama yang layak dikembangkan,” ujar Undang yang juga mengembangkan taman air itu dengan ikhtiar menghapus citra negatif Cipanas.

Niat mengubah kesan Cipanas meneguhkan Undang menjalani bisnis meski jatuh bangun. Undang dan keluarga hidup bersahaja. ”Pakaian dan jajan anak- anak dibatasi, kami hidup seadanya,” ujarnya.

Perlahan tapi pasti, bisnis Undang berkembang. Sabda Alam yang awalnya seluas satu hektar kini 4,2 hektar yang menampung bangunan hotel, taman air, dan parkir. Omzet yang berputar sekitar Rp 800 juta per bulan.

KOMPAS/ BENEKDIKTUS KRISNA YOGATAMA

Petugas tengah mengontrol pemerahan susu sapi di peternakan PT Raffles Pacific Harvest di Desa Siliwangi, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Rabu (20/9/2017).

Undang mempekerjakan 280 orang yang sebagian besar warga setempat. Selain menambah luas halaman parkir dan wahana air panas, dia berencana membangun wahana offroad dengan kendaraan khusus.

Pertumbuhan usaha Sabda Alam merupakan cermin perkembangan kawasan wisata Cipanas. Ketika Undang memulai usaha, ada tiga puluh penginapan, mulai dari kelas melati hingga berbintang dua di Cipanas (Kompas, 12/10/2002). Saat ini, setidaknya 140 penginapan beroperasi di kawasan itu. Fasilitas pendukung, seperti rumah makan dan kios souvenir, menjamur. Tak kurang dari 300.000 pengunjung dalam setahun menikmati fasilitas yang ditawarkan kawasan Cipanas.

Perkembangan Cipanas tak mengherankan. Kecamatan Tarogong Kaler, termasuk Cipanas, tergolong kawasan perkotaan Garut yang tumbuh cepat dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Garut Tahun 2010. Kegiatan produksi, jasa, dan permukiman di kawasan itu menyumbang besar bagi pengembangan ekonomi Garut.

Padahal, separuh kawasan Tarogong Kaler termasuk kawasan rawan bencana satu dan dua menurut Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Guntur (2003). Itu berarti daerah tersebut rentan terlanda awan panas, lahar letusan, aliran lava, lontaran batu pijar, dan hujan abu.

KOMPAS/ RONY ARIYANTO NUGROHO

Ihat (60) merawat tanaman sayur sawi saosin di lahan pertaniannya di Desa Sukawangi, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Minggu (17/4/2016).

Tak hanya kawasan itu yang merana jika Guntur meletus. PVMBG mencatat, ada tiga puluh desa di empat kecamatan, yakni Tarogong Kaler, Samarang, Leles, dan Kedungora, paling terdampak langsung letusan. Jumlah penduduk di kecamatan-kecamatan itu 56.940 jiwa pada Januari 2008.

Belum lagi kerugian material. Di kecamatan-kecamatan rawan bencana itu justru bertumbuh industri kecil dan menengah serta perdagangan yang menopang ekonomi Garut.

Bahkan, pusat kota dan pemerintahan Garut yang berjarak tujuh kilometer dari Guntur rawan terimbas letusan. Namun, kota tak henti berdenyut di bawah bayangan Guntur.

Artikel Lainnya