Kompas/Amir Sodikin

HUTAN INTI dari Pegunungan Muller di Murung Raya, Kalimantan Tengah, hingga kini belum terjamah para penebang kayu. Berkat Pegunungan Muller ini belasan sungai penting di Kalimantan hingga kini masih tetap mengalir, memberikan kehidupan jutaan warga.

Ekspedisi Lintas Barito-Muller-Mahakam 2

Flora dan Fauna Endemik Pegunungan Muller

·sekitar 5 menit baca

FLORA DAN FAUNA ENDEMIK PEGUNUNGAN MULLER

Oleh: Rustam Fahmy/Emi Purwanti/Chandradewana Boer

Salah satu tujuan survei keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah untuk melihat kualitas lingkungan dari suatu habitat berhutan. Kehadiran dan ketidakhadiran jenis satwa tertentu dapat dipakai sebagai petunjuk bioindikator, apakah daerah itu sudah terganggu (disturb forest) atau relatif masih utuh (intag forest).

Selama ekspedisi singkat itu, tercatat lebih dari 110 jenis burung berhasil diidentifikasi melalui pertemuan langsung ataupun lewat suara. Diperkirakan, jumlah jenis akan terus bertambah jika waktu pengamatan diperpanjang. Jenis-jenis burung tersebut dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok.

Jenis burung di atas tajuk, yaitu enggang gatal birah (anthracoceros malayanus) dan rangkong badak (buceros rhinoceros). Dua jenis enggang ini memiliki habitat di daerah hutan primer dataran rendah dan dominan berada di atas tajuk dalam aktivitasnya.

Jenis burung pada tajuk adalah burung rimba murai coklat (alcippe bruneicauda) dan cekup perepat (gerygone sulphurea). Jenis-jenis ini juga menyukai hutan primer dan terkadang sekali-sekali berkunjung ke semak tepi pantai, mangrove, dan hutan terbuka.

“Jenis burung bawah tajuk, yaitu cipoh kacat (aegithina tiphia), cipoh jantung (aegithina viridisima), burung madu sepah raja (aethopyga siparaja), burung madu polos (anthreptes simplex), cica daun kecil (chloropsis cyanopogon), dan lainnya.

Jenis burung di tempat terbuka, yaitu walet sarang putih (colocalia fuciphaga), walet sarang hitam (colocalia maxima), gagak kampung (corvus macrorhyncos), layang-layang api (hirundo rustica) dan layang-layang batu (hirundo tahitica), bondol kalimantan (lonchura fuscans), ciung air koreng (macronus gularis), dan lainnya.

Burung-burung dari jenis seperti ini memang ada karena habitat alaminya demikian dan jugakarena pembukaan kawasan hutan.

Jenis burung di lantai hutan, yaitu sempidan biru (lophura ignita), taktarau melayu (eurostopodus temminckii), uncal kouron (macropygia ruficeps), tokhtor sunda (carpococcyx radiceus), bubut besar (centropus chinensis), dan lainnya. Beberapa jenis burung lantai hutan sudah termasuk dalam daftar burung langka terancam punah.

Jenis burung perairan adalah ibis karau (pseudibis davisoni), pekaka emas (pelargopsis capensis), raja udang mininting (alcedomininting), dan trinil (tringa sp) tampak terlihat terutama di perairan Mahakam Ulu.

Beberapa jenis burung endemik yang teridentifikasi antara lain bondol kalimantan (lonchura fuscans) dan paok kepala biru (pitta baudi). Sedangkan beberapa jenis burung langka antara lain tokhtor sunda (carpococcyx radiceus), sempidan biru (lophura ignita), ibis karau (pseudibis davisoni), dan cucakrowo (pycnonotus zeylanicus).

Beberapa jenis burung komersial sering ditemukan selama dalam perjalanan, seperti murai batu (copsychus malabaricus), kacer atau kucica (copsychus saularis), tiung atau beo (gracula religiosa), serindit (loriculus galgulus), dan beberapa lainnya.

Di beberapa desa yang dikunjungi tim ekspedisi terdapat masyarakat yang memelihara jenis-jenis burung tersebut. Di Tumbang Topus ada yang memiliki sampai enam ekor burung jenis pialing (psittinus cyanurus) atau burung nuri tanau. Jenis burung pelatuk termasuk yang cukup banyak teridentifikasi selama penelitian.

Keberadaan jenis burung itu tentunya ditunjang kondisi habitat hutan yang masih relatif baik. Hutan di hulu Barito masih terlihat menyimpan jenis-jenis dari famili dipeterocarpaceae yang memiliki tajuk tinggi sampai sekitar lebih dari 30 meter. Jenis pohon besar lainnya yang juga mudah diidentifikasi adalah jenis kempas (koompasia excelsa) yang merupakan rumah bagi lebah liar penghasil madu.

Sepanjang sungai didominasi oleh jenis jambu-jambuan (eugenia sp), jenis merbau (palaquium sp), dan jenis-jenis pelawan (tristania obovata) yang kulit luarnya berwarna jingga terkelupas.

Burung pemakan buah (frugivore) seperti jenis-jenis enggang menjadi petunjuk yang baik pula bagi keberadaan vegetasi penghasil buah di dalam hutan tropis. Keberadaan jenis pohon ara (ficus sp)di dalam hutan tropis sangatlah penting karena jenis ini jadi pemasok buah utama di musim paceklik buah.

Banteng di Sungai Boh

Selain burung, jenis mamalia juga sangat menarik untuk dilihat di daerah Pegunungan Muller ini, mengingat sebagian peranannya sebagai pemencar dan penyebar biji-bijian di dalam hutan tropis.

Mamalia yang banyak dapat terlihat langsung selama ekspedisi adalah dari jenis primata. Jenis-jenis ini memang merupakan jenis arboreal (hidup di atas pohon) dan menyukai hutan primer sehingga mudah dijumpai di kaki Pegunungan Muller yang memiliki hutan relatif bagus.

Jenis primata yang terlihat dan terdengar suaranya adalah owa (hylobates muelleri), lutung merah (presbytis rubicunda), dan monyet ekor panjang (macaca fascicularis).

Owa ditemui di hulu Sungai barito (Tumbang Keramu-Tumbang Topus), Pegunungan Muller, dan Sungai Sebunut (anak Sungai Mahakam). Jenis endemik Kalimantan ini biasanya mudah ditemukan di hutan dataran rendah. Pernah terlihat pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut di Pegunungan Kinabalu.

Sementara itu, jenis primata lain belum sempat terlihat sepanjang perjalanan. Informasi dari masyarakat, jenis yang biasa terlihat di sekitar Pegunungan Muller adalah monyet beruk (macaca nemestrina), lutung dahi putih (presbytis frontata), lutung banggat (presbytis hosei), dan kukang (nycticebus coucang).

Juga didapat informasi tentang dibunuhnya satu kahiyu/orang utan (pongo pygmaeus) di areal PT Nusantara Plywood, antara Puruk Cahu- Tumbang Keramu. Di daerah ini dimungkinkan adanya orang utan walau dalam jumlah yang sedikit.

Jenis mamalia terestrial (hidup di daratan) yang paling banyak dijumpai adalah babi hutan(sus barbatus). Dalam satu perjalanan tim, terlihat sejumlah babi hutan menyeberangi Sungai Barito. Hal ini menunjukkan bahwa binatang itu terbiasa bermigrasi dalam jumlah besar untuk mencari makanan.

Sementara jenis mamalia lain yang dapat diidentifikasi melalui jejak adalah payau (cervus unicolor), kijang (muntiacus muntjac), pelanduk (tragulus javanicus), dan sejenis musang.

Dari hasil pemasangan kamera trap di Penyungkat-Long Bagun, diperoleh gambar jenis tupai (tupaia picta). Pemasangan kamera trap di Sopan (sumber air asin di Tumbang Topus) bukannya mendapatkan mamalia, tapi satu jenis burung langka tokhtor sunda (carpococcyx radiceus).

Informasi masyarakat lewat kuesioner menunjukkan bukti bahwa bagian tubuh jenis mamalia besar pernah ada di antaranya adalah behuang atau beruang (helarctos malayanus), kuleh atau macan dahan (neofelis nebulosa), sapi hutan atau banteng (bos javanicus), dan tomora atau badak (dicerorhinus sumatrensis).

Yang menarik adalah informasi keberadaan jenis badak dan banteng. Adanya saksi hidup yang pernah melihat dua jenis mamalia unik ini di sekitar Sungai Boh (bagian Daerah Aliran Sungai Mahakam). Catatan singkat penelitian lapangan ini mungkin akan bermanfaat dan menjadi awal pembuka penelitian rombongan lainnya. Barito-Muller-Mahakam memang laboratorium alam yang punya keragaman jenis dan endemisitas tinggi.

“Beberapa jenis burung lantai hutan sudah termasuk dalam daftar burung langka terancam punah”

Rustam Fahmy/EmiPurwanti/Chandradewana Boer Universitas Mulawarman Samarinda

Artikel Lainnya