RUSTAM FAHMI

Tokhtor Sunda

Ekspedisi Lintas Barito-Muller-Mahakam 2

Tokhtor Terdeteksi: Burung Langka Ini Semakin Terancam Punah

·sekitar 2 menit baca

TOKHTOR TERDETEKSI

Burung Langka Ini Semakin Terancam Punah

Oleh: Amir Sodikin/Try Harijono

Tumbang Topus, Kompas

Kamera jebakan yang dipasang tim peneliti Universitas Mulawarman Samarinda berhasil memotret kehadiran burung tokhtor sunda (Carpococcyx radiceus). Burung endemik Kalimantan tersebut sudah sangat langka dan termasuk 119 jenis burung yang terancam punah di Indonesia.

Peneliti Laboratorium Ekologi dan Konservasi Keragaman Hayati Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda Rustam Fahmy yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Barito- Muller-Mahakam Harian Kompas, Kamis (7/7), mengatakan, penemuan tersebut mengejutkan para peneliti yang turut dalam ekspedisi.

“Saat pemasangan kamera, kami berharap yang tertangkap itu mamalia besar, tapi ternyata justru burung langka ini,” kata Rustam Fahmy. Direktur Pusat Penelitian Hutan Tropis Universitas Mulawarman Samarinda Chandradewana Boer yang juga seorang ahli burung (ornitolog) ini menyebutkan, selama ini para ahli burung sangat sulit menangkap tokhtor sunda ini.

Selain karena populasinya sangat sedikit, burung ini sangat pemalu, jarang mengeluarkan suara dan biasa hidup di atas tajuk pohon. “Karena populasinya sangat terbatas, banyak ahli burung yang tidak mengenal suara burung ini,” kata Chandra.

Burung mirip merpati ini dinamakan tokhtor sunda karena hanya ada di Kepulauan Sunda Besar, yakni Kalimantan dan Sumatera. Burung pemakan serangga dan biji-bijian ini pun semula diperkirakan tidak akan tertangkap kamera sebab biasa hidup di pucuk pohon.

Tertangkapnya burung tersebut di mata air garam menunjukkan hutan di Pegunungan Muller kondisinya masih relatif baik. “Kemungkinan besar burung itu datang ke sopan (sumber garam-Red) untuk mencari garam,” katanya.

Karena itu, sumber garam alami di kaki Pegunungan Muller senantiasa menjadi daerah tujuan satwa-satwa yang ada di kawasan tersebut.

Kepala adat Desa Tumbang Topus Arjiman mengatakan, keberadaan sopan-sopan di pegunungan kini terus terancam. Dari sembilan sopan yang ada di desa itu, sebagian habitatnya sudah dirusak aktivitas perusahaan HPH.

Artikel Lainnya