Kompas/Amir Sodikin

Tak ada jalan lebar untuk menuju hutan inti Pegunungan Muller-Schwanner di perbatasan Kalimantan Tengah-Kalimantan Timur. Selama tidak ada jalan perusahaan atau jalan umum, kondisi hutan akan tetap terjaga dari penjarahan. Kondisi alam seperti inilah yang dihadapi oleh Tim Ekspedisi Barito-Muller-Mahakam yang akan menempuh jarak sejauh lebih kurang 1.500 km, yang dimulai 17 Juni 2005 dan hingga Rabu (22/6) kemarin tim sudah mencapai Desa Tumbang Topus, Kecamatan Sumber Barito, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah.

Ekspedisi Lintas Barito-Muller-Mahakam 2

Meski Perahu Pecah, Tim Ekspedisi Tiba di Kaki Muller

·sekitar 2 menit baca

MESKI DUA PERAHU PECAH, TIM EKSPEDISI TIBA DI KAKI MULLER

Tumbang Topus, Kompas

Meski dua dari lima perahu yang disewa Tim Ekspedisi Barito- Muller-Mahakam dari warga pecah karena menabrak batu saat melintasi riam, seluruh anggota tim selamat sampai ke kaki Pegunungan Muller, di Desa Tumbang Topus, Kecamatan Sumber Barito, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, Rabu (22/6). Perjalanan menyusuri Sungai Murung yang merupakan daerah aliran sungai utama Barito memerlukan waktu setidaknya dua hari dan harus melintasi sejumlah riam yang berbahaya.

Tim ekspedisi yang terdiri dari wartawan Kompas, peneliti dari Universitas Mulawarman dan Universitas Lambung Mangkurat, serta Kelompok Pencinta Alam Meratus Hijau beberapa kali harus menurunkan barang dan mengangkutnya melewati tebing sungai saat menemui riam.

Dua perahu dari lima perahu yang disewa dari warga Tumbang Keramu bahkan pecah karena membentur batu saat menyeberangi riam sehingga terpaksa diperbaiki terlebih dahulu agar tim bisa melanjutkan perjalanan.

Dalam perjalanan melalui jalur sungai tersebut, di bagian hulu Desa Tumbang Tujang, sekitar dua jam perjalanan perahu dari Tumbang Keramu, melalui telepon satelit, tim melaporkan melihat banyak kayu gelondongan di pinggir sungai. Kemungkinan, kayu tersebut berasal dari penebangan liar di hutan sekitar sungai.

Para penebang liar melakukan penebangan saat air surut dan kemudian baru menghilirkannya saat air sungai sedang banjir. Menurut keterangan penduduk, para penebang liar tersebut biasanya tidak mengindahkan larangan adat agar tidak menebang pohon sekitar 2,5 kilometer dari pinggir sungai. Sejumlah perusahaan HPH pun juga tidak mengindahkan peraturan tersebut.

Rencananya, di Desa Tumbang Topus, tim akan melakukan sejumlah pengamatan dan penelitian, di antaranya sekaligus mengamati pelaksanaan pemilihan kepala daerah di Kalimantan Tengah. Pada 23 Juni warga Kalimantan Tengah akan memilih secara langsung gubernur mereka.

Dari Desa Tumbang Topus, selanjutnya tim akan berjalan kaki melintasi Pegunungan Muller hingga tiba di hulu Sungai Sebunut, anak Sungai Mahakam di Kalimantan Timur. Perjalanan menuju Kalimantan Timur diperkirakan memakan waktu hingga tiga hari. (Tim Ekspedisi)

Image: 1 Peta Ekspedisi Barito-Muller-Mahakam

Artikel Lainnya