KOMPAS/KENEDI NURHAN

Judi Wahjuddin, arkeolog dari Direktorat Peninggalan Bawah Air, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, bersiap menyelam di perairan Selat Bangka, Oktober 2009, untuk mengidentifikasi peninggalan bawah air di wilayah ini.

Liputan Kompas Sumbagsel

Ekspedisi Sriwijaya: Dokumentasi Perjalanan Jadi Dokumen Sejarah

·sekitar 2 menit baca

Tim ekspedisi Sriwijaya berjumlah 43 orang tiba di Desa Kota Kapur, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Selasa (6/10) pukul 15.30. Kota Kapur merupakan tempat pertama dari beberapa penelitian yang akan dilakukan tim ekspedisi Sriwijaya.

Sebelum menuju Kota Kapur yang berjarak sekitar 50 kilometer dari Pangkal Pinang, tim ekspedisi Sriwijaya diterima Asisten III Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung KA Tajudin, mewakili Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, di kantor Gubernur. Rombongan juga diterima Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kepulauan Bangka Belitung Yan Megawandi.

Tajudin mengatakan, hasil dari ekspedisi Sriwijaya diharapkan menjadi dokumen sejarah bagi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk melengkapi dokumen sejarah yang ada. Menurut Tajudin, perairan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sejak zaman Sriwijaya hingga kini tetap merupakan jalur transportasi dan pelayaran yang ramai.

“Kini jalur transportasi di Bangka Belitung sudah dilayani oleh kapal cepat, feri, dan pesawat terbang,” kata Tajudin.

Menurut peneliti dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo, Pulau Bangka sudah sejak awal Masehi sebagai tempat hunian. Bahkan, diperkirakan hunian di Bangka sudah ada sejak abad III Sebelum Masehi.

“Hunian di Bangka sudah lama ada, seperti di Kota Kapur. Jauh sebelum masa Sriwijaya, masyarakat yang tinggal di Bangka telah memeluk agama Hindu. Ini dibuktikan dengan ditemukannya arca Wisnu dari abad VI Masehi,” kata Bambang.

Penelitian dan penyelaman

Penelitian dan penyelaman di perairan sekitar Kota Kapur akan dimulai pada hari Rabu (7/10). Pada hari Selasa, tim ekspedisi Sriwijaya baru melakukan pengamatan dan bersosialisasi dengan warga Desa Kota Kapur.

Desa Kota Kapur berada di dekat pantai yang menghadap ke Selat Bangka. Letak desa Kota Kapur dengan lokasi penemuan prasasti Kota Kapur sekitar 500 meter.

Pada Selasa malam dilakukan pertemuan untuk pematangan rencana bagi tim penyelam. Dalam pertemuan tersebut terungkap karakter arus di perairan sekitar Kota Kapur yang sangat kuat dan jarak pandang di dalam air terbatas.

Oleh karena itu, para penyelam diminta hati-hati dan menyelam secara berkelompok. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya kecelakaan saat dalam penyelaman.

Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti memastikan, Tim Ekspedisi Sriwijaya akan melakukan paparan kepada Gubernur Kepulauan Bangka Belitung dan Gubernur Sumatera Selatan. Hal ini karena ekspedisi dipastikan akan bermanfaat bagi pengembangan wilayah masing- masing.

“Hasil dari ekspedisi adalah laporan dan dokumentasi yang dapat dimanfaatkan untuk kajian akademis maupun untuk membuat suatu kebijakan,” ujar Nurhadi.

Kejayaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim terbesar memiliki arti sangat penting bagi pembangunan di Bangka Belitung dan Sumatera Selatan. Terkait hal tersebut, masyarakat di kedua wilayah tersebut sudah sewajarnya memahami, menghayati, dan menjadikan kebesaran Sriwijaya sebagai semangat untuk membangun.(WAD/KEN)

“Hunian di Bangka sudah lama ada, seperti di Kota Kapur.

Jauh sebelum masa Sriwijaya.

Bambang Budi Utomo

Artikel Lainnya