KOMPAS/WISNU AJI DEWABRATA

Mahadil (60), seorang warga Desa Kota Kapur, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, Selasa (6/10), menunjukkan sebuah piring dari keramik yang ditemukan secara tidak sengaja oleh warga saat menggali tanah pada tahun 2002. Piring keramik tersebut berasal dari China dan diperkirakan dibuat pada abad XIII.

Liputan Kompas Sumbagsel

Spirit Bahari dari Kota Kapur? *Perairan Sekitar Pulau Lampu Terdapat Banyak Peninggalan Sejarah

·sekitar 3 menit baca

Tujuan pertama dari ekspedisi Sriwijaya yang diselenggarakan Balai Arkeologi Palembang adalah Kota Kapur, sebuah tempat yang terletak di Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tim akan memulai ekspedisi di Kota Kapur, Selasa (6/10).

Menurut Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti, keberadaan situs Kota Kapur memiliki kaitan erat dengan keberadaan Kerajaan Sriwijaya. Sejarah Kerajaan Sriwijaya pertama kali terungkap melalui prasasti Kota Kapur.

Prasasti Kota Kapur ditemukan pada tahun 1892. Prasasti berbentuk tugu ditulis dengan huruf palawa dan berbahasa Melayu Kuno, yang dibuat pada tahun Saka 608 atau tahun 686 Masehi. Di Kota Kapur juga ditemukan berbagai peninggalan yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya, seperti candi, perahu, arca, dan prasasti.

Nurhadi mengatakan, salah satu temuan penting di Kota Kapur selain prasasti adalah arca Wisnu yang diperkirakan dibuat sebelum masa Sriwijaya. Artinya, Kota Kapur sudah menjadi tempat yang penting sebelum berdirinya Sriwijaya pada abad VII Masehi.

Prasasti Kota Kapur dibuat oleh Dapunta Hyang, sebagai penguasa Kadatuan Sriwijaya, saat akan melakukan serbuan ke Bhumi Jawa. Prasasti itu sering disebut sebagai prasasti persumpahan atau prasasti kutukan.Sebutan itu muncul karena prasasti berisi ancaman kepada siapa saja yang memberontak kepada penguasa dan bersekutu dengan pemberontak.

Ketua Ekspedisi Sriwijaya, Budi Wiyana, menuturkan, pada tahun 2007 pernah dilakukan penelitian terhadap perahu kuno yang ditemukan di Kota Kapur. Ekspedisi Sriwijaya pada tahun 2009 akan melakukan penelitian ulang terhadap kepingan perahu yang ditemukan di Kota Kapur.

“Kami akan menunjukkan kepingan perahu yang pernah diteliti pada tahun 2007 kepada peserta ekspedisi. Dulu kepingan perahu yang ditemukan itu terpaksa ditimbun lagi ke dalam tanah supaya awet,” kata Budi.

Budi mengatakan, tim ekspedisi Sriwijaya juga akan melakukan penyelaman di sekitar Kota Kapur, yaitu di Pulau Lampu. Perairan di Pulau Lampu menyimpan banyak peninggalan dari era yang lebih modern dari Sriwijaya.

Bangkai kapal

Berdasarkan keterangan dari masyarakat sekitar dan penyelaman yang dilakukan oleh tim arkeologi bawah laut, di perairan sekitar Pulau Lampu terdapat bangkai kapal Belanda yang karam dari abad XX Masehi dan bangkai pesawat Jepang. Di dalam perairan tersebut juga tersimpan keramik Dinasti Cing dari abad XV Masehi.

“Lokasi penyelaman memiliki arus laut yang kuat sehingga diperkirakan sudah banyak benda-benda peninggalan yang terseret oleh arus di bawah sungai,” ujar Budi.

Budi menjelaskan, ekspedisi Sriwijaya tidak hanya melakukan penelitian arkeologis, tetapi sekaligus mengkaji persoalan di sekitar situs Kota Kapur. Persoalan itu menyangkut masalah lingkungan, pariwisata, dan sosial kemasyarakatan.

Budi mengutarakan, panitia ekspedisi Sriwijaya mengundang narasumber untuk berdiskusi, dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Pusat Penelitian Pariwisata, Universitas Sriwijaya, IAIN Raden Fatah, Polair, dan Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Sumsel serta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Menyinggung keterlibatan pemerintah daerah, Pemerintah Kabupaten Bangka sebenarnya sudah mempunyai rencana untuk mengumpulkan kembali berbagai jenis artefak situs Kota Kapur. Selain itu, mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan kawasan situs Kota Kapur sebagai upaya mengali jati diri Bangka.

Penemuan bangkai perahu kuno di situs Kota Kapur merupakan data baru, sekaligus bagian dari penemuan jati diri itu sendiri, terutama menghidupkan spirit bahari.

Ekspedisi Sriwijaya sangat relevan untuk menghidupkan semangat kejayaan bahari masa lalu dari Kota Kapur, bukan hanya untuk rakyat Kepulauan Bangka Belitung atau Sumatera Selatan, tetapi juga bangsa Indonesia agar berjaya melalui dunia bahari.(WAD)

Artikel Lainnya