KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Pembangunan Museum Karst Indonesia di Dusun Mudal, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah, terus dilangsungkan, Senin (1/6). Museum berlantai tiga ini diharapkan bisa menjadi tempat wisata geologi, baik untuk pelajar maupun peneliti. Keberadaan kawasan karst di sini didukung potensi geowisata gua karst dengan stalaktit dan stalagmit.

Liputan Kompas Nasional

Geowisata: Museum Karst Indonesia dan Goa-goa di Wonogiri

·sekitar 2 menit baca

Seorang penduduk Wonogiri, Jawa Tengah, terkaget-kaget saat mendatangi Dusun Mudal, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro. Di kawasan yang selama ini dikenal sebagai tempat wisata goa, kini berdiri sebuah bangunan megah berlantai tiga, yakni Museum Karst Indonesia.

“Saya enggak menyangka kalau di dusun ini ada bangunan sebesar ini. Luar biasa,” kata Subandi (37), warga Pracimantoro, akhir April lalu, saat tim Ekspedisi Susur Selatan Jawa 2009 melintasi Kabupaten Wonogiri.

Museum Karst Indonesia di Wonogiri, yang mulai dibangun pertengahan 2008 di atas lahan seluas 3,61 hektar, kini dalam tahap penyelesaian akhir. Bupati Wonogiri Begug Poernomosidi menyatakan, secepatnya museum tersebut diresmikan. “Sebelum masa jabatan saya selesai, museum ini sudah buka dan banyak wisatawan, terutama ilmuwan, datang ke sini,” kata Begug.

Wonogiri sempat bersaing dengan Pacitan, Jawa Timur, dan Gunung Kidul, DIY. Terpilihnya Wonogiri sebagai tempat berdirinya Museum Karst Indonesia, menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Wonogiri Pranoto, merupakan kebanggaan bagi Wonogiri. Tahun 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Kawasan Karst Gunung Sewu dan Gombong Selatan sebagai kawasan Eco Karst.

Selain sumber daya mineral, kawasan karst di daerah ini didukung sumber daya air, hayati, dan geowisata. Berdasarkan hasil kegiatan zonasi kawasan karst, Wonogiri memiliki wilayah karst seluas 338,74 kilometer persegi. Hal itu berarti 18,6 persen dari luas wilayah Wonogiri. Karst di daerah ini merupakan bagian dari kawasan karst Pegunungan Sewu yang juga membentang di Kabupaten Gunung Kidul dan Pacitan.

Kawasan karst di Wonogiri tersebar di lima kecamatan bagian Selatan Wonogiri, yakni seluruh Kecamatan Paranggupito, sebagian Kecamatan Pracimantoro, Giritontoro, Giriwoyo, dan Eromoko.

Pemandangan alam karst di daerah ini menjadi suguhan utama. Sepanjang jalan menuju Paranggupito, pemandangan perbukitan didominasi susunan batuan menyerupai batu karang.

Kawasan Museum Karst Indonesia di Wonogiri mempunyai luas sekitar 30 hektar yang membentuk lembah di antara bukit-bukit karst yang dikelilingi beberapa goa dan luweng (sumur besar dan dalam di dalam goa di pegunungan). Ada enam goa dan satu luweng di kawasan karst ini, yakni Goa Tembus, Goa Sodong, Goa Potro-Bunder, Goa Gilap, Goa Mrica, dan Goa Sonya Ruri serta Luweng Sapen.

Goa yang dikelola sebagai tujuan wisata, antara lain, Goa Tembus yang memiliki dua mulut goa dengan lorong sepanjang 50 meter. Goa Sodong dengan lorong panjang, memiliki stalaktit dan stalakmit yang masih hidup dengan sungai dan mata air di bawah tanah. Goa yang lain masih alami dan belum dikelola.

Adapun Luweng Sapen merupakan goa vertikal dengan sungai bawah tanah yang menjadi sumber air untuk warga setempat.

Selain goa, kawasan karst juga didukung potensi geowisata, seperti pantai karst yang memiliki keindahan dengan dinding terjal, seperti Pantai Nampu, Pantai Sembukan, Pantai Nglotok, dan Pantai Nglonjok di Paranggupito.

Besarnya potensi karst di Wonogiri membuat pemerintah dan masyarakat Wonogiri dengan semangat Bandung Bondowoso bertekad menyulap kawasan yang dikenal orang sebasgai daerah miskin, tandus, dan kering ini menjadi pusat perhatian dunia. (SONYA HELLEN S)

Artikel Lainnya