KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Penambangan pasir di kawasan pantai selatan Banten, di Cilangkelian, Lebak, Banten, sebagaimana terekam pada Sabtu (9/5), perlu mendapat perhatian serius, sebab kerusakan lingkungan akibat abrasi laut di sejumlah tempat di kawasan pantai Banten hingga kini belum teratasi. Sikap abai akan menyebabkan perubahan ekosistem lingkungan yang dapat berdampak negatif.

Liputan Kompas Nasional

Infrastruktur: Perlu Penambahan SPBU dan Angkutan Umum

·sekitar 3 menit baca

Perbaikan jalan, penambahan stasiun pengisian bahan bakar untuk umum atau SPBU, dan penambahan rute angkutan di Banten selatan perlu menjadi perhatian pemerintah. Ketiga hal itu akan memacu pertumbuhan di jalur lintas selatan.

Kondisi jalan di wilayah Banten relatif lebih baik dibandingkan dengan Jawa Barat, terutama di wilayah Kabupaten Lebak. Namun, daerah itu minim SPBU. SPBU Bayah, misalnya, harus melayani lima kecamatan di Kabupaten Lebak, yaitu Bayah, Cihara, Panggarangan, Cibeber, dan Cilograng.

Apip Muttakin (30), pengelola SPBU Bayah, Sabtu (9/5), mengatakan, SPBU Bayah mendapat pasokan 16.000 liter per hari. Akan tetapi, antrean pembeli terjadi setiap hari karena ketiadaan SPBU di empat kecamatan lain di sekitar Bayah.

“Sebenarnya kami bisa membuka SPBU hingga malam. Tapi, aliran listrik tidak stabil sehingga kami terpaksa menutup SPBU pada petang hari,” ujar Apip.

Sejumlah wilayah di Banten selatan juga perlu penambahan angkutan. Wilayah Cibaliung, Sumur, dan Cikeusik, di Kabupaten Pandeglang, misalnya, masih minim angkutan. Sebagian warga terpaksa jalan kaki untuk menuju sekolah dan pasar.

Jalan

Sejumlah titik di ruas Cianjur-Sukabumi, Jawa Barat, masih sulit dilalui, terutama di ruas Cidaun-Sindangbarang-Bojongterong. Sepanjang penelusuran tim ekspedisi Kompas Susur Selatan Jawa 2009, sekitar 15 kilometer jalan di rute itu masih berupa tanah dan batu yang licin dan berlumpur saat hujan.

Kerusakan jalan juga terjadi di ruas lintas selatan Jampang Kulon-Waluran-Simpenan di Kabupaten Sukabumi.

Di Banten, kerusakan jalan tersebar di ruas Sumurbatu-Umbulan-Rancaseneng-Sukasenang-Nanggala di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang. Selain itu, juga di sebagian wilayah Kecamatan Cibaliung.

Kepala Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Sholeh mengatakan, panjang jalan lintas Banten selatan sekitar 160 kilometer, 30 persennya dalam kondisi rusak. Jalan di lintas Banten selatan diharapkan selesai diperbaiki akhir tahun ini. (BAY/MKN/ADH/HRD)

Semenanjung Ujung Kulon Terancam Putus * Sekitar 10.000 Batang Bakau Lenyap Terkena Arus Kuat

Semenanjung Ujung Kulon, Banten, terancam terpisah dari Pulau Jawa akibat abrasi yang semakin parah. Jika dibiarkan, air laut yang menyebabkan abrasi akan menenggelamkan jalur sempit yang menghubungkan semenanjung-yang sering disebut “leher” Pulau Jawa-itu dengan Gunung Honje.

Kepala Resor Legon Pakis Taman Nasional Ujung Kulon Agus Fatlas di Ujung Kulon, Sabtu (9/5), mengatakan, kedua daerah tersebut tersambung jalursempit yang lebarnya sekitar dua kilometer (km). “Panjang pantai pada celah itu sekitar 3 km. Saat ini, abrasi menghantam daerah tersebut di pantai utara dan selatan,” katanya.

Semenanjung dengan luas sekitar 40.000 hektar itu dan Gunung Honje adalah bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon yang merupakan habitat badak jawa. Jika “leher” terpisah, ruang gerak hewan langka tersebut semakin sempit. Akibatnya, badak jawa akan semakin mendekati kepunahan.

“Saya tak tahu berapa tahun lagi abrasi akan memutus jalur itu. Tapi, sebagai patokan, selama 25 tahun terakhir, pantai sudah terkikis 7 meter di utara. Belum lagi di pantai selatan,” tuturnya.

Abrasi itu disebabkan tidak adanya pohon bakau di tepi pantai sebagai penahan.

Di tepi pantai tersebut terdapat jalan sempit, dengan lebar sekitar 3 meter, yang diimpit pepohonan liar dan kikisan abrasi pada sisi lainnya. Padahal, sekitar 20 tahun lalu, lebar jalan itu masih 6 meter.

Tak berhasil

Menurut anggota staf Rhino Monitoring Protection Unit Taman Nasional Ujung Kulon Jazuli, bakau pernah ditanam di pantai itu hampir 10.000 batang, tahun 2004-2008. Namun, upaya menahan abrasi tak berhasil karena bibit bakau terseret arus ombak yang kuat. (BAY/AHA/JAN/ERI-LITBANG KOMPAS)

Artikel Lainnya