KOMPAS/MUKHAMAD KURNIAWAN

Karyawan mengecek produk hasil laut yang siap diekspor di pabrik PT Asi Pudjiastuti Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (5/5). Usaha yang dirintis sejak tahun 2005 itu kini mempekerjakan sekitar 300 karyawan dari warga setempat.

Liputan Kompas Nasional

Susur Selatan Jawa: Pembelaan Susi Tak Dipahami

·sekitar 3 menit baca

Kami tidak bisa bertemu dengan Susi kemarin, tapi kami menemukan dua sisi mata uang tentang Susi. Yaitu, pembelaan dan kerja kerasnya membangun kawasan selatan Jawa Barat yang perlu diacungi jempol.

Sisi sebaliknya, beban beratnya menghadapi sikap Pemerintah Kabupaten Ciamis yang tidak memahami usaha Susi untuk menyulap Pantai Pangandaran dan sekitarnya menjadi surga bagi banyak orang. Alih-alih mendapat dukungan, investasinya miliaran rupiah di Pangandaran malahan diganjal.

“Aduh sayang sekali kita tidak bisa bertemu hari ini. Tapi semua pertanyaan Anda bisa ditanyakan dan akan dijelaskan dengan benar oleh Bapak Eno Sugiarto. Kami menunggu Anda di rumah,” kata Susi Pudjiastuti, Selasa (5/5) siang dari Jakarta.

Kami lalu bertemu dengan Eno Sugiarto, tangan kanan Susi dan staf PT Andika Samudra Internasional (Asi) Pudjiastuti, di rumah Susi di Jalan Merdeka 312, Pangandaran.

Berawal dari mengepul ikan dari beberapa daerah pantai selatan Jawa, Susi Pudjiastuti (45) saat ini adalah pemilik maskapai penerbangan SusiAir dengan aset pesawat Cessna Grand Caravan 11 unit, Pilatus 2 unit, dan Diamond 2 unit. Usaha bidang dirgantara itu dimulai 2005. Saat itu ia menggunakan dua Cessna untuk mengambil hasil laut di sejumlah pelabuhan pendaratan ikan. Kini bisnis ekspor ikan dan penerbangan komersial dioperasikan dari kantornya di Pangandaran dan Jakarta.

PT Asi Pudjiastuti sebagai eksportir ikan beku maupun lobster segar dan hidup memiliki jaringan pemasok di hampir seluruh Jawa. Di Jabar, Susi membeli hasil laut dari tempat pendaratan ikan di Pelabuhan Ratu, Cidaun, Ujung Genteng, Pameungpeuk, Rancabuaya, Sancang, Pamayangan, Legok Jawa, dan Pangandaran. Di Jawa Tengah, DIY, dan Jatim, PT Asi Pudjiastuti mengumpulkan komoditas laut itu dari Pelabuhan Prigi, Sendang Biru, Trenggalek, Pacitan, Sadeng, Glagah, Gombong, sampai Cilacap. Sedangkan dari Pantura, pelabuhan Cirebon dan Pemalang adalah sumber pasokannya. Aceh dan Sumatera Barat pun didatanginya. Dari pabrik ikan beku dan pembibitan di Pangandaran, makanan laut diekspor ke China, Jepang, Amerika, dan Jerman. “Permintaan per bulan bisa 5 ton, Berupa ikan beku, atau berbagai jenis lobster hidup,” kata Eno. Jumlah karyawan Susi Pudjiastuti ada 500-an orang.

Adapun SusiAir saat ini telah melayani rute penerbangan daerah-daerah terpencil Sumatera, karena SusiAir adalah perintis penerbangan pascatsunami 2004 juga mitra Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh, serta daerah bencana lain, termasuk pedalaman Papua.

Selasa siang, belasan orang bule berkumpul di rumah Susi. “Mereka itu calon-calon pilot yang sedang belajar menerbangkan pesawat di SusiAir. Mereka belajar di Bandara Nusawiru, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, maupun di Bandara Bulak Laut, kawasan Pantai Pangandaran,” kata Eno.

Gebrakannya sebagai pengusaha nasional dari daerah pedalaman selatan Jawa tak diragukan. “Jangan tanya berapa banyak duta besar datang ke sini. Sebagian besar bupati dari Indonesia juga pernah belajar dari usaha Ibu Susi mengembangkan wilayah selatan. Mengembangkan industri, prasarana penerbangan, dan kawasan selatan mestinya tanggung jawab pemerintah. Tapi Ibu melihat itu bagian dari kerja sosial dan keinginan mengembangkan selatan Jawa,” kata Eno.

Sekitar tahun 2000, saat era otonomi daerah marak, Susi memperoleh kesempatan membangun bandara alternatif, yaitu landas pacu Bulak Laut. Bandara itu dibangun sepengetahuan Badan Pertanahan Nasional di dalam Taman Multi Guna yang tidak terurus berpuluh tahun. Taman Multi Guna untuk konservasi dan kegiatan wisata seluas 1,2 hektar itu kini tampak asri. Turis lebih suka ke kawasan ini daripada ke Pantai Barat dan Timur Pangandaran yang dikenal kumuh.

Namun, Pemkab Ciamis sejak dua tahun lalu membekukan kawasan itu karena dianggap tidak ada izin pembangunan.

Saat ini, dua “bandara” di Ciamis, yaitu Nusawiru dan Bulak Laut, terbengkalai. Nusawiru tak digunakan oleh salah satu maskapai penerbangan karena merugi, sedangkan Bulak Laut dibekukan Pemkab Ciamis.

“Susah saya berkomentar tentang landas pacu Bulak Laut. Kawasan itu merupakan daerah harim laut,” kata Wakil Bupati Ciamis Iing Syam Arifin. Harim laut artinya kawasan pinggir pantai yang tak boleh didirikan bangunan apa pun. Iing Syam berharap Bandara Nusawiru bisa berfungsi kembali untuk mempersingkat waktu tempuh wisatawan ke Pangandaran.

Salah pengertian dan bisa jadi salah penanganan telah menimpa usaha dan bantuan kalangan swasta seperti Susi. Bisakah pemerintah memahami kesulitan dan dinamika usaha orang lapangan seperti Susi?

Artikel Lainnya