KARTIKA

Liputan Kompas Nasional

Infrastruktur: Hasil Bumi Tak Bisa Diangkut Lewat Darat

·sekitar 2 menit baca

Dusun-dusun yang berjarak sekitar 5 kilometer dari jalan raya lintas selatan di Kabupaten Tasikmalaya masih banyak yang sulit dijangkau kendaraan roda dua dan tidak terjangkau kendaraan roda empat. Hasil bumi terpaksa diangkut melalui sungai.

Warga Kampung Buniayu, Desa Cikawungading, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (5/5), harus mengangkut berbagai hasil bumi, mulai dari pisang, kelapa, gula kelapa, hingga kayu, menggunakan perahu melalui Sungai Cilangla.

Untuk mencapai Desa Buniayu dengan margas (perahu kecil), butuh waktu 20-30 menit. Jalan darat, menurut Saidi, salah seorang warga Buniayu, berupa jalan tanah yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua dan berlumpur ketika musim hujan.

“Sewa ongkos ojek bisa mencapai Rp 15.000. Jika jalan berlumpur, mengangkut hasil bumi berton-ton ya harus lewat air,” kata Hadis, pengemudi perahu di Sungai Cilangla.

Ketiadaan sarana transportasi yang menghubungkan desa dengan jalur utama selatan membuat harga hasil bumi lebih tinggi karena mahalnya ongkos angkut. Untuk mengangkut kayu albasia 2,5-3 meter kubik dengan perahu perlu biaya Rp 80.000 dari Buniayu ke tepi jalan yang berjarak kurang dari 5 km. Harga kayu albasia yang semula Rp 500.000 per meter kubik meningkat menjadi Rp 750.000 per kubik. Demikian pula dengan gula kelapa. Harga dari perajin Rp 5.200 perkg bisa melonjak menjadi Rp 6.500-Rp 7.000 per kg di pasar.

Menurut Hadis, warga Buniayu, kondisi infrastruktur tidak meningkat sejak tahun 1980-an. “Bedanya, dulu pakai rakit dan perahu dayung sekarang pakai perahu mesin,” ujar Hadis.

Selain Buniayu, tiga dusun lain, seperti Sindang, Cikasirna, dan Negla, juga memakai perahu untuk mengangkut hasil bumi.

Menurut Kepala Desa Cikawungading Mustarom, akses warga Dusun Buniayu dan sekitarnya ke pusat desa masih terbatas. Karena itu, transportasi air menjadi solusi sementara.

Hasil bumi merupakan tumpuan ekonomi desa yang berpenduduk sekitar 1.934 kepala keluarga. Kebun pisang seluas 8.000 hektar di Desa Cikawungading bisa menghasilkan 10 ton pisang per minggu. Adapun gula kelapa diperkirakan mencapai 20 ton per minggu.

Najmudin Azis, Camat Cipatujah, menargetkan, dua tahun ke depan infrastruktur penghubung dusun dengan desa sudah terbangun. Biaya pembangunan akan diambil dari dana PNPM. Dengan demikian, ongkos distribusi hasil bumi bisa ditekan.

Najmudin juga berharap pembangunan jalan lintas selatan bisa memajukan ekonomi warga. Jika sebelumnya warga Kecamatan Cipatujah hanya mengandalkan hasil bumi dan hasil laut, setelah infrastruktur jalan lintas selatan terbangun sebagian warga mulai beralih ke bidang perindustrian dan bisnis. (NIT/AHA/MSA)

Artikel Lainnya