KOMPAS/PRIYOMBODO

Masyarakat yang tinggal di Danau Sentani, terletak di sebelah barat Kota Jayapura, Papua, Jumat (24/8), memanfaatkan perahu sebagai alat transportasi. Kehidupan masyarakat Papua semacam ini terekam dalam Ekspedisi Tanah Papua Kompas 2007 yang berakhir Sabtu kemarin.

Liputan Kompas Nasional

Ekspedisi Tanah Papua: Mengelola Rasa Cinta Tanah Air

·sekitar 2 menit baca

Ekspedisi Tanah Papua Kompas yang berlangsung sejak pertengahan Agustus lalu mengusung harapan akan tergeraknya semua kalangan untuk semakin mencintai Papua sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Fakta dan permasalahan yang digali langsung dari lapangan hendaknya membuka cakrawala semua pihak untuk mendudukkan berbagai masalah secara proporsional sekaligus mengaktualisasikan kearifan-kearifan lokal sebagai kekayaan Nusantara.

Hal itu mengemuka dalam acara penutupan Ekspedisi Tanah Papua Kompas 2007 di Jayapura, Sabtu (25/8) malam. Ekspedisi tersebut dimulai pertengahan Agustus dan hasil liputannya diturunkan secara berkelanjutan hingga akhir bulan ini.

Tampil berbicara dalam acara penutupan tersebut, antara lain, perwakilan sponsor, yakni Eka Budianta (Jababeka) dan Fauziah Lestari Harahap (Spring Hill). Tampil pula Nelles Tebay (dosen Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Fajar Timur) dan Frans Apomfires (antropolog dari Universitas Cenderawasih).

“Dengan pola liputan seperti ini, mata publik akan terbuka lebar sekaligus sadar akan betapa luas dan kayanya Tanah Air kita. Dengan demikian, akan lahir kecintaan antarkomponen bangsa, termasuk kepada masyarakat Tanah Papua,” ujar Eka.

Adapun Nelles Tebay mengharapkan agar aspek budaya yang diungkap dari Papua tidak dipandang sebagai hambatan untuk memajukan masyarakat, melainkan sebagai nilai kearifan lokal yang perlu dihormati dan dihargai.

Redaktur Pelaksana Harian Kompas Taufik H Mihardja dalam sambutannya mengatakan, seperti halnya Ekspedisi Timur Barat dan Ekspedisi Bengawan Solo yang dilaksanakan sebelumnya, Ekspedisi Tanah Papua pun bertujuan mengungkap fakta di lapangan secara utuh. Liputan seperti ini merupakan bagian dari kepedulian Kompas untuk membangkitkan kebanggaan dan harapan terhadap potensi wilayah Tanah Air, sekaligus menggugah lahirnya pemikiran untuk mengatasi permasalahan yang ada.

“Di tengah derasnya isu dan gosip yang sumbernya tidak jelas, publik membutuhkan suguhan informasi yang mengedepankan fakta. Bagi Kompas sendiri, pola liputan yang sarat dengan unsur petualangan diharapkan membebaskan wartawan dari rutinitas yang menjemukan,” ujar Taufik.

Permasalahan mendasar yang diungkapkan ekspedisi ini antara lain keterbelakangan pendidikan dan kesehatan serta kemiskinan. Namun, di balik itu juga terungkap adanya sosok, pemikiran, dan kiprah dari masyarakat Papua untuk memperbaiki keadaan dengan pendekatan nurani. (NAR)

Artikel Lainnya